Sandro Tonali, Dari Kecanduan Judol Menjadi Pemimpin Sepak Bola Italia

16.09.2025
Sandro Tonali, Dari Kecanduan Judol Menjadi Pemimpin Sepak Bola Italia
Sandro Tonali, Dari Kecanduan Judol Menjadi Pemimpin Sepak Bola Italia

Ada pemain yang terlahir untuk meraih kejayaan, tetapi ada juga yang harus melewati kegelapan untuk menemukan cahaya. Sandro Tonali termasuk dalam kelompok kedua.

Kisah Tonali selama dua tahun terakhir adalah bukti nyata betapa rapuhnya karier seorang pemain sepak bola, di mana satu kesalahan dapat menghancurkan segalanya, tetapi juga di mana kemauan dan karakter dapat menyelamatkan segalanya.

Skandal Judi

Pada Oktober 2023, sepak bola Italia terguncang ketika nama Tonali muncul dalam daftar pemain yang terlibat dalam jaringan taruhan sepak bola. Salah satu talenta paling cemerlang generasi baru “Azzurri”, yang baru direkrut Newcastle dari Milan seharga 64 juta pound, diskors hingga akhir Agustus 2024. Bagi seorang pemain berusia 23 tahun—masa keemasan untuk perkembangan karier—hukuman ini tak ubahnya hukuman mati.

Tonali tak hanya kehilangan hampir satu tahun waktu bermain, tetapi juga menjadi sorotan publik. Seorang pemain berbakat yang pernah dianggap sebagai “Pirlo baru” tiba-tiba merosot, orang-orang meragukan apakah ia masih punya tempat di sepak bola papan atas. Masa itu adalah masa kelam, ketika kepercayaan para penggemar Italia dan Newcastle FC terguncang hebat.

Namun, yang membedakan pemain hebat adalah kemampuan mereka untuk bangkit kembali. Setelah masa larangannya berakhir, Tonali kembali ke Liga Inggris bersama Newcastle pada musim 2024/25 dan dengan cepat membuktikan bahwa ia masih relevan. Umpan-umpannya yang akurat, penguasaan lini tengah, dan semangat juang yang kuat menjadikan Tonali faktor penting di St James’ Park.

Tak hanya di level klub, Tonali juga mengembalikan performa gemilangnya ke timnas “Azzurri”. Dalam sesi latihan terakhir, ia menjadi pahlawan dengan gol penentu melawan Israel, membantu tim asuhan Gennaro Gattuso meraih kemenangan gemilang. Gol tersebut bukan hanya gol ketiganya bersama timnas, tetapi juga sebuah penegasan: Tonali benar-benar telah kembali.

Dari Iman yang Belum Selesai menuju Simbol Baru

Bahkan, saat masih di Brescia, Tonali dianggap sebagai “aset strategis” sepak bola Italia. Ia memulai debut untuk tim nasional pada usia 19 tahun, 5 bulan, dan 7 hari—usia di mana banyak pemain masih berjuang untuk mendapatkan tempat di klub mereka. AC Milan pernah menganggapnya sebagai inti untuk membangun kembali lini tengah. Newcastle tak tanggung-tanggung untuk menjadikannya salah satu pemain termahal di Liga Inggris.

Harapan itu tampaknya runtuh akibat skandal taruhan. Namun kini, Tonali telah membalikkan keadaan. Ia telah menjadi pemimpin spiritual Newcastle dan tim nasional Italia, simbol kekuatan, yang menunjukkan bahwa sekeras apa pun sepak bola modern, seorang pemain yang berkemauan keras tetap dapat bangkit dari keterpurukan.

Tak hanya di Italia, Tonali juga menarik perhatian Eropa. Carlo Ancelotti, yang kini memimpin tim nasional Brasil, pernah ingin memboyongnya ke Real Madrid. Dengan visi taktis, kemampuan distribusi bola, dan kekuatan fisik yang mumpuni, Tonali memiliki semua elemen untuk menjadi “bos” lini tengah di klub besar mana pun. Dan performanya saat ini telah membuktikan bahwa Ancelotti tidak salah.

Di dunia sepak bola yang penuh godaan, Tonali adalah contoh utama penebusan dan kelahiran kembali. Jika kejatuhannya pada tahun 2023 membuat banyak orang berpikir ia akan tenggelam dalam kehinaan, kini Tonali berdiri di puncak, siap menulis babak baru bagi sepak bola Italia.

Perjalanan Sandro Tonali menjadi pengingat bahwa karier seorang pemain tak hanya diukur dari gol dan trofi, tetapi juga dari bagaimana ia mengatasi kesulitan. Dari yang nyaris terhapus dari peta sepak bola akibat skandal perjudian, Tonali telah kembali dengan lebih kuat, lebih dewasa, dan lebih berbahaya.

Di usia 25 tahun, ia bukan hanya harapan terbesar Newcastle dan Italia, tetapi juga simbol generasi pemain yang mampu bangkit setelah melakukan kesalahan. Dan siapa tahu, kejatuhan itu bisa menjadi katalis bagi Sandro Tonali untuk menjadi salah satu gelandang terhebat di sepak bola modern.

Scr/Mashable