Ruben Amorim menghadapi masalah taktis yang sulit di Manchester United dengan formasi 3-4-2-1. Bursa transfer Januari mendatang dianggap sebagai waktu yang krusial bagi dewan untuk mendatangkan bek sayap berkualitas, mengulangi formula sukses Patrick Dorgu.
Sejak manajer Ruben Amorim mengambil alih Old Trafford pada November 2024, Manchester United telah mengambil risiko taktik yang besar. Pelatih asal Portugal ini menerapkan formasi 3-4-2-1 secara kaku di setiap pertandingan, meskipun dikritik karena kurang fleksibel.
Kini, dengan jendela transfer musim dingin yang akan segera dibuka, dewan Man United dihadapkan pada titik pengambilan keputusan: menyediakan Amorim dengan peralatan yang tepat, atau menyaksikan proyeknya runtuh di awal.
Pendekatan Amorim sangat kontras dengan pendahulunya, Erik ten Hag. Pelatih asal Belanda itu meraih kesuksesan jangka pendek di Piala Carabao dan Piala FA dengan mengadaptasi taktik agar sesuai dengan pemain yang dimilikinya. Namun, kurangnya konsistensi dalam filosofi memengaruhi rencana jangka panjang klub, yang menyebabkan kepergiannya.
Di sisi lain, Amorim tetap berpegang pada satu sistem, meyakini bahwa stabilitas taktis akan membawa kesuksesan jangka panjang, serupa dengan yang dilakukan Oliver Glasner dan Raffaele Palladino di Crystal Palace dan Atalanta. Masalah terbesarnya adalah skuad Man United saat ini tampaknya tidak dibangun untuk mengamalkan filosofi ini.
Titik krusial sekaligus kelemahan fatal dalam formasi 3-4-2-1 Amorim adalah posisi bek sayap. Formasi ini membutuhkan dua pemain sayap dengan kemampuan menyerang yang sangat baik, yang secara konstan membongkar formasi lawan dan memberikan umpan silang berkualitas. Namun, kenyataan di Old Trafford menunjukkan gambaran yang paradoks.
Di sayap kanan, Amad Diallo adalah bintangnya, tetapi ia cenderung menusuk ke dalam untuk menyelesaikan serangan dengan kaki kirinya yang dominan. Skenario serupa terjadi di sayap kiri, di mana Diogo Dalot, seorang pemain berkaki kanan, sering kali terpaksa memegang bola dengan cara yang tidak wajar, sehingga secara signifikan mengurangi opsi serangan tim.
Rekrutan pertama Amorim, Patrick Dorgu, adalah jawaban yang perlu dipertimbangkan oleh dewan direksi. Pemain Denmark ini adalah bek sayap kiri kidal yang khas, menawarkan fleksibilitas dan beragam opsi serangan. Kemampuannya untuk maju dan mundur tepat waktu, serta rekor golnya yang impresif untuk tim nasional (2 gol dalam 5 pertandingan), menunjukkan bahwa Dorgu adalah tipe pemain yang diinginkan oleh sistem Amorim.
Kehadiran pemain seperti itu akan membebaskan para penyerang, memberi Benjamin Sesko lebih banyak peluang udara dari umpan silang awal, sekaligus menciptakan ruang bagi penyerang seperti Matheus Cunha untuk menusuk ke dalam dan menyelesaikan peluang. Oleh karena itu, bursa transfer Januari mendatang menjadi lebih mendesak dari sebelumnya.
United tidak hanya membutuhkan kedalaman skuad dengan masa depan Luke Shaw dan Noussair Mazraoui yang masih diragukan, tetapi mereka juga menghadapi kemungkinan kehilangan pemain kunci. Piala Afrika (AFCON) akan membuat Amad, Bryan Mbeumo, dan Mazraoui absen untuk waktu yang lama, yang berarti tanpa bala bantuan bek sayap yang berkualitas, sistem pertahanan Amorim terancam lumpuh total.
Man United harus bertindak tegas. Mereka perlu mengulangi keputusan bijak merekrut Patrick Dorgu, mendatangkan bek sayap sejati yang sesuai dengan filosofi sang pelatih. Ini bukan sekadar transfer, melainkan penegasan keyakinan pada jalan yang sedang dibangun Ruben Amorim.
Scr/Mashable










