Nama Jens Raven tiba-tiba menjadi buah bibir pecinta sepak bola tanah air setelah mencatatkan sejarah di Piala AFF U-23 2025.
Pemain berdarah campuran Indonesia-Belanda itu sukses mencetak enam gol alias double hattrick saat Timnas Indonesia U-23 membantai Brunei Darussalam 8-0 di laga perdana Grup A yang digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Selasa malam (15/07/2025).
Dalam laga tersebut, Raven menunjukkan naluri striker sejatinya dengan mencetak gol pada menit ke-2, 9, 31, 33, 41, dan 62. Tak pelak, ia dinobatkan sebagai Man of the Match.
“Jujur saya tidak berpikir bisa mencetak enam gol, tapi saya sangat senang,” ujar Jens usai pertandingan.
Di balik sorotan tajam pada performanya di lapangan, tersimpan kisah menarik tentang asal-usul darah Indonesia yang mengalir dalam dirinya, yang kini memperkuat identitasnya sebagai bagian dari masa depan sepak bola Merah Putih.
Jens Raven lahir di Belanda pada 12 Oktober 2005. Ia mewarisi darah Indonesia dari sang nenek dari pihak ayah, yang berasal dari Yogyakarta. Dalam wawancaranya di kanal YouTube Yussa Nugraha, Raven menceritakan bahwa sang nenek pindah ke Belanda menggunakan kapal saat masa perang dunia berkecamuk.
“Nenek saya dari Jogja. Mereka datang ke Belanda naik kapal saat terjadi perang. Sampai sekarang, sebagian keluarga saya masih tinggal di Indonesia,” ujar Jens dalam sebuah obrolan di channel YouTube Yussa Nugraha.
Kisah itu menjadi pengingat bahwa garis keturunan Indonesia Raven bukan sekadar legalitas administrasi, melainkan bagian dari sejarah keluarganya yang berpindah dari Jawa ke Eropa demi keselamatan.
Jens menyadari bahwa masih ada keluarga dari neneknya yang tinggal di Indonesia. Ia mengaku belum kenal secara pribadi, namun tetap menganggap mereka sebagai keluarganya sendiri.
“Aku belum kenal mereka, tapi mereka juga keluargaku di Indonesia,” katanya.
Jens tumbuh dalam nuansa dua budaya dan Eropa dan Nusantara. Sang nenek, selain menjadi penghubung darah Indonesia dalam silsilahnya, juga rajin menyajikan masakan khas Indonesia seperti nasi goreng, soto, hingga gado-gado.
“Setiap minggu pasti makan masakan Indonesia, karena nenekku bisa masak,” ujar Jens bangga.
Ibunya yang berprofesi sebagai pramugari internasional juga sering membawa cita rasa Nusantara dari berbagai negara yang ia kunjungi. Lingkungan keluarga ini membuat Jens tidak asing dengan budaya Indonesia sejak kecil.
Jens Raven memulai karier sepak bola di akademi SV Nootdorp, lalu bergabung dengan akademi FC Dordrecht, klub kasta kedua Liga Belanda. Bersama FC Dordrecht U-21, ia telah mencetak 6 gol dari 20 laga.
Kiprahnya mulai dilirik PSSI sejak 2023, hingga proses naturalisasi rampung. Raven bergabung dengan skuad Timnas U-19 pada ASEAN U-19 Championship 2024, lalu lanjut memperkuat Timnas U-23 dan U-20 dalam ajang kualifikasi dan Piala Asia.
Dengan tubuh jangkung 189 cm, insting tajam di depan gawang, dan gaya bermain yang disiplin, banyak pihak mulai menyuarakan agar Jens diberi tempat di Timnas Senior, terutama di tengah kebutuhan akan sosok striker murni.
Koneksi Jens dengan Indonesia dimulai secara tidak sengaja lewat media sosial. Sebuah akun kecil yang membahas pemain keturunan mengunggah profilnya. Sejak saat itu, akun-akun besar sepak bola Indonesia mulai melirik. Dukungan pun mengalir deras.
“Banyak yang DM (direct message) saya, memberi semangat, dan membagikan postingan saya. Itu luar biasa. Saya bahkan tidak menyangka bisa mendapatkan dukungan sebesar itu dari negara yang belum pernah saya kunjungi,” ungkapnya penuh haru.
Ia juga mengaku sering menyaksikan pertandingan Timnas Indonesia, termasuk saat laga kualifikasi Piala Asia 2026 lalu. “Timnya bagus. Saya menantikan perkembangan dengan para pemain baru. Saya sangat ingin jadi bagian dari tim itu.”
Dengan fondasi teknik Eropa dan semangat untuk mengharumkan Indonesia, Jens Raven adalah paket lengkap. Sebagai penyerang, ia kuat secara fisik, tajam dalam penyelesaian, dan cerdas dalam membaca ruang.
Performa cemerlang Jens tak luput dari pantauan tim pemandu bakat PSSI. Bahkan, saat timnya yaitu FC Dordrecht U-21 menghadapi sebuah laga liga, pelatih Garuda Select dan Direktur Teknik PSSI sempat hadir langsung untuk mengamati aksinya.
Meski saat itu ia tidak bermain penuh, Jens tetap menyempatkan diri berbincang dan berkenalan dengan mereka.
“Itu sangat menyenangkan. Kami sempat ngobrol sebentar. Bahasa Inggris saya cukup membantu. Mereka datang untuk melihat perkembangan pemain-pemain keturunan, termasuk saya,” ungkapnya.
Tak hanya fokus berkarier di sepak bola, Jens juga tengah menyelesaikan pendidikannya di Den Haag. Jadwalnya padat dari pagi sekolah, siang latihan bersama FC Dordrecht, dan malamnya kadang melatih anak-anak usia U-14 di klub lamanya.
“Saya sedang mengambil program pelatihan pelatih. Saya melatih anak-anak di bawah 14 tahun. Rasanya menyenangkan bisa membagikan ilmu sambil tetap belajar,” jelas Jens yang bercita-cita juga menjadi pelatih suatu hari nanti.
Saat ini, ia masih mengandalkan transportasi umum untuk berangkat ke tempat latihan. Namun ia berharap segera bisa mengemudi sendiri agar perjalanan lebih efisien.
Darah dari Sang Ayah
Bakat Jens di dunia sepak bola ternyata diturunkan dari sang ayah, Bjorn Raven, meski tak sepopuler anaknya. Bjorn sempat aktif di dunia sepak bola amatir di Belanda dan kini menjadi pendukung utama perjalanan karier Jens sebagai pemain profesional.
Sang ayah mengungkapkan bahwa Jens mulai bermain sepak bola sebagai gelandang serang dan kemudian mulai bermain sebagai striker sejak usia 15 tahun.
Kemampuan membaca ruang dan memanfaatkan peluang membuatnya bertransformasi menjadi striker nomor 9 murni, yang kini begitu dicari oleh pelatih Shin Tae-yong (pelatih Timnas Senior Indonesia sebelumnya).
“Dia tahu cara bergerak di ruang sempit. Sejak umur 15 tahun dia dijadikan striker dan terus berkembang,” ujar Bjorn, dilansir dari obrolan di YouTube pengamat sepakbola Bung Harpa.
&t=986s
Ternyata, sepak bola juga mengalir dalam darah adiknya, Lois Raven, yang lahir pada 7 Januari 2009. Lois bermain sebagai sayap kanan depan (RWF) di klub DSVP di Belanda.
Meski belum bergabung dengan federasi mana pun, bakatnya membuat keluarga Raven optimistis, sepak bola akan terus menjadi bagian dari identitas keluarga ini.
Namun, keluarga Raven tetap realistis. “Dia (Jens Raven) masih muda. Ketika waktunya tiba, dia pasti siap,” kata Bjorn.
Scr/Mashable