Netizen Belanda Ramai Bela Alex Pastoor Usai Curhat Pasca Dipecat dari Timnas Indonesia

22.10.2025
Netizen Belanda Ramai Bela Alex Pastoor Usai Curhat Pasca Dipecat dari Timnas Indonesia
Netizen Belanda Ramai Bela Alex Pastoor Usai Curhat Pasca Dipecat dari Timnas Indonesia

Pernyataan mantan asisten pelatih tim nasional Indonesia, Alex Pastoor, soal pemecatannya dari skuad Garuda usai kegagalan di Kualifikasi Piala Dunia 2026, memicu gelombang reaksi dari publik sepak bola Belanda.

Setelah kisahnya dimuat oleh media olahraga Belanda, Voetbal International, banyak netizen Negeri Kincir Angin memberikan komentar yang sebagian besar berisi dukungan dan simpati.

Pastoor, yang sempat menjadi tangan kanan Patrick Kluivert di kursi pelatih Timnas Indonesia, sebelumnya mengaku kecewa karena proyek pembenahan sepak bola Indonesia berakhir terlalu cepat.

Ia mengungkapkan, sejak awal dirinya dan staf pelatih Belanda datang bukan hanya untuk memburu tiket Piala Dunia, melainkan membangun fondasi jangka panjang sepak bola nasional. Namun setelah dua kekalahan dari Arab Saudi dan Irak, kerja sama mereka langsung dihentikan.

Reaksi publik Belanda pun beragam, namun mayoritas menilai Pastoor tidak layak dipersalahkan atas kegagalan tersebut.

Dalam kolom komentar berita tersebut, salah satu akun menulis, “Kalau Calvin Verdonk dan Kevin Diks adalah pemain terbaikmu, jangan kaget kalau gagal ke Piala Dunia,” sindir salah satu netizen.

“Kamu bisa menempelkan logo Mercedes di mobil Dacia, tapi itu tidak akan membuatnya jadi Mercedes sungguhan. PSSI tampaknya berpikir sebaliknya,” tulis lainnya.

Sementara itu, pengguna lain melihatnya dari sisi realistis. “Anggap saja pengalaman menarik. Dengan populasi sebesar itu, negara-negara di Asia Tenggara memang sulit bersaing secara global. Mereka harus berjuang keras membentuk tim nasional yang kompetitif,” tulisnya.

Namun tidak semua sepakat. Netizen lainnya membantah anggapan bahwa Asia Tenggara kekurangan talenta.

“Justru banyak bakat luar biasa di sana, terutama di Indonesia. Masalahnya bukan di pemain, tapi di budaya olahraga dan sistem pembinaan jangka panjang yang belum terbangun,” ujarnya, menyoroti akar persoalan yang juga diungkap Pastoor.

Beberapa netizen bahkan menyarankan agar Pastoor kembali melatih di Belanda. “Saya ingin melihat Pastoor di Heerenveen (klub Eredivisie). Dia pelatih bagus dan paham strategi. Indonesia butuh proyek jangka panjang, bukan hasil instan,” tulis Hidde Gaastra.

Ada pula yang menilai seharusnya Pastoor menjadi pelatih utama, bukan hanya asisten Kluivert. “Pastoor sudah terbukti lebih berpengalaman sebagai pelatih kepala dibanding Kluivert. Tapi status Kluivert sebagai legenda membuat posisinya tak tergantikan,” ujar pengguna lainnya.

Sebelumnya, dalam berita yang diterbitkan Voetbal International, Pastoor, akhirnya angkat bicara menyusul dipecatnya seluruh staf pelatih berdarah Belanda, termasuk dirinya dan pelatih kepala Patrick Kluivert.

Pastoor mengungkapkan akar masalahnya: ekspektasi instan untuk lolos Piala Dunia yang dinilainya tidak realistis bagi tim peringkat 119 dunia.

PHK massal ini terjadi tak lama setelah harapan Indonesia untuk melaju ke putaran selanjutnya Kualifikasi Piala Dunia 2026 pupus. Kekalahan beruntun dari Arab Saudi dan Irak di Grup F menjadi akhir yang cepat bagi “Proyek Timnas Indonesia” yang diusung para pelatih Belanda tersebut.

Pastoor mengonfirmasi bahwa rencana awal yang disepakati dengan PSSI sejatinya adalah program jangka panjang yang ambisius, bukan sekadar lolos Piala Dunia.

“Seperti yang saya pahami, kesepakatannya tiga lapis,” ujar Pastoor, seperti dikutip dari wawancara dengan Rondo (20/10/2025).

“Pertama, tentu saja bakal menjadi indah jika bisa lolos ke Piala Dunia. Tapi, bagi tim peringkat 119 dunia, itu bukan hal yang mudah dan logis,” sambungnya.

Target kedua dari proyek ini, menurut Pastoor, adalah fokus pada regenerasi. Gerald Vanenburg dan Frank van Kempen ditugaskan di tim U-23 dan U-20 untuk mempercepat integrasi pemain muda lokal ke level senior.

“Yang ketiga, dalam jangka panjang, adalah menciptakan lebih banyak pemain kompetitif di level ini dari negara berpenduduk 280 juta jiwa,” jelasnya.

Untuk mendukung hal ini, PSSI bahkan telah menunjuk Jordi Cruyff sebagai penasihat dan Alexander Zwiers sebagai direktur teknis. “Sekarang, semua orang dipecat,” tandas Pastoor.

Menanggapi pemecatan yang berlangsung cepat usai kegagalan kualifikasi, Pastoor mengaku tidak terkejut. Baginya, dunia sepakbola telah mengajarkannya untuk siap dengan situasi seperti ini.

“Saya sudah terlalu lama di sepakbola untuk merasa terkejut dengan hal ini,” kata Pastoor yang diangkat jadi asisten pelatih 8 Januari 2025 bersama Denny Landzaat untuk menemani Patrick Kluivert usai pelatih Timnas Indonesia sebelumnya, Shin Tae-yong dipecat.

Namun, ia mengaku sedikit kecewa karena mengira proyek yang dijalankan akan berlangsung lebih lama. Ia menilai sentiment negatif yang berkembang pasca-kekalahan menciptakan atmosfer kerja yang tidak sehat.

“Ketika sentimen berubah menjadi sangat negatif, Anda bisa bertanya-tanya, dalam atmosfer seperti apa Anda akan bekerja? Kami tidak tahu pasti, tetapi mereka (PSSI) berunding beberapa hari setelah kembali dari Jeddah dan memutuskan, dan ‘Di sinilah semuanya berakhir’,” paparnya.

Timnas Indonesia gagal ke Piala Dunia usai kalah di laga pertama Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026, Indonesia kalah 2-3 dari Arab Saudi, dan 0-1 dari Irak membuat Indonesia gagal lolos ke putaran final.

“Antusiasme terhadap sepakbola di sana sangatlah besar, dan pada awalnya juga terhadap kehadiran kami. Sehingga Anda seolah-olah harus memberikan semacam jaminan bahwa Anda akan berhasil (lolos Piala Dunia),” kenangnya.

Namun, ia menegaskan bahwa “jaminan” seperti itu tidak pernah dibicarakan secara resmi. Tekanan untuk langsung berhasil lolos Piala Dunia 2026 justru datang dari ekspektasi publik yang sangat tinggi.

Scr/Mashable