Para astronom kini memiliki penjelasan baru untuk fenomena misterius berupa ‘titik-titik merah kecil’ yang teramati di alam semesta awal. Mungkin mereka bukan gugusan bintang padat yang mengguncang pemahaman ilmuwan tentang galaksi, melainkan sesuatu yang sama sekali baru.
Para peneliti menyebut objek-objek luar angkasa itu sebagai ‘bintang lubang hitam’ — bola gas raksasa yang menyelimuti lubang hitam rakus di dalamnya.
Biasanya, lubang hitam tak kasatmata. Namun, gas dan debu yang tersedot ke arahnya bisa memanas hingga jutaan derajat, memancarkan cahaya sangat terang — bahkan terkadang mampu menyaingi sebuah galaksi.
Fenomena ini dikenal dengan istilah quasar, singkatan dari quasi-stellar objects. Menurut sebuah studi baru menggunakan Teleskop Antariksa James Webb milik NASA, proses serupa mungkin terjadi, hanya saja berlangsung di dalam selubung gas masif.
Mungkin saja band Soundgarden, yang sempat membuat beberapa astronom jengkel di era ’90-an lewat lagu ‘Black Hole Sun’, memang ada benarnya.
“Titik-titik merah kecil ini justru tampak memiliki gas yang jauh lebih dingin dan jauh lebih padat, sampai-sampai terlihat seperti atmosfer di permukaan bintang,” kata Joel Leja, profesor astrofisika dari Penn State dan salah satu peneliti, kepada Mashable.
“Ini sangat mengejutkan, dan itulah mengapa studi pertama tentang titik-titik merah kecil mengira mereka adalah galaksi yang dipenuhi bintang tua yang dingin, karena mereka secara efektif terlihat seperti satu bintang dingin yang sangat terang.”
Ketika ‘titik merah kecil’ pertama kali ditemukan pada 2022, para ilmuwan menduga objek-objek tersebut mungkin galaksi sematang Bima Sakti yang berusia sekitar 13,6 miliar tahun. Alasannya, galaksi cenderung terlihat semakin merah seiring penuaan bintang di dalamnya.
Namun tafsiran itu membingungkan, sebab para astronom melihat titik-titik itu pada masa ketika alam semesta baru berusia beberapa ratus juta tahun. Bagaimana mungkin mereka sudah tumbuh begitu cepat?
Alam semesta diyakini terbentuk 13,8 miliar tahun lalu, tak lama setelahnya bintang dan galaksi pertama pun lahir. Cahaya kuno mereka masih menjelajahi ruang angkasa, meski dalam panjang gelombang inframerah, tak terlihat oleh mata manusia, tetapi bisa ditangkap Webb lewat instrumen super sensitifnya.
Dengan menangkap cahaya yang telah menempuh perjalanan miliaran tahun, Webb ibarat mesin waktu yang memberi ilmuwan pandangan sekilas ke masa lalu.
Studi baru yang dipublikasikan di jurnal Astronomy & Astrophysics ini melibatkan analisis data dari 4.500 galaksi jauh. Selama survei setahun penuh, tim peneliti memberi julukan ‘The Cliff’ pada objek paling ekstrem yang mereka temukan.
Sinyal The Cliff awalnya tampak seperti bintang, namun Webb mengungkap kekuatannya dua kali lipat dari apa pun yang pernah dilihat sebelumnya. Ukurannya juga terlalu kecil untuk sebuah galaksi, hanya sekitar 40 tahun cahaya lebarnya, dan tak memancarkan sinar-X, sehingga hipotesis sebagai gugusan bintang makin diragukan.
Hasil studi justru menunjukkan cahaya merah itu bisa jadi penyamaran lubang hitam supermasif yang menyedot materi dengan sangat cepat hingga membentuk bola gas hidrogen panas di sekelilingnya. Bola itu mengubah penampakan cahaya sekitar lubang hitam sehingga menyerupai bintang. Dari sinilah istilah ‘bintang lubang hitam’ lahir.
Namun misteri tetap ada. Para ilmuwan juga mendeteksi tanda-tanda adanya materi yang sangat panas dan bergerak cepat di wilayah kecil yang sama.
“Bagaimana mungkin gas yang sangat panas dan gas yang sangat dingin bisa hidup berdampingan dengan damai dalam ruang sekecil itu?” tanya Leja. “Ini sebuah teka-teki besar, dan keping-kepingnya belum sepenuhnya pas.”
Pengamatan lanjutan, khususnya pencarian atom dan molekul yang hanya bisa terbentuk pada suhu lebih dingin, akan membantu menguji teori ini. Jika terbukti, bintang lubang hitam mungkin menyimpan rahasia tentang bagaimana lubang hitam pertama di alam semesta bisa tumbuh begitu cepat.
Hingga kini, asal usul lubang hitam raksasa di pusat galaksi masih menjadi tanda tanya. Bisa jadi fenomena ini adalah fase pertama pembentukannya.
“Inilah alasan kami melakukan proyek besar seperti James Webb, kami selalu berharap menemukan sesuatu yang mengejutkan. Itu berarti kami benar-benar akan belajar sesuatu yang baru, mungkin banyak hal baru,” kata Leja. “Bagi orang seperti saya, ini adalah hal paling mendebarkan.”
Scr/Mashable