Arsenal Catut Bruno Fernandes untuk Ajukan Banding atas Kartu Merah Lewis-Skelly

06.02.2025
Arsenal Catut Bruno Fernandes untuk Ajukan Banding atas Kartu Merah Lewis-Skelly
Arsenal Catut Bruno Fernandes untuk Ajukan Banding atas Kartu Merah Lewis-Skelly

Klub Liga Inggris, Arsenal akan menggunakan kasus kartu merah Bruno Fernandes yang dibatalkan sebagai preseden untuk mengajukan banding atas kartu merah kontroversial Myles Lewis-Skelly dalam pertandingan melawan Wolves.

Arsenal berencana menggunakan video pembatalan kartu merah Bruno Fernandes saat melawan Tottenham sebagai bagian dari banding terhadap kartu merah kontroversial Myles Lewis-Skelly saat melawan Wolves.

Lewis-Skelly mendapat kartu merah oleh wasit Michael Oliver setelah melakukan pelanggaran terhadap Matt Doherty, dan VAR menguatkan keputusan tersebut, mengingat itu merupakan pelanggaran serius. Namun keputusan ini mendapat banyak kritik.

Arsenal memiliki waktu hingga Selasa untuk mengajukan banding penuh, termasuk bukti tambahan. Klub berencana menggunakan insiden kartu merah Fernandes pada bulan September sebagai preseden dalam banding. D

alam situasi tersebut, Fernandes dikeluarkan dari lapangan setelah melakukan tekel terhadap James Maddison, namun kartu merah dibatalkan setelah dua hari ketika Manchester United berhasil mengajukan banding. Bintang asal Portugal itu menegaskan bahwa pelanggaran tersebut tidak pantas mendapat kartu merah.

Lewis-Skelly, yang telah menjadi pemain kunci Arsenal, akan menerima skorsing tiga pertandingan dan melewatkan pertandingan melawan Manchester City, Leicester, dan semifinal Piala Carabao melawan Newcastle. Banyak pakar sepak bola, termasuk Micah Richards, menyatakan penolakan keras terhadap kartu merah ini, dengan mengatakan itu adalah salah satu keputusan terburuk dalam sejarah Liga Premier.

Arsenal, klub peringkat kedua Liga Inggris, akan menyatakan bandingnya bahwa kartu merah Lewis-Skelly tidak adil, mengutip insiden Fernandes sebagai kasus serupa, di mana kartu merah dibatalkan.

Kontroversi Wasit Liga Inggris

Dalam laga itu, Arsenal berhasil mengalahkan Wolverhampton Wanderers 1-0 dalam lanjutan Liga Inggris 2024/2025. The Gunners tampil dengan 10 pemain di menit ke-43 akibat kartu merah yang didapatkan Myles Lewis-Skelly.

Giliran Wolves yang juga harus bermain dengan 10 orang di menit ke-70. Joe Gomes mandi lebih cepat usai melanggar William Saliba.

Kontroversi wasit di Liga Inggris terus berkobar pasca keputusan kartu merah Myles Lewis-Skelly. Peran wasit dan VAR menjadi isu besar di sepak bola Inggris.

Sekali lagi, wasit Michael Oliver diterpa gelombang kritik pedas dari fans dan media, hingga lembaga pengelola wasit PGMOL harus angkat bicara untuk melindungi dirinya dan keluarganya dari ancaman.

Kemarahan terhadap wasit sepertinya sudah menjadi hal yang wajar dalam sepak bola modern. Tapi apakah itu hanya masalah mereka saja atau ini hanya proyeksi masalah yang lebih besar?

Sebagian besar penggemar sepak bola memiliki ingatan yang luar biasa terhadap “kesalahan” wasit yang mereka anggap tidak adil terhadap tim kesayangannya. Kisah-kisah seperti “Darren Bond selalu bias terhadap kami” menyebar dengan sungguh-sungguh, mengubah wasit menjadi simbol ketidakpuasan. Namun, hal ini juga menunjukkan kenyataan yang mengkhawatirkan: kurangnya kepercayaan terhadap sistem manajemen pertandingan.

PGMOL, organisasi yang mengatur wasit di Inggris, beroperasi sebagai entitas independen, tidak berada di bawah kendali FA atau Premier League. Hal ini menimbulkan perasaan tidak berdaya dalam hal pengendalian kualitas dan akuntabilitas. Solusi mereka sering kali adalah dengan menambahkan lebih banyak teknologi dan transparansi, mulai dari VAR hingga wasit yang membuat keputusan di lapangan menjadi publik. Namun intervensi berlebihan ini terkadang memperburuk masalah.

VAR – yang diharapkan bisa menjadi penyelamat – kini dipandang sebagai penyebab banyak kontroversi baru. Pengambilan keputusan membutuhkan waktu beberapa menit untuk memeriksa sudut kamera dan menganalisis setiap frame, menyebabkan permainan kehilangan kontinuitas dan emosi. Wasit kini tidak hanya menjadi orang yang menjalankan pertandingan, tetapi juga menjadi “simbol kendali”, membangkitkan perasaan bahwa sepak bola kehilangan kealamian yang melekat.

Apa solusi untuk masalah ini? Beberapa pendapat, seperti yang diutarakan oleh jurnalis Jonathan Liew, menyarankan pengurangan peran wasit. Hilangkan VAR, pertahankan teknologi yang diperlukan seperti Garis Gawang dan biarkan pertandingan berlangsung lebih alami. Hal ini tidak hanya mengurangi tekanan pada wasit tetapi juga mendorong permainan positif, dibandingkan mengandalkan keputusan dari ruang kendali.

Namun, meski wasit tidak lagi menjadi titik fokus, hal ini tidak menyelesaikan masalah yang lebih dalam dalam sepak bola: kenaikan harga tiket, kekuasaan pemilik, dan keterasingan antara penggemar berat dan olahraga ini. Kemarahan terhadap wasit, dalam beberapa hal, merupakan cerminan dari ketidakpuasan tersebut.

Daripada hanya menyalahkan wasit, sepak bola perlu reformasi menyeluruh untuk mengembalikan kepercayaan dan emosi suporter. Dan mungkin, hal ini dimulai dengan melihat wasit sebagai manusia, bukan sekedar “kambing hitam” untuk masalah yang lebih besar.

Scr/(mashable)