Dari bintang Real Madrid hingga narapidana Tremembe, Robinho menghadapi kenyataan pahit di balik jeruji besi: tidak ada hak istimewa, tidak ada kemewahan, hanya membayar harga atas kesalahan.
Robinho pernah menjadi kebanggaan sepak bola Brasil. Ia pernah membuat Bernabéu bergoyang dengan lincahnya. Ia dianggap sebagai penerus Pele, simbol improvisasi dan senyum Samba. Namun kini, di balik pintu dingin penjara Tremembe, hanya ada Robinho yang berdarah daging. Seorang pria yang dilucuti dari segala cahaya, ketenaran, dan bahkan rasa hormat minimal yang pernah diterimanya di luar lapangan.
Robinho baru saja muncul dalam video terbaru yang dilaporkan oleh Marca . Tidak ada lagi seragam sepak bola atau senyum arogan. Dia adalah tahanan nomor… seperti yang lainnya. Dia bilang dia tidak punya hak istimewa. Dia makan seperti mereka. Tidur seperti mereka. Bekerja seperti mereka. Dan bahkan bermain sepak bola hanya di hari Minggu. Ketika peluit sipir berbunyi.
Robinho bersikeras dirinya tidak bersalah. Ia mengaku melakukan semuanya secara sukarela. Ia mengaku tidak berbohong. Namun, hukuman sembilan tahun penjara dari Italia masih menggantung di pundak seorang pria yang pernah mencapai puncak kejayaan di Eropa. Pengadilan Brasil terus menolak bandingnya. Pintu kebebasan kembali tertutup rapat.
Robinho mengingatkan bahwa di penjara hanya ada satu hukum. Sipir memberi perintah. Tahanan hanya patuh. Sebuah pernyataan tak berdaya dari seseorang yang dulu hidup di dunia di mana semua mata tertuju padanya.
Robinho bukan satu-satunya bintang di penjara. Tremembe adalah rumah bagi orang-orang yang telah menjadi mimpi buruk bagi masyarakat. Para pembunuh. Para dokter yang telah melanggar sumpah mereka. Wajah-wajah yang menjadi berita utama karena kejahatan mereka, bukan karena tujuan mereka. Di sana, masa lalu Robinho – trofi, keterampilan, sorak-sorai – tak berarti. Mereka semua mengenakan seragam yang sama, menunggu makanan dan pembukaan stadion.
Para penggemar pernah membandingkan Robinho dengan Ronaldinho. Saat itu, Robinho dianggap sebagai salah satu permata paling cemerlang di sepak bola Brasil. Namun, kariernya hancur akibat kesalahan-kesalahan di luar lapangan. Kemerosotan kariernya yang panjang bukan disebabkan oleh cedera. Bukan pula karena sistem taktik yang buruk. Melainkan karena perilaku dan tanggung jawab pribadi.
Hari ketika Robinho menandatangani kontrak dengan Real Madrid pada tahun 2005. Dunia sepak bola mengagungkan “Pele kecil”. Dua puluh tahun kemudian. Orang-orang hanya mengingat Robinho karena hukuman pemerkosaan beramai-ramai. Sebuah babak kelam dalam hidupnya menggantikan semua momen gemilang itu.
Ada pemain yang kehilangan performanya lalu menemukan jati dirinya kembali. Ada bintang yang jatuh lalu bangkit kembali dengan kuat. Namun, ada juga yang menghancurkan diri sendiri dengan tangan mereka sendiri. Robinho terjerumus ke dalam rutinitas yang tak tertolong lagi.
Hari ini, mantan bintang Real Madrid itu muncul dengan penegasan bahwa ia setara dengan semua tahanan. Tidak ada hak istimewa bintang. Namun, keadilan ini justru merupakan hukuman terberat baginya.
Seorang bidadari sepak bola telah meninggalkan panggung tanpa tanggal kembali. Pintu penjara telah ditutup. Dan sorak sorai dari tribune penonton di masa lalu kini hanyalah masa lalu.
Robinho pernah berlari kencang untuk mengalahkan waktu. Namun pada akhirnya, ia tak bisa lepas dari kesalahannya sendiri.
Scr/Mashable










