Astronomers tAstronom Klaim Komet yang Baru Ditemukan Mungkin Jauh Lebih Tua dari Mataharihink newly discovered comet may be way older than the sun

12.07.2025
Astronomers tAstronom Klaim Komet yang Baru Ditemukan Mungkin Jauh Lebih Tua dari Mataharihink newly discovered comet may be way older than the sun
Astronomers tAstronom Klaim Komet yang Baru Ditemukan Mungkin Jauh Lebih Tua dari Mataharihink newly discovered comet may be way older than the sun

Sebuah komet raksasa yang baru saja terdeteksi melintas di tata surya diduga sebagai salah satu objek tertua yang pernah diamati manusia dan mungkin mengandung banyak es air.

Komet es ini, yang dinamakan 3I/ATLAS atau Komet ATLAS, ditemukan pada 1 Juli lalu melalui teleskop survei ATLAS yang didanai NASA di Río Hurtado, Chili. Bola salju kosmik berukuran besar ini datang dari arah rasi bintang Sagittarius dan saat ini berada sekitar 300 juta mil (sekitar 480 juta kilometer) dari Bumi.

Setelah menjalankan simulasi komputer terbaru, para ilmuwan meyakini bahwa komet ini berasal dari bagian galaksi yang jarang terlihat, jauh melampaui tempat kelahiran matahari.

Karena kemungkinan besar terbentuk di sekitar bintang purba di wilayah cakram tebal Bima Sakti, komet ini diyakini mengandung banyak es air, ujar Matthew Hopkins, astronom dari Universitas Oxford yang memimpin penelitian tersebut.

Jika prediksi ini terbukti benar, maka objek ini mungkin telah berusia lebih dari 7 miliar tahun, lahir lebih dari 3 miliar tahun sebelum tata surya kita terbentuk.

Setiap planet, bulan, asteroid, dan bentuk kehidupan yang mengorbit matahari memiliki asal-usul yang sama, terbentuk dari materi yang sama sekitar 4,6 miliar tahun lalu. Namun pengunjung dari luar bintang seperti ini adalah benar-benar ‘orang asing’ di lingkungan tata surya.

“Mereka adalah sisa dari sistem planet lain, membawa petunjuk tentang pembentukan dunia di luar tata surya kita,” tulis European Space Agency (ESA).

“Pengembara es seperti ini menawarkan koneksi nyata dan langka dengan galaksi yang lebih luas dengan materi yang terbentuk di lingkungan yang sama sekali berbeda dari milik kita.”

Komet sendiri merupakan bola campuran es, debu, dan batuan, yang terkenal karena ekornya yang panjang jejak puing-puing hasil penguapan materi sepanjang jutaan mil.

Lebih dari 4.000 komet telah tercatat, namun para astronom memperkirakan masih banyak yang belum ditemukan dan kemungkinan mengorbit jauh di luar Neptunus, baik di Sabuk Kuiper maupun di tepian tata surya yang lebih jauh, di Awan Oort, sekitar 50 kali jarak Bumi ke matahari.

Berbeda dengan Komet Halley dan komet-komet lain yang secara teratur mengelilingi matahari, Komet ATLAS bukanlah penduduk tetap tata surya. Ia adalah objek antarbintang, dan hanya merupakan objek ketiga yang secara resmi dikonfirmasi berasal dari luar sistem bintang kita.

Yang satu ini bahkan bisa jadi yang paling penting. Para astronom mencatat bahwa jalur lintasannya sangat curam dan tidak biasa, memberi petunjuk bahwa ia terbentuk di dekat bintang-bintang purba yang mengorbit di bagian tebal galaksi, sebuah wilayah yang masih minim pengetahuan ilmiah.

“Ini adalah objek dari bagian galaksi yang belum pernah kita lihat dari dekat sebelumnya,” kata Chris Lintott, rekan penulis studi tersebut. Temuan ini dipresentasikan Hopkins dalam National Astronomy Meeting yang diselenggarakan oleh Royal Astronomical Society, Jumat lalu.

Simulasi komputer yang digunakan tim peneliti, yang dinamai Model Ōtautahi, Oxford, merupakan aplikasi pertama dari pemodelan prediktif secara real-time untuk komet antarbintang.

Model ini dibuat untuk memperkirakan berapa banyak objek antarbintang yang mungkin ditemukan oleh Observatorium Vera C. Rubin, berdasarkan informasi orbit dan dugaan asal usul bintangnya.

Penemuan ini memberikan peluang langka untuk mempelajari fragmen beku dari era awal galaksi. Jika komet ini memang terbentuk di sekitar bintang purba, maka itu akan menjadi bukti bahwa materi kaya es telah mengambang bebas di antara sistem bintang jauh sebelum matahari lahir dan mungkin masih ikut menyuplai material ke sistem planet muda saat ini.

Berdasarkan studi, tim memperkirakan ada kemungkinan dua pertiga bahwa komet ini lebih tua dari tata surya kita, dan telah melayang-layang di ruang antarbintang sejak awal keberadaannya.

Komet ATLAS kini mulai ‘terbangun dari hibernasi’. Saat mendekati matahari, permukaannya mulai memanas, melepaskan gas dan debu. Pengamatan awal menggunakan teleskop terbesar di dunia menunjukkan bahwa ukurannya bahkan bisa lebih besar daripada dua pengunjung antarbintang yang pernah tercatat: ‘Oumuamua (2017) dan Borisov (2019).

Jika prediksi para ilmuwan ini terbukti, dampaknya bisa besar terhadap perkiraan jumlah objek serupa yang mungkin akan ditemukan oleh Observatorium Rubin. Ini juga berpotensi memberikan petunjuk penting tentang peran komet antarbintang dalam ‘menyemai’ dunia-dunia baru di seluruh galaksi.

Para peneliti memperkirakan teleskop Rubin di Chili bisa menemukan puluhan objek serupa, bahkan mungkin hingga 50 dalam satu dekade mendatang.

Komet ATLAS tidak menimbulkan ancaman bagi Bumi dan diperkirakan hanya akan mendekati sejauh 150 juta mil (sekitar 240 juta km) saat titik terdekatnya dengan matahari pada sekitar 30 Oktober 2025.

Pengamat langit mungkin akan berkesempatan menyaksikan komet ini dengan teleskop rumahan pada musim gugur tahun ini atau awal tahun 2026, setelah komet tersebut muncul kembali dari balik matahari.

Scr/Mashable