Nottingham Forest telah memecat manajer Nuno Espirito Santo saat klub tersebut menjalani jeda internasional.
The Athletic dan Record mengungkapkan bahwa dewan direksi Nottingham Forest telah membuat keputusan tersebut pada dini hari tanggal 9 September, dan diperkirakan akan segera mengumumkannya secara resmi. Keputusan ini diambil setelah meningkatnya ketegangan antara ahli strategi asal Portugal tersebut dan dewan direksi dalam beberapa minggu terakhir.
Hubungan antara pelatih Espirito Santo dan pemilik Evangelos Marinakis telah rusak parah sejak awal musim, terutama disebabkan oleh pekerjaan transfer dan campur tangan pengusaha Yunani itu dalam tim.
Pelatih asal Portugal itu juga memiliki konflik serius dengan direktur olahraga baru, Edu Gaspar, yang baru saja meninggalkan Arsenal untuk bekerja di Marinakis. Pemecatan pelatih Santo oleh Nottingham Forest, meskipun baru saja menjalani musim 2024/25 yang sangat sukses, menimbulkan kontroversi besar.
Setelah membawa Forest ke Liga Europa pada musim 2025/26, sang pelatih sangat populer di kalangan penggemar klub. Namun, hal itu tidak mengubah keputusan miliarder Marinakis. Forest memulai musim dengan kemenangan 3-1 atas Brentford, diikuti dengan hasil imbang 0-0 dengan Palace.
Namun, kekalahan kandang 0-3 dari West Ham di pekan ke-3 Liga Inggris 2025/26 semakin mendorong pemilik Nottingham untuk membuat keputusan memecat Espirito Santo.
Alasan Nuno Espirito Santo Dipecat Nottingham Forest
Nottingham Forest telah memecat Nuno Espirito Santo setelah kurang dari dua tahun, meskipun dia baru saja membawa klub kembali ke Eropa.
Keputusan ini menyingkapkan realitas pahit sepak bola modern: ketika kepercayaan antara pelatih kepala dan eselon atas runtuh, kinerja profesional tidak lagi menjadi perisai.
Kepercayaan Dirusak oleh Kejujuran
Dalam sepak bola, perpisahan jarang ditentukan oleh skor semata. Kasus Nuno Espirito Santo di Nottingham Forest adalah contoh utama.
Musim lalu, ia membawa klub Midlands itu kembali ke Liga Europa—sebuah pencapaian yang diimpikan. Forest kini memulai Liga Inggris dengan empat poin dari tiga pertandingan, bukan hasil yang buruk. Namun, kursi panas di City Ground berpindah tangan setelah sebuah pernyataan mengguncang kepercayaan: “Hubungan saya dengan Marinakis tidak lagi sama.”
Bagi banyak manajer, mengeluh tentang skuad atau mengungkapkan kekhawatiran tentang masa depan adalah hal yang lumrah. Namun dalam konteks Forest, pengakuan Nuno bukan sekadar pernyataan kebenaran, melainkan juga “titik kritis” dalam kepercayaan.
Evangelos Marinakis, salah satu pemilik klub yang berpengaruh, langsung merasa otoritasnya ditantang. “Kebingungan” adalah kata yang ia gunakan untuk menggambarkan reaksinya, tetapi sebenarnya itu adalah hilangnya kesabaran terhadap manajer yang tidak lagi berkomitmen penuh.
Dalam sepak bola modern, hubungan antara bos dan pelatih sangatlah rapuh. Satu komentar yang kurang tepat bisa menjadi pemicu kemarahan. Dan bagi Marinakis, seorang pria yang dikenal karena ketegasannya, hal itu bisa saja cukup untuk menggagalkan semua kerja keras yang telah Nuno lakukan.
Paradoksnya, Forest tidak sedang krisis. Mereka belum kalah berturut-turut, belum terpuruk di dasar klasemen, dan masih termotivasi di Liga Europa. Kekalahan 0-3 dari West Ham memang sebuah kesalahan, tetapi tidak cukup untuk memicu kekhawatiran. Di masa lalu, banyak klub Liga Primer memberi manajer mereka lebih banyak waktu ketika hasil mereka tidak konsisten. Namun di City Ground, masalahnya bukan pada poin, melainkan apakah manajer masih dipercaya untuk memimpin tim.
Nuno berulang kali menekankan “ketidakseimbangan” skuad, menuntut kiper dan bek sayap. Forest kemudian memenuhi semua tuntutan tersebut, mendatangkan Zinchenko, Savona, Victor, dan Bakwa di akhir bursa transfer. Namun, ketika kepercayaan dikhianati, para pemain baru tersebut tidak cukup untuk memperbaikinya.
Marinakis dan Gaya Manajemennya yang “Tanpa Kompromi”
Evangelos Marinakis bukanlah bos yang pendiam. Di Olympiacos maupun Nottingham Forest, ia berulang kali terlibat aktif dalam pengambilan keputusan sepak bola. Ia rela mengeluarkan uang untuk membangun skuad, tetapi juga siap “memenggal kepala para jenderal” ketika melihat tanda-tanda pengkhianatan, meskipun hanya sebatas kata-kata. Bagi Marinakis, seorang pelatih bisa saja kalah dalam sebuah pertandingan, tetapi tidak bisa secara terbuka mengakui bahwa ia dan pemiliknya tidak lagi sepaham.
Manajemen semacam itu bisa dianggap kaku, bahkan otoriter. Namun, di Liga Primer yang penuh tekanan, Marinakis percaya bahwa persatuan di pucuk pimpinan – staf pelatih – adalah kunci keberlangsungan tim. Jika pelatih kepala menunjukkan keraguan terhadap proyek ini, keraguan tersebut akan menular ke para pemain.
Keputusan memecat Nuno begitu cepat setelah bursa transfer ditutup terasa dingin namun penuh perhitungan. Keputusan ini mengirimkan pesan yang jelas ke ruang ganti: semua orang, mulai dari manajer hingga pemain, harus mengutamakan loyalitas. Ini juga cara Forest menjaga stabilitas menjelang jadwal padat Liga Inggris dan Liga Europa.
Nuno pernah menjadi pahlawan ketika membawa tim kembali ke Eropa, tetapi di mata dewan, penghargaan itu tak sebanding dengan kekompakan internal. Karena tim yang tanpa kepercayaan diri cepat atau lambat akan runtuh.
Siapa pun yang menggantikan Nuno di City Ground harus memahami bahwa posisi ini membutuhkan lebih dari sekadar penguasaan taktik, tetapi juga kemampuan untuk bergaul dengan pemilik. Seorang manajer dapat mengelola di masa-masa sulit, tetapi jika ia kehilangan koneksi dengan Marinakis, jalannya akan segera terputus.
Dengan semakin ketatnya Liga Inggris, Forest tidak ingin menguji kesabaran para penggemar mereka lebih jauh. Mereka membutuhkan seseorang yang cukup kuat untuk memimpin tim, namun cukup lunak untuk menjaga kepercayaan dari para petinggi.
Nuno Espirito Santo meninggalkan Nottingham Forest bukan karena kegagalan di lapangan, melainkan karena kegagalan di luar lapangan. Dalam sepak bola modern, di mana uang dan kekuasaan berkuasa, terkadang yang terpenting bukanlah poin, melainkan konsensus. Dan di City Ground, kepercayaan dirusak – meninggalkan seorang manajer yang telah menjadi simbol kesuksesan.
Scr/Mashable










