Hari Bersejarah di Milan, San Siro Menuju Era Baru

02.10.2025
Hari Bersejarah di Milan, San Siro Menuju Era Baru
Hari Bersejarah di Milan, San Siro Menuju Era Baru

San Siro yang legendaris – kuil sepak bola Milan yang berusia lebih dari 100 tahun, akan segera menutup perjalanan sejarahnya.

Dewan kota Milan telah menyetujui penjualan stadion San Siro kepada raksasa Serie A Inter dan AC Milan seharga £197 juta, membuka jalan bagi pembongkaran dan pembangunan stadion super baru.

Keputusan ini mengakhiri perdebatan bertahun-tahun mengenai masa depan San Siro, dan menandai dimulainya era baru sepak bola Milan. Inter dan Milan akan mengambil alih kepemilikan penuh San Siro, yang berarti mereka memiliki hak penuh untuk merobohkan bangunan bersejarah tersebut guna membangun stadion baru yang modern.

San Siro (resminya Giuseppe Meazza) diresmikan pada tahun 1926 dan telah menyaksikan serangkaian momen bersejarah, mulai dari Piala Dunia, derby sengit, hingga final Liga Champions. Namun, San Siro semakin tertinggal dari standar Eropa dalam hal fasilitas dan teknologi.

Inter dan Milan menggandeng Foster + Partners dan Manica untuk merancang stadion baru berkapasitas 71.500 tempat duduk. Proyek ini akan menjadi bagian dari proyek pembangunan kembali perkotaan berskala besar, yang mencakup area komersial dan perumahan. Proyek ini telah tertunda selama bertahun-tahun karena penolakan dari para politisi, pegiat konservasi, dan masyarakat setempat, yang menganggap San Siro sebagai kuil suci sepak bola Italia.

Kini, dengan dukungan dewan kota, prospek pembangunan katedral sepak bola baru di Milan semakin dekat. Namun, pembangunan ini juga menimbulkan kontroversi, dengan satu pihak menyesali hilangnya sebuah ikon, sementara pihak lain menantikan masa depan untuk bersaing secara setara dengan stadion sepak bola paling modern di Eropa.

Inter – AC Milan dan Perebutan San Siro

Stadion San Siro, sebuah simbol bukan hanya Milan tetapi juga sepak bola dunia, berada di tengah-tengah babak paling dramatis dalam sejarahnya.

Bukan di lapangan dengan derby-derbynya yang panas, melainkan di papan catur politik dan hukum yang kompleks. Kabar penundaan persetujuan penjualan stadion kepada Inter dan AC Milan hingga September bukan sekadar penundaan prosedural, melainkan langkah berisiko dalam pertandingan yang mempertaruhkan masa depan “Katedral” sepak bola ini.

Badai di Balai Kota

Inti dari drama ini adalah Wali Kota Beppe Sala. Investigasi terhadap dirinya dan pejabat senior lainnya telah memberikan pukulan telak bagi stabilitas pemerintahan kota. Namun, alih-alih mengundurkan diri, Sala justru tampak bermain habis-habisan. Dengan mengaitkan nasib politiknya dengan kesepakatan San Siro, ia menjadikan penjualan stadion tersebut sebagai bentuk kepercayaan terhadap dirinya sendiri (San Siro dimiliki oleh kota Milan).

Hal ini memaksa Inter dan Milan untuk mendukungnya, dan menekan para anggota dewan yang belum menentukan pilihan. Namun, posisinya di Dewan Kota rapuh. Beberapa suara “pemberontak” dari fraksinya sendiri dapat membuat seluruh rencana runtuh seperti istana pasir, merenggut karier politiknya dan impian kedua klub.

Berpacu dengan Waktu

Di tengah perdebatan para politisi, Inter dan Milan menghadapi musuh yang lebih kejam: waktu. 10 November bukanlah kebetulan. Tanggal tersebut merupakan “hari kiamat” bagi proyek pembongkaran dan pembangunan kembali. Ketika stadion yang ada saat ini menginjak usia 70 tahun, stadion tersebut akan resmi menyandang status “warisan budaya” yang tak tergoyahkan.

Penundaan hingga September mungkin terasa cukup, tetapi kenyataannya persaingannya sangat ketat. Setelah Dewan (kemungkinan) menyetujui, kedua klub hanya punya waktu dua bulan untuk menyelesaikan salah satu langkah paling rumit: menggalang dana dari bank dan menyelesaikan prosedur notaris. Penundaan dari bank atau masalah hukum kecil dapat menyebabkan mereka melewatkan tenggat waktu.

Kendala-kendala

Sekalipun pemungutan suara bulan September berhasil dan klub-klub berhasil mengumpulkan cukup uang sebelum batas waktu, perjuangan belum berakhir. Sebagaimana ditegaskan Gazzetta, serangkaian gugatan hukum akan diajukan ke pengadilan. Pihak yang menentang, pegiat konservasi, dan penggemar San Siro akan melakukan segala cara agar penjualan tersebut dinyatakan tidak sah.

Ini akan menjerumuskan masa depan stadion ke dalam labirin hukum yang panjang, dengan persidangan dan banding. San Siro bisa saja menjadi tuan rumah upacara pembukaan Olimpiade Musim Dingin 2026 sambil menunggu keputusan hakim.

Masa depan stadion legendaris ini tak lagi berada di tangan para arsitek atau pemilik klub, melainkan bergantung pada rapuhnya suara politik, kerasnya waktu, dan pertempuran hukum yang tak berkesudahan. Para penggemar hanya bisa menahan napas menantikan apakah “Katedral” mereka akan menemukan jalan keluar atau akan selamanya terbelenggu oleh masa lalunya yang gemilang.

Scr/Mashable