Chelsea bermain imbang 1-1 dengan Arsenal dalam pertandingan sengit, kehilangan satu pemain pada menit ke-38 tetapi tidak tumbang.
Kegigihan, cara Enzo Maresca menangani berbagai hal, dan semangat tim muda menunjukkan bahwa tim ini bukan lagi versi rapuh seperti musim-musim sebelumnya.
Semangat Chelsea
Ketika Marc Cucurella menjatuhkan Bukayo Saka di pertandingan pertama, jelas bahwa pertandingan ini tidak akan berjalan tenang. Chelsea dan Arsenal kembali bertemu dalam rivalitas lama, dan meskipun Arsenal mempertahankan posisi puncak mereka setelah bermain imbang 1-1, mereka meninggalkan Stamford Bridge dengan perasaan tidak nyaman bahwa Chelsea berkembang lebih cepat dari yang mereka perkirakan.
Performa tim tuan rumah semakin luar biasa ketika mereka harus bermain dengan 10 pemain sejak menit ke-38. Moises Caicedo, di hari yang “berdarah”, terpeleset dan langsung menghantam pergelangan kaki Mikel Merino. VAR turun tangan, wasit Anthony Taylor pergi ke layar dan memutuskan untuk memberikan kartu merah. Tidak ada alasan. Caicedo melakukan pelanggaran berbahaya, dan ini bukan pertama kalinya ia melewati garis gawang.
Biasanya, Chelsea yang masih muda akan runtuh dalam situasi seperti itu. Terutama dengan enam kartu merah musim ini, pertahanan yang minim pengalaman, dan badai kritik yang siap meledak. Arsenal adalah tim dengan struktur yang jelas dan stabil, serta dipimpin oleh manajer yang tidak lagi dianggap “petualang”. Mikel Arteta memiliki sistem untuk menghukum lawan yang tidak disiplin.
Namun hari ini, Chelsea tidak menundukkan kepala. Dan perbedaan terbesarnya adalah Enzo Maresca.
Pelatih berusia 45 tahun itu tidak menarik striker-strikernya, tidak membatasi formasinya, dan tidak mengambil keputusan yang aman. Ia tetap mempertahankan permainan menyerang dan membiarkan para pemainnya terus bermain seperti yang mereka terapkan pada Arsenal ketika mereka memiliki cukup pemain.
Keberanian yang Maresca sendiri tak berani tunjukkan beberapa bulan lalu. Ketika timnya kalah dari Manchester United atau Brighton karena kehilangan satu pemain, ia dikritik karena terlalu perfeksionis. Kali ini, ia mengakui, ia telah dewasa.
Dan Chelsea tumbuh bersamanya.
Dengan 11 pemain, Chelsea tampil lebih baik. Estêvão menyia-nyiakan peluang emas, dan pertahanan Arsenal yang digawangi Hincapie dan Mosquera selalu rapuh di bawah tekanan. Chelsea tidak punya alasan untuk kehilangan bola, dan mereka bahkan tidak melakukannya dengan 10 pemain.
Enzo Fernandez turun ke dalam untuk menguasai lini tengah, Reece James menjadi tumpuan setiap serangan, dan Trevoh Chalobah membuka skor dengan sundulan penentu di awal babak kedua. Gol tersebut tak hanya menciptakan keunggulan, tetapi juga menunjukkan bahwa Chelsea tahu bagaimana bertahan dalam pertandingan besar, sesuatu yang sudah lama kurang mereka miliki.
Arsenal memang unggul. Saka memasukkan bola, Merino melesat untuk menyamakan kedudukan di menit terakhir. Namun perlu ditekankan: sepanjang pertandingan, Arsenal tidak memegang kendali seperti biasanya. Chelsea membatasi mereka dengan jumlah tembakan terendah dalam lebih dari setahun.
Timber begitu terprovokasi oleh Fernandez hingga ia kehilangan ketenangannya saat lemparan ke dalam. Tiga pemain Arsenal mendapat kartu kuning karena tidak mampu mengimbangi kecepatan kontak yang diciptakan Chelsea.
Chelsea Tidak Lagi Panik
Itulah citra tim yang tahu cara berjuang. Bukanlah kebetulan bahwa penonton Stamford Bridge berdiri dan bertepuk tangan di akhir pertandingan. Mereka melihat apa yang telah mereka nantikan selama berbulan-bulan: Chelsea tak lagi panik di bawah tekanan, tak lagi rapuh di masa-masa sulit, tak lagi kehilangan semangat membara yang merupakan identitas lama mereka.
Tentu saja, masih ada masalah. Caicedo perlu belajar mengendalikan diri setelah serangkaian permainan berbahaya di awal musim. Ketidakkonsistenan telah menyulitkan Chelsea untuk masuk ke dalam persaingan gelar. Namun hari ini mereka mengirimkan pesan yang jelas: mereka kembali ke puncak, dan mereka melakukannya lebih cepat dari yang diharapkan.
Arsenal masih tim yang lebih kuat saat ini, masih memiliki kedalaman skuad, dan masih memiliki karakter sebagai penantang gelar sejati. Namun, untuk menang di Stamford Bridge di masa mendatang, mereka harus lebih siap. Karena Chelsea di bawah Maresca—meskipun masih muda—telah belajar untuk tidak takut.
Hasil imbang ini tidak memperkecil jarak dengan Chelsea di puncak klasemen. Namun, hasil imbang ini membawa sesuatu yang jauh lebih penting: keyakinan. Keyakinan bahwa mereka telah menemukan arah yang tepat, pelatih yang tepat, dan semangat juang yang sebelumnya tidak mereka miliki.
Tim yang muda, minim pengalaman, tapi tidak lemah. Tim yang membuat kesalahan tapi pantang menyerah. Chelsea yang bisa dibanggakan para penggemar ketika mereka bangkit kembali setelah setiap kegagalan.
Dan jika mereka terus tumbuh seperti ini, Arsenal dan semua orang harus waspada.
Scr/Mashable










