Nilai total timnas Malaysia anjlok setelah kehilangan 7 pemain yang terlibat skandal naturalisasi.
Pada Selasa 7 Oktober 2025 dini hari WIB, FIFA menyimpulkan penyelidikannya yang menunjukkan bahwa tujuh pemain termasuk Gabriel Arrocha, Jon Iraurgui, Facundo Garces, Rodrigo Holgado, Imanol Machuca, Joao Figueiredo dan Hector Hevel bukan berasal dari Malaysia seperti yang ditegaskan FAM (Federasi Sepak Bola Malaysia).
Sebelum terjerat skandal naturalisasi dan dilarang bermain, ketujuh pemain yang disebutkan di atas dianggap mampu mengangkat level tim nasional Malaysia. Total nilai grup ini mencapai 7,25 juta euro, menurut situs data Transfermarkt .
Dari jumlah tersebut, 3 pemain telah melampaui batas valuasi 1 juta euro, yaitu Facundo Garces (1 juta euro), Imanol Machuca (2,5 juta euro), dan Joao Figueiredo (2 juta euro). Kecuali Figueiredo yang bermain untuk Johor Darul Ta’zim di Kejuaraan Nasional Malaysia, dua pemain lainnya, Machuca dan Garces, masing-masing bermain untuk Velez Sarsfield (Argentina) dan Alaves (Spanyol).
Tercatat, total nilai skuad tim Malaysia pada sesi latihan Oktober lalu hanya sekitar 7,8 juta euro, hampir setara dengan nilai tujuh pemain yang terkena sanksi di atas.
Meski tak diperkuat sejumlah pemain naturalisasi, tim Malaysia tetap akan melanjutkan kiprahnya di kualifikasi Piala Asia 2027 bulan ini.
Tim akan berkumpul di Vientiane (Laos) dari tanggal 6 hingga 8 Oktober, sebelum menghadapi tim tuan rumah di Stadion Nasional Laos pada tanggal 9 Oktober. Pertandingan leg kedua dijadwalkan berlangsung di Stadion Bukit Jalil (Kuala Lumpur) pada tanggal 14 Oktober.
Bongkar Bukti Dokumen Palsu 7 Pemain Naturalisasi, FIFA Denda Berat Malaysia
FIFA telah menjatuhkan denda besar kepada Federasi Sepak Bola Malaysia dan tujuh pemain naturalisasi karena memalsukan dokumen asal, dan menyebutnya sebagai tindakan yang “sangat melanggar integritas sepak bola”.
Persatuan Sepak Bola Malaysia (FAM) menghadapi salah satu tindakan disiplin paling serius dalam sejarahnya karena FIFA secara resmi menyimpulkan bahwa agensi dan tujuh pemain naturalisasi tersebut melanggar Pasal 22 Kode Disiplin FIFA 2025 tentang “Pemalsuan dan pemalsuan dokumen”.
Berdasarkan hasil investigasi yang diumumkan pada 7 Oktober dini hari, FAM telah menyerahkan akta kelahiran palsu kepada FIFA, dengan klaim bahwa kakek-nenek dari tujuh pemain tersebut berasal dari Malaysia untuk melegitimasi kelayakan mereka bermain di tim nasional. Namun, badan sepak bola dunia tersebut memverifikasi bahwa ketujuh pemain tersebut lahir di luar negeri dan tidak memiliki hubungan darah dengan Malaysia.
Daftar pemain yang disebutkan antara lain: Gabriel Felipe Arrocha (Spanyol), Facundo Tomás Garcés, Rodrigo Julián Holgado, Imanol Javier Machuca (Argentina), João Vítor Brandão Figueiredo (Brasil), Jon Irazabal Iraurgui (Spanyol) dan Héctor Alejandro Hevel Serrano (Belanda).
FIFA menyatakan bahwa dokumen-dokumen yang diajukan FAM telah dipalsukan secara sistematis, dengan detail yang begitu spesifik sehingga dipalsukan secara “profesional”. Misalnya, dalam permohonan Gabriel Arrocha, FAM mengklaim bahwa neneknya – María Belen Concepción Martin – lahir di Malaka, Malaysia, padahal dokumen aslinya menyatakan ia lahir di Santa Cruz de la Palma, Spanyol. Demikian pula, dalam kasus-kasus lain ditemukan kesalahan dalam mencantumkan tempat lahir kakek-nenek – dari George Town, Penang hingga Kuching, Sarawak – padahal sebenarnya mereka berada di Argentina, Brasil, Spanyol, atau Belanda.
Menghadapi bukti yang jelas, FIFA memutuskan untuk memberikan hukuman berat:
FAM didenda 350.000 CHF (setara dengan sekitar Rp5,8 miliar), atau 50.000 CHF untuk setiap pemain yang terlibat.
Setiap pemain didenda CHF 2.000 dan dilarang dari semua aktivitas sepak bola selama 12 bulan sejak tanggal pengumuman.
Seluruh denda harus dibayar dalam waktu 30 hari.
FAM masih memiliki hak untuk mengajukan banding ke Komite Banding FIFA, tetapi prosesnya sangat ketat: dalam waktu 3 hari harus menyampaikan niatnya untuk mengajukan banding dan dalam 5 hari berikutnya harus mengirimkan dokumen terperinci, disertai biaya sebesar 1.000 CHF.
Dalam kesimpulannya, FIFA menekankan bahwa tindakan FAM bukan sekadar kesalahan prosedural, melainkan “pelanggaran serius yang bersifat curang dan berdampak langsung pada integritas dan keadilan sepak bola global.” Komite Disiplin menegaskan akan terus memantau dan menerapkan prinsip “tanggung jawab absolut”, dan menganggapnya sebagai peringatan keras bagi federasi yang cenderung “menghindari hukum” untuk memperkuat tim nasional mereka melalui naturalisasi ilegal.
Skandal ini tidak hanya merusak citra FAM tetapi juga mengancam reputasi sepak bola Malaysia — industri sepak bola yang sedang berupaya membangun citra profesional dan terintegrasi secara internasional. Setelah keputusan FIFA, para ahli mengatakan FAM kemungkinan harus mereformasi sepenuhnya sistem manajemen profil pemainnya dan menghadapi risiko diawasi secara khusus pada periode pendaftaran mendatang.
“Integritas adalah fondasi sepak bola. Setiap tindakan tidak jujur, betapa pun cerdiknya disamarkan, akan terdeteksi dan dihukum,” tegas seorang pejabat FIFA dalam sebuah pernyataan.
Dengan hukuman ini, sepak bola Malaysia memasuki periode kekacauan baru — tidak hanya di lapangan, tetapi juga di dalam badan pengurus, di mana kepercayaan perlu dipulihkan dari nol.
Scr/Mashable