Iklan dalam game mobile yang memperlihatkan perempuan sebagai objek seksual dan mengandung unsur kekerasan akan segera dilarang di Inggris. Langkah ini diambil setelah banyak keluhan terkait iklan yang merendahkan dan menampilkan skenario yang berbahaya, bahkan dalam game yang ditujukan untuk anak-anak.
Iklan-iklan ini menggambarkan perempuan dalam situasi yang mengejutkan, seperti dipaksa memilih antara dilecehkan atau menikmati kekerasan, serta menampilkan gambar-gambar eksplisit yang tidak pantas.
Badan Pengawas Periklanan Inggris (ASA) telah memulai penyelidikan setelah menerima banyak keluhan dari pengguna ponsel yang merasa terkejut dengan iklan-iklan tersebut.
Iklan-iklan ini dianggap melanggar aturan periklanan di Inggris, yang melarang konten yang merendahkan perempuan dan memperkuat stereotip seksis. Dari lebih dari 5.900 iklan yang dipantau, hanya delapan yang ditemukan menampilkan konten yang sangat merugikan.
“Tidak ada tempat bagi iklan yang memperkuat stereotip negatif atau menggambarkan perempuan dengan cara yang merugikan. Ini jelas melanggar aturan kami,” tegas ASA dalam laporannya.
Salah satu iklan yang menjadi sorotan adalah iklan untuk aplikasi chatbot AI bernama Linky. Iklan ini memperlihatkan seorang gadis muda berpakaian manga, dengan pilihan yang mengejutkan seperti memilih pacar yang harus diputuskan berdasarkan sifat-sifatnya yang destruktif. Iklan ini bahkan menggambarkan skenario yang berbahaya, seperti memaksa perempuan masuk ke mobil dan kehilangan kesadaran, dengan kutipan “Bagaimana jika saya menikmatinya?”
Selain itu, ada iklan lain yang menampilkan seorang guru wanita dengan bagian tubuhnya yang terpixel dan sebuah permainan di mana pemain harus memilih reaksi terhadap kekerasan yang dilakukan oleh karakter perempuan lain. Pilihan-pilihan dalam game ini termasuk “nikmati” atau “tolak”, memberikan pesan yang sangat tidak sehat tentang hubungan kekerasan.
Para pengguna smartphone yang melaporkan iklan-iklan ini mengungkapkan kekecewaan dan kekesalan mereka. Banyak yang merasa terkejut karena anak-anak mereka juga terpapar iklan yang merendahkan perempuan dan menormalisasi kekerasan.
Salah satu ibu mengungkapkan rasa terkejutnya saat melihat iklan yang menggambarkan seorang anak laki-laki memotret bagian tubuh perempuan, diikuti dengan pilihan “Saya suka cara kamu terlihat” atau “Maaf, saya seharusnya tidak melakukannya.” Pilihan pertama dipilih oleh anak laki-laki dalam iklan tersebut, dan perempuan itu merespons dengan ucapan terima kasih.
Penyelidikan ini dilatarbelakangi oleh kekhawatiran yang semakin besar di masyarakat Inggris mengenai representasi perempuan dalam iklan.
Menurut laporan, 44 persen populasi Inggris mengungkapkan kekhawatiran tentang objektifikasi perempuan dalam iklan, sementara 45 persen khawatir dengan iklan yang menampilkan citra tubuh ideal yang tidak realistis. Tak hanya itu, 38 persen juga merasa terganggu dengan iklan yang mengandung kekerasan atau citra yang mengganggu.
Dengan larangan ini, ASA berharap dapat mengurangi paparan konten merugikan kepada anak-anak dan remaja yang seringkali menjadi audiens utama dalam game mobile.
Langkah ini juga diharapkan dapat mempengaruhi platform digital untuk lebih berhati-hati dalam memilih dan menyetujui iklan yang ditayangkan, serta menjaga agar konten yang ditampilkan sesuai dengan standar etika dan moral yang berlaku.
Sebagai respons, banyak orang tua dan pengguna yang menyambut positif keputusan ASA untuk melindungi anak-anak dari paparan iklan yang tidak pantas dan berbahaya. Namun, ini juga menjadi pengingat penting bagi kita semua untuk lebih kritis terhadap konten yang kita lihat dan konsumsi di dunia digital.
Scr/Mashable