Kekuatan besar pelatih Arsenal, Mikel Arteta di Emirates Stadium menimbulkan perbedaan pendapat di antara banyak tokoh senior lainnya.
Football London mengungkap salah satu alasan Edu Gaspar memutuskan hengkang dari posisi Direktur Olahraga klub pada November lalu karena Mikel Arteta mendapat kontrak baru berdurasi 3 tahun dengan Arsenal di awal musim.
Edu sangat menentang The Gunners memberikan terlalu banyak kekuasaan kepada Mikel Arteta, dan tidak ingin menandatangani kontrak jangka panjang dengan rekannya. Namun, keluarga Kroenkes mengabaikan permintaan Edu. Menyebabkan Edu tiba-tiba pergi untuk bergabung dengan kerajaan sepak bola miliarder Yunani Evangelos Marinakis.
Keputusan itu mengejutkan tim secara internal. Daily Mail memberitakan, banyak anggota direksi dan ruang ganti Arsenal yang terkejut dengan kabar tersebut.
Pasalnya mantan pemain asal Brasil itu meninggalkan kesan baik dan memberikan pengaruh besar terhadap perubahan klub London Utara selama beberapa tahun terakhir.
Setelah 3 bulan, banyak anggota direksi Arsenal yang menyadari bahwa pandangan Edu benar. Di bawah Arteta, tim Meriam London tak menunjukkan kemampuan bersaing memperebutkan gelar.
Usai kalah 0-2 dari Newcastle United pada leg pertama semifinal Piala Carabao 2024/2025, banyak pemain senior The Gunners yang mempertanyakan kemampuan Mikel Arteta membangkitkan mental tim.
Banyak petinggi Arsenal yang ingin keluarga Kroenke mempertimbangkan kembali masa depan Arteta, sekaligus mengambil alih kekuasaan pelatih asal Spanyol tersebut.
Arteta mengantarkan Arsenal menjadi juara Piala FA di penghujung musim 2019/20. Ia juga menjadi faktor penting dalam membantu kebangkitan klub pasca era Wenger. Namun, prestasi terbaik yang diraih pelatih ini setelahnya hanya membantu Martin Ødegaard dan kawan-kawan nyaris meraih gelar juara Liga Inggris dalam dua musim terakhir.
Musim ini, Arsenal menunjukkan tanda-tanda kehilangan tenaga dalam perburuan gelar juara Liga Inggris. Jika Newcastle tersingkir dari Piala Carabao, prospek tanpa gelar bagi The Gunners musim ini semakin besar.
Arsenal Tumpul di Lini Serang, Apa Solusinya untuk Mikel Arteta?
Arsenal menghadapi kesulitan dalam memanfaatkan peluang dalam serangan, tetapi Mikel Arteta sedang mencari solusi untuk meningkatkannya dengan tujuan transfer dan penyesuaian taktis yang tepat.
Arsenal sedang menjalani musim di mana kemampuan memanfaatkan peluang dalam menyerang menjadi isu yang menonjol. Meski berada di peringkat kedua klasemen Liga Inggris dan masih bersaing di Liga Champions, pertandingan seperti kekalahan 0-2 dari Newcastle di semifinal Piala Carabao telah memperlihatkan batasan terbesar mereka: kurangnya ketajaman dalam serangan.
Mikel Arteta telah membangun Arsenal menjadi tim dengan permainan kuat dan fleksibilitas di lini tengah. Namun terlalu fokus pada pertahanan dan penguasaan bola menyebabkan serangan kurang mampu melakukan terobosan.
Statistik memperjelas hal ini: mulai musim panas 2022, Arsenal menghabiskan hingga 243,8 juta pound untuk posisi bertahan dan lini tengah, sementara hanya 86 juta pound yang dihabiskan untuk penyerang.
Meski Gabriel Martinelli dan Bukayo Saka sudah matang secara signifikan, minimnya pilihan serangan yang berkualitas membuat Arsenal rentan terbaca permainan.
Laga seperti melawan Brighton atau Newcastle menunjukkan tim besutan Arteta kerap terjebak dalam posisi bertahan setelah unggul, kurang tajam untuk memperlebar jarak. Hal ini tidak hanya mengurangi efektivitas taktis tetapi juga menciptakan tekanan psikologis ketika peluang terlewatkan.
Arteta memahami hal ini dan sedang mencari cara untuk memperbaikinya. Ia bertujuan merekrut striker yang bisa berkembang dan sesuai dengan gaya bermain Arsenal, seperti Evan Ferguson atau Benjamin Sesko. Namun penundaan dan tingginya tuntutan dalam keputusan transfer menyebabkan Arsenal kehilangan banyak peluang untuk merekrut bintang seperti Alexander Isak atau Dusan Vlahovic.
Tak hanya berhenti pada penambahan personel, Arteta juga harus mengembalikan bentuk pilarnya. Martin Odegaard, yang dianggap sebagai pusat setiap serangan, belum mendapatkan kembali stabilitasnya setelah cedera pergelangan kaki. Fakta bahwa tim terlalu bergantung pada gol pertama untuk menciptakan momentum juga menjadi kelemahan yang perlu diperbaiki Arsenal.
Namun, sejarah Premier League telah membuktikan bahwa perubahan yang tepat bisa membawa perbedaan besar. Manchester United pada musim 1992-93 adalah contohnya, ketika Eric Cantona menjadi “kunci” untuk membantu mereka menyelesaikan masalah serangan mereka. Arsenal kini juga membutuhkan pemain yang bisa mengubah hasil pertandingan, membawa terobosan di masa-masa sulit.
Tantangan besar memang dihadapi Arteta, namun ia telah membuktikan kemampuannya membawa Arsenal kembali ke puncak Eropa. Dengan penyesuaian yang masuk akal di bursa transfer dan taktik, Arsenal dapat sepenuhnya mengatasi masa sulit ini dan terus menuju target yang lebih besar.
Scr/(mashable)