Unit rock alternatif veteran asal Malang yang telah berkiprah sejak 2006, Hyakushiki, kembali menggebrak kancah musik independen. Pada tanggal 5 November 2025, mereka resmi melepas single ketiga bertajuk “Semu”. Berbeda dari nuansa gahar single sebelumnya, kali ini Hyakushiki menawarkan sesuatu yang lebih sentimental namun tetap kompleks secara musikal.
Di bawah naungan Pojok Nihon Music, “Semu” hadir sebagai respons artistik terhadap fenomena percintaan modern yang kerap terjadi: Ghosting.
Sesuai judulnya, lagu ini mengangkat kisah tentang ditinggalkan tanpa aba-aba. Sebuah situasi di mana komunikasi terputus sepihak, meninggalkan tanda tanya besar bagi korbannya. Welly, sang drummer, menjelaskan bahwa tema ini dipilih karena relevansinya yang kuat dengan pendengar masa kini.
“Kenapa Ghosting? Karena ini mungkin dialami oleh hampir semua orang. Baik dalam konteks asmara maupun rutinitas sosial lainnya,” ungkap Welly.
Proses pemilihan judul pun memiliki cerita tersendiri. Sandhi (Bass) awalnya mengusulkan judul “Shadow”. Namun, demi menghindari kesan yang terlalu dark dan agar lebih puitis, judul tersebut diperhalus menjadi “Bayangan Semu” sebelum akhirnya dipatenkan menjadi “Semu”.

Jika Anda terbiasa dengan materi lama Hyakushiki, bersiaplah untuk terkejut. “Semu” adalah bukti kedewasaan mereka dalam bereksperimen. Lagu ini menyajikan elemen string ala J-Pop yang megah, dipadukan dengan progresi chord yang ‘menyala’ dan sentuhan jazz yang kental.
Perubahan arah musik ini tidak lepas dari tangan dingin Decky, sang produser. Oka (Gitaris) mengakui peran vital Decky dalam membentuk karakter suara baru band ini.
“Tidak bisa dipungkiri, Mas Decky berhasil memberikan warna yang fresh. Pengetahuannya yang luas membuat chord dan nadanya jadi lebih hidup dengan sentuhan jazz,” jelas Oka.
Struktur lagu yang lebih kompleks ini awalnya sempat mengejutkan Yovi (Vokalis), terutama saat mendengar guide lagu yang awalnya memuat lirik bahasa Jawa. Namun, melalui proses brainstorming yang intens, lagu ini berhasil dikemas ulang menjadi lebih universal.
Satu hal yang mencolok dari “Semu” adalah dominasi lirik Bahasa Indonesia. Ini adalah strategi sadar dari Hyakushiki untuk memperluas jangkauan pendengar mereka di luar komunitas jejepangan.
“Di lagu ini kami memang sengaja ingin menunjukkan ekspresi yang benar-benar real,” tambah Edo, sang Keyboardist.
Edo juga menitipkan pesan bagi pendengar yang merasa relate dengan lagu ini:
“Jika lagu ini terasa menyakitkan, biarlah itu jadi ruang untuk melepas beban. Rindu boleh, kecewa pun tak masalah. Yang penting tetap melangkah meski hati masih bertanya: mengapa?”
Dengan rilisnya “Semu”, Hyakushiki berambisi untuk menembus pasar yang lebih luas. Tidak hanya mengandalkan komunitas pop culture Jepang, mereka kini membidik panggung-panggung musik umum dan gigs lintas genre. Strategi promosi pun digencarkan melalui media sosial, radio, dan kolaborasi media partner.
Single “Semu” dari Hyakushiki sudah dapat didengarkan di seluruh platform streaming digital favorit Anda.
Single “Semu” by Hyakushiki | Lyric: Welly Soeganda | Composer: Decky Anugrah | Arranger: Hyakushiki & Decky Anugrah | Producer: Decky Anugrah | Mixing and Mastering: Hanung Paraduta | Recording Studio: Paraduta Record | Artwork: Aliyyah Isahabilah | Music Distribution: Sunset Road Records










