Keputusan Aneh di Upacara Penghargaan Golden Ball 2025

23.09.2025
Keputusan Aneh di Upacara Penghargaan Golden Ball 2025
Keputusan Aneh di Upacara Penghargaan Golden Ball 2025

Legenda sepak bola Brasil Ronaldinho akan menjadi orang yang mempersembahkan Bola Emas 2025 pada gala yang berlangsung pada, Selasa 23 September dini hari WIB.

Keputusan dari majalah France Football – penyelenggara acara, dianggap simbolis, dan juga menambah drama seputar identitas pemilik penghargaan individu paling bergengsi pada tahun 2025.

Menurut Cope, terpilihnya Ronaldinho merupakan “langkah strategis”. Mantan pemain Brasil ini pernah bermain untuk PSG dan Barcelona, ​​dua tim yang dikaitkan dengan dua kandidat terkuat tahun ini, Ousmane Dembele dan Lamine Yamal. Kehadiran Ronaldinho di podium merupakan cara bagi penyelenggara untuk menjaga antusiasme dan rasa penasaran hingga akhir.

Dembele menjalani musim yang eksplosif dengan mencetak 35 gol dan 16 assist dalam 53 pertandingan, membantu PSG memenangkan 5 gelar utama termasuk Liga Champions, Ligue 1, Piala Nasional, Piala Super Prancis, dan Piala Super Eropa. Performanya yang konsisten dan kemampuannya dalam menentukan hasil pertandingan menjadikannya kandidat utama.

Yamal juga bukan pesepak bola sembarangan. Pemain berusia 18 tahun ini telah mencetak 18 gol dan memberikan 25 assist dalam 55 penampilan, memenangkan gelar domestik La Liga, Copa del Rey, Piala Super Spanyol, dan finis kedua di Nations League bersama Spanyol. Kedewasaannya yang melampaui usianya dan pengaruhnya menjadikannya lawan yang sepadan bagi Dembele.

Siapa yang akan dipilih Ronaldinho? Jawabannya baru akan terungkap di gala Golden Ball 2025, saat seluruh dunia sepak bola menanti dengan cemas.

Lamine Yamal dan Ousmane Dembele Goyangkan Persaingan Ballon d’Or 2025

Sementara itu, Perebutan Ballon d’Or 2025 memasuki fase menegangkan karena France Football bersiap mengumumkan daftar 30 nominasi dalam waktu dekat.

Setelah kemenangan bersejarah Rodri tahun lalu, sepak bola Spanyol terus menaruh harapan besar pada nama baru: Lamine Yamal.

Baru berusia 18 tahun, pemain muda berbakat Barcelona ini telah menjalani musim yang luar biasa, berkontribusi besar terhadap treble domestik tim Camp Nou dengan 18 gol dan 22 assist dalam 55 pertandingan. Bukan sekadar fenomena remaja, Yamal terbukti menjadi pilar sejati bagi Barcelona dan tim nasional.

Namun, rival terbesar Yamal dalam persaingan ini datang dari Paris: Ousmane Dembele. Pemain sayap Prancis ini menjalani musim terbaik dalam kariernya, membawa Paris Saint-Germain (PSG) meraih treble domestik dan khususnya gelar Liga Champions pertama dalam sejarah klub.

Dengan 35 gol dan 16 assist dalam 53 pertandingan, Dembele telah jauh melampaui apa yang sebelumnya ditunjukkannya di Barcelona.

Dalam pemungutan suara sebelumnya, terdapat 6 pemain Spanyol yang masuk dalam daftar pendek, termasuk Rodri, Lamine Yamal, Dani Carvajal, Alex Grimaldo, Nico Williams, dan Dani Olmo. Namun, musim ini telah mengalami perubahan besar.

Rodri dan Carvajal sebagian besar menepi karena cedera. Olmo mulai kehilangan tempat di Barcelona, sementara Grimaldo dan Nico Williams belum mampu mengulangi performa musim lalu.

Sebaliknya, nama-nama baru bermunculan. Pedri menjalani musim penuh tanpa cedera, kembali bermain sebagai konduktor gaya bermain Barcelona. Fabian Ruiz adalah bagian tak terpisahkan dari skuad PSG yang menjuarai Kejuaraan Eropa, membantu mengukuhkan posisi pemain Spanyol di level tertinggi.

Selain munculnya talenta muda, banyak nama besar menghadapi risiko meninggalkan 30 besar. Artem Dovbyk, Phil Foden, Emiliano Martínez, Antonio Rüdiger… adalah nama-nama yang kemungkinan akan dihapus dari daftar karena kinerja yang buruk atau kontribusi yang terbatas musim ini.

Sebaliknya, generasi baru yang menjanjikan siap beraksi. Raphinha, Desire Doue, Julian Alvarez, Achraf Hakimi, Nuno Mendes, Gianluigi Donnarumma, dan Robert Lewandowski semuanya telah menjalani musim yang impresif, dengan statistik dan performa yang memungkinkan mereka bersaing untuk mendapatkan nominasi. Beberapa dari mereka bahkan berpeluang masuk 10 besar jika performa mereka terus berlanjut hingga akhir musim.

Perlombaan Ballon d’Or tahun ini menjanjikan bukan hanya menjadi ajang kompetisi antara dua individu yang luar biasa, tetapi juga secara jelas menggambarkan transisi generasi, di mana bintang-bintang baru seperti Lamine Yamal tengah bangkit dengan kuat untuk menulis ulang sejarah.

Scr/Mashable