Kylian Mbappe Adalah Legenda PSG yang Dibenci

09.07.2025
Kylian Mbappe Adalah Legenda PSG yang Dibenci
Kylian Mbappe Adalah Legenda PSG yang Dibenci

Kylian Mbappe jelas menjadi pusat perhatian saat Real Madrid menghadapi Paris Saint-Germain di semifinal Piala Dunia Antarklub FIFA 2025.

Ini akan menjadi kali pertama bintang Prancis itu berhadapan dengan mantan klubnya sejak meninggalkan PSG untuk bergabung dengan Real Madrid pada musim panas 2024. Sengketa hukum, hubungan yang tegang dengan dewan dan penggemar PSG telah menimbulkan pertanyaan: Apakah Mbappe benar-benar legenda PSG, atau hanya bintang yang dibenci penggemar karena meninggalkan klub kampung halamannya?

Hubungan yang Rusak

Beberapa tahun lalu, Mbappe dianggap sebagai simbol PSG, wajah jangka panjang tim tersebut. Striker kelahiran Bondy (pinggiran kota Paris) itu bergabung dengan PSG dari AS Monaco pada 2017 dengan harga 180 juta euro.

Selama tujuh musim di PSG, ia mencetak 256 gol dan memberikan 108 assist dalam 308 pertandingan, menjadikannya pencetak gol terbanyak sepanjang masa klub. Namun, hubungan antara Mbappe dan PSG telah menegang selama tiga tahun terakhir, terutama menjelang akhir kontrak sang pemain.

Mbappe saat ini tengah menggugat PSG atas tunggakan gaji sebesar €55 juta selama tiga bulan terakhir kontraknya. Pertikaian hukum ini mencerminkan keretakan yang dalam antara Mbappe dan pimpinan PSG, terutama dengan presiden Nasser Al-Khelaifi, yang pernah menyebut penyerang kelahiran 1998 itu sebagai “bintang yang berperilaku tidak masuk akal”.

Dunia sepak bola jarang melihat kasus seperti Mbappe. Ia adalah pencetak gol terbanyak PSG dan telah memainkan peran ikonik di PSG. Namun, cara ia pergi – sebagai agen bebas tanpa mendatangkan biaya transfer untuk PSG – bersama dengan sengketa hukum telah menyebabkan sebagian penggemar berpaling dari Mbappe.

Le Monde pernah menulis: “Mbappe mungkin pemain terbaik dalam sejarah PSG, tetapi sebagian penggemar klub melihat cara dia pergi sebagai pengkhianatan. PSG lebih kuat tanpa dia.” Gelar Liga Champions PSG 2024/25 tampaknya memperkuat pandangan ini.

Keputusan ini mencerminkan kebijaksanaan Mbappe. Striker Prancis itu cukup pintar untuk menghindari kontroversi atau “menambah bahan bakar ke dalam api” dalam hubungannya dengan klub lamanya.

Namun, merayakan golnya atau tidak mungkin tidak akan banyak memengaruhi tekad Mbappe. Terutama ketika bintang Prancis itu ingin membuktikan kemampuannya kepada tim lamanya.

Dengan peluang 39% untuk memenangkan Piala Dunia Antarklub menurut Opta, PSG dinilai lebih tinggi daripada Real Madrid (24%) menjelang pertandingan semifinal mereka. Kemenangan PSG dalam perebutan gelar Eropa menempatkan mereka pada posisi yang lebih unggul daripada Real, sehingga banyak yang percaya bahwa keputusan Mbappe untuk hengkang musim panas lalu adalah sebuah kesalahan. PSG, di bawah pelatih Luis Enrique, telah menunjukkan bahwa mereka dapat meraih kesuksesan tanpa Mbappe.

Sebaliknya, Real Madrid yang diasuh Mbappe mengalami musim tanpa trofi, tersingkir di perempat final Liga Champions. Kontras ini menambah tekanan pada Mbappe menjelang pertandingan berikutnya, saat ia menghadapi tim PSG yang sedang dalam performa puncak.

Mbappe menghadapi paradoks besar dalam kariernya: ia adalah penyerang terhebat dalam sejarah PSG tetapi dianggap pengkhianat oleh sebagian penggemar. Pertandingan melawan PSG di Piala Dunia Antarklub 2025 bukan hanya kesempatan bagi Mbappe untuk membuktikan kemampuannya bagi tim lamanya, tetapi juga momen untuk membentuk warisannya: legenda PSG atau bintang yang dibenci karena meninggalkan kampung halamannya?

Tak ada lagi pihak PSG yang menyayangkan Mbappe, yang ada hanya kebencian terhadap penyerang kelahiran 1998 itu. Tentu saja, sebagian fans PSG masih menghormati prestasi Mbappe di Paris, tetapi jumlahnya sangat sedikit.

Banyak orang beranggapan bahwa Mbappe “meninggalkan” tim untuk mengejar kejayaan pribadi di Real Madrid. Keberhasilan PSG di bawah Enrique, dengan permainan kolektifnya dan kecemerlangan individu lainnya, telah membuat para penggemar klub Prancis itu semakin kritis terhadap Mbappe.

Perjuangan Demi Kehormatan

Pertanyaan menarik muncul menjelang pertandingan PSG melawan Real di semifinal Piala Dunia Antarklub FIFA 2025, yaitu apakah Mbappe akan merayakan golnya ke gawang mantan timnya. Menurut L’Équipe , Mbappe memutuskan untuk tidak melakukan selebrasi berlebihan jika mencetak gol, sebagai bentuk penghormatan kepada para penggemar Paris dan klub yang telah membesarkannya dari bakat muda menjadi bintang kelas dunia.

Keputusan ini mencerminkan kebijaksanaan Mbappe. Striker Prancis itu cukup pintar untuk menghindari kontroversi atau “menambah bahan bakar ke dalam api” dalam hubungannya dengan klub lamanya.

Namun, merayakan golnya atau tidak mungkin tidak akan banyak memengaruhi tekad Mbappe. Terutama ketika bintang Prancis itu ingin membuktikan kemampuannya kepada tim lamanya.

Dengan peluang 39% untuk memenangkan Piala Dunia Antarklub menurut Opta , PSG dinilai lebih tinggi daripada Real Madrid (24%) menjelang pertandingan semifinal mereka. Kemenangan PSG dalam perebutan gelar Eropa menempatkan mereka pada posisi yang lebih unggul daripada Real, sehingga banyak yang percaya bahwa keputusan Mbappe untuk hengkang musim panas lalu adalah sebuah kesalahan. PSG, di bawah pelatih Luis Enrique, telah menunjukkan bahwa mereka dapat meraih kesuksesan tanpa Mbappe.

Sebaliknya, Real Madrid yang diasuh Mbappe mengalami musim tanpa trofi, tersingkir di perempat final Liga Champions. Kontras ini menambah tekanan pada Mbappe menjelang pertandingan berikutnya, saat ia menghadapi tim PSG yang sedang dalam performa puncak.

Mbappe menghadapi paradoks besar dalam kariernya: ia adalah penyerang terhebat dalam sejarah PSG tetapi dianggap pengkhianat oleh sebagian penggemar. Pertandingan melawan PSG di Piala Dunia Antarklub 2025 bukan hanya kesempatan bagi Mbappe untuk membuktikan kemampuannya bagi tim lamanya, tetapi juga momen untuk membentuk warisannya: legenda PSG atau bintang yang dibenci karena meninggalkan kampung halamannya?

Scr/Mashable