Cole Palmer bersinar di Chelsea setelah meninggalkan Man City. Meski menyesal kehilangannya, klub Manchester Biru tetap menganggap ini sebagai bukti kesuksesan sistem pelatihan akademi mereka.
Pemain berusia 22 tahun itu menjadi bukti paling menonjol keberhasilan sistem pelatihan akademi di Manchester City. Meski menjualnya ke Chelsea seharga 42 juta poundsterling sempat dianggap sebuah kesalahan, namun kenyataan menunjukkan bahwa keputusan tersebut konsisten dengan strategi jangka panjang klub.
Sebelum reuni dengan tim lamanya di Etihad, Palmer tidak hanya menjadi ancaman besar bagi pertahanan Manchester City tetapi juga menjadi bukti kemampuan tim dalam mengembangkan bakat dan menghasilkan pendapatan.
Palmer bergabung dengan Chelsea pada awal musim lalu dan dengan cepat menjadi salah satu pemain menyerang terbaik di Inggris. Dengan kemampuannya menggiring bola, menciptakan peluang, dan mencetak gol, ia telah mengejutkan banyak penggemar dan pakar dengan kedewasaannya yang luar biasa.
Pelatih Manchester City, Pep Guardiola, meski tak mengakuinya secara langsung, mungkin merasakan absennya pemain improvisasi seperti Palmer, apalagi di musim saat The Citizen sedang menghadapi krisis cedera.
Namun, kepergian Palmer tak hanya mendatangkan keuntungan besar bagi Man City, tapi juga konsisten dengan model operasional klub. Selama tiga musim terakhir, City telah memperoleh lebih dari 170 juta poundsterling dari penjualan lebih dari 20 pemain muda akademi.
Misalnya, Romeo Lavia meninggalkan Man City seharga 10 juta pound dengan klausul penjualan kembali 20%, membantu tim mendapatkan tambahan 10 juta pound ketika ia pindah ke Chelsea. Southampton, dalam dua setengah tahun, menghabiskan total 73 juta poundsterling untuk membeli enam pemain muda dari Man City, termasuk Gavin Bazunu, Taylor Harwood-Bellis dan Shea Charles.
Kesepakatan ini membantu Man City menjaga stabilitas keuangan, sekaligus menciptakan kondisi bagi Pep Guardiola untuk berinvestasi dalam kontrak-kontrak besar, sehingga mewujudkan era kesuksesan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Namun, melepas Palmer menimbulkan emosi campur aduk. Dia adalah talenta yang harus dipertahankan Man City dan contoh khas efektivitas sistem pelatihan pemain muda.
Palmer bukan satu-satunya kasus yang membuat Man City menyesal. David Brooks yang saat ini bermain untuk Bournemouth pernah menceritakan bahwa ia meninggalkan tim karena persaingan yang ketat di akademi.
“Ada sekitar tujuh pemain internasional baru yang datang ke tim U-18, dan itu tidak memberi saya banyak kesempatan untuk bermain,” kenang Brooks.
Keputusan sulit ini, meski terkadang salah, tidak dapat dihindari dalam sistem pelatihan pemain muda yang bertujuan untuk mengembangkan pemain dan menghasilkan pendapatan bagi klub.
Sebelum pertandingan antara Manchester City dan Chelsea, Palmer tidak hanya menjadi simbol keberhasilan dalam mengembangkan talenta muda, tetapi juga menjadi pengingat akan biaya dalam memilih prioritas finansial. Ia akan menghadapi tim lamanya di Etihad dengan keinginan membuktikan diri, tak hanya untuk membayar kepercayaan The Blues tapi juga membuat Man City menyesal melepas Palmer.
Scr/(mashable)