Masa depan Timnas Indonesia pasca kegagalan di Kualifikasi Piala Dunia 2026 menjadi topik yang kontroversial.
Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) tengah mempertimbangkan perubahan personel, pelatih Shin Tae-yong yang sebelumnya menangani Garuda dinilai menjadi solusi ideal jika Patrick Kluivert dipecat.
September lalu, ahli strategi Korea tersebut menyatakan kesediaannya untuk kembali ke tim U-23 dan tim nasional Indonesia, tetapi dengan syarat khusus. Melalui penerjemah Jeong Seok-seo, Shin menegaskan bahwa PSSI harus memberinya wewenang penuh untuk mengambil keputusan profesional jika kedua belah pihak bersatu kembali.
Bapak Shin meminta wewenang penuh dalam memilih pemain, mengalokasikan dana latihan, mengatur jadwal latihan, dan terutama hak untuk memilih tim asisten sesuai keinginan. Pelatih berusia 53 tahun ini menekankan bahwa hanya dengan wewenang yang cukup, ia dapat sepenuhnya mewujudkan visi strategis untuk mengembangkan sepak bola Indonesia dalam jangka panjang.
Pernyataan Shin ini langsung memicu perdebatan sengit di komunitas sepak bola Indonesia. Banyak penggemar sepak bola Indonesia menganggap persyaratan di atas sepenuhnya wajar bagi seorang pelatih kepala, karena mencerminkan independensi yang dibutuhkan untuk menjalankan rencana taktis.
Dalam 14 pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2026 (dari putaran 1 hingga sebelum menyambut gelombang pemain naturalisasi), Shin Tae-yong membantu Indonesia mencapai rasio kemenangan 42,9% dengan 6 kali menang, 4 kali seri, dan 4 kali kalah.
Di bawah arahan ahli strategi Korea, tim dari negara kepulauan ini bermain pragmatis namun tetap solid. “Garuda” mencetak 26 gol dan kebobolan 17 gol, jauh lebih baik daripada pengganti Kluivert.
Setelah dipecat oleh Ulsan Hyundai, Shin Tae-yong sedang mencari tujuan baru. Ini akan membantu mempercepat proses negosiasi kontrak jika PSSI memutuskan untuk kembali bekerja sama dengan pelatih Korea tersebut.
Timnas Indonesia Gagal ke Piala Dunia 2026, Bagaimana Nasib Patrick Kluivert?
Mimpi Timnas Indonesia di Piala Dunia 2026 pupus setelah kalah dari Irak, sementara masa depan Patrick Kluivert sebagai pelatih kepala diselimuti keraguan.
Impian Timnas Indonesia untuk berpartisipasi di Piala Dunia 2026 resmi kandas setelah kalah 0-1 dari Irak pada Minggu 12 Oktober dini hari WIB, di Stadion King Abdullah Sports City. Gol tunggal Zidane Iqbal pada menit ke-76 memupus harapan rapuh tim besutan Patrick Kluivert di babak ronde 4 kualifikasi zona Asia.
Sebelumnya, Indonesia juga kalah 2-3 dari Arab Saudi, sehingga peluang mereka untuk lolos ke babak kualifikasi keempat pun sirna. Dua kekalahan beruntun ini menimbulkan gelombang kekecewaan di kalangan penggemar, banyak yang meluapkan kekesalan mereka di media sosial dengan tagar #KluivertOut, yang dengan cepat memuncaki tren Twitter (X).
Ketika ditanya tentang masa depannya sebagai nahkoda Timnas Indonesia, Patrick Kluivert dengan jujur mengakui bahwa ia belum memiliki rencana spesifik.
“Belum ada arah yang jelas. Kami perlu meninjau seluruh proses dengan tenang, lalu mengambil keputusan. Sejujurnya, saya masih belum tahu apa yang akan terjadi,” ungkap pelatih asal Belanda itu, seperti dinukil dari aawsat.
Sejak mengambil alih, Kluivert telah memimpin Indonesia melalui delapan pertandingan, dengan rekor tiga kemenangan, satu hasil imbang, dan empat kekalahan—rasio kemenangan sekitar 37,5%. Meskipun ia pernah memberikan harapan bagi Indonesia yang lebih modern dan disiplin, serangkaian hasil mengecewakan di kualifikasi Piala Dunia telah membuat kepemimpinannya dipertanyakan.
Mimpi Piala Dunia berakhir, yang ditunggu para penggemar kini bukan hanya jawaban soal masa depan Kluivert, tetapi juga arah baru sepak bola Indonesia setelah perjalanan yang cukup disesalkan.
Scr/Mashable









