Nama Erick Thohir kembali menjadi sorotan nasional hari ini, di tengah kabar kencang bahwa ia dilantik sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) baru oleh Presiden Prabowo Subianto. Sebagai seorang pebisnis ulung yang telah membuktikan ketangguhannya di panggung olahraga global, Erick Thohir bukanlah orang asing bagi pencinta olahraga Indonesia.
Kariernya yang gemilang, mulai dari mengubah nasib Inter Milan hingga mereformasi PSSI, membuatnya layak dijagokan sebagai Menpora. Namun, isu utama yang kini mengemuka adalah: apakah Erick Thohir harus mundur dari kursi Ketua Umum PSSI jika benar-benar menjabat Menpora? Artikel ini mengupas profil lengkap Erick Thohir, investasi olahraganya di kancah dunia, serta gebrakan-gebrakan monumental yang membuatnya dikenal sebagai “penggebrak” olahraga.
Isu Erick Thohir Jadi Menpora Baru: Mundur dari PSSI atau Tetap Merangkap?
Kabar pelantikan Erick Thohir sebagai Menpora baru menggema sejak kemarin, Senin (16/9/2025), setelah reshuffle kabinet yang mengosongkan posisi Dito Ariotedjo. Menurut sumber dekat Istana Negara, pelantikan dijadwalkan hari ini di Istana Merdeka, Jakarta, dan Erick disebut sebagai kandidat terkuat menggantikan Dito.
Sebelumnya, nama-nama seperti Raffi Ahmad dan Andre Rosiade sempat beredar, tapi Erick Thohir muncul sebagai pilihan akhir Presiden Prabowo, yang menginginkan figur berpengalaman di olahraga untuk mengejar target ambisius: mengirim 100 atlet Indonesia ke Olimpiade Los Angeles 2028.
Pertanyaan besar yang kini menggelayuti publik adalah nasib jabatan Erick sebagai Ketua Umum PSSI. Saat ini, Erick menjabat sejak Februari 2023, memimpin federasi sepak bola nasional dengan visi reformasi total. Banyak pakar hukum olahraga menilai bahwa jabatan Menpora dan Ketua PSSI berpotensi menimbulkan konflik kepentingan, sebagaimana diatur dalam Statuta FIFA yang menekankan independensi federasi. Jika Erick terpilih, ia kemungkinan besar harus memilih satu di antaranya—mirip kasus pendahulunya Zainudin Amali yang mundur dari PSSI saat menjabat Menpora pada 2019.
Erick Thohir sendiri masih menunggu keputusan FIFA soal statusnya sebagai Ketua Umum PSSI. Netizen di media sosial ramai berspekulasi: apakah Erick akan tetap merangkap seperti saat jadi Menteri BUMN? Atau, ini menjadi momen transisi kepemimpinan PSSI yang lebih segar? Agenda padat Menpora baru—SEA Games Thailand 2025, Asian Games 2026—juga menanti Erick, menambah bobot tanggung jawabnya.
Investasi Erick Thohir di Klub Olahraga Dunia: Dari Inter Milan hingga IOC dan FIBA
Erick Thohir bukan sekadar pengusaha; ia adalah investor olahraga kelas dunia yang telah menaburkan modal miliaran dolar di berbagai benua. Lahir di Jakarta pada 30 Mei 1970 dari keluarga konglomerat Astra International, Erick memulai karir di media sebelum merambah olahraga. Passion-nya pada basket dan sepak bola mendorongnya membangun portofolio yang mencakup klub-klub elit.
Mulai dari sepak bola, Erick pernah menjadi pemilik mayoritas Inter Milan pada 2013, mengakuisisi 70% saham senilai sekitar 300 juta euro dari Massimo Moratti. Ia juga pemilik DC United di Major League Soccer (MLS) Amerika Serikat sejak 2012, di mana ia berinvestasi besar untuk membangun stadion Audi Field berkapasitas 20.000 penonton. Saat ini, Erick adalah co-owner Oxford United di Championship Inggris bersama Anindya Bakrie (51% saham sejak 2022) dan Persis Solo di Liga 1 Indonesia bersama Kaesang Pangarep. Investasi ini tak hanya soal prestasi, tapi juga ekspansi brand Indonesia di global.
Di basket, Erick adalah founder dan pemilik Satria Muda sejak 1999, klub andalan Indonesian Basketball League (IBL) yang sering juara. Ia menjabat Presiden Asosiasi Bola Basket Asia Tenggara (SEABA) selama tiga periode (2006–2019), membawa turnamen regional ke level profesional. Pengalamannya di basket juga membawanya ke Philadelphia 76ers (NBA) sebagai bagian konsorsium pada 2011, meski kini ia fokus di level nasional sebagai mantan anggota dewan kehormatan PERBASI (2015–2019).
Tak berhenti di klub, Erick dipercaya sebagai anggota International Olympic Committee (IOC) sejak 2019, di mana ia berkontribusi pada pengembangan olahraga berkelanjutan. Ia juga duduk di FIBA Central Board, memengaruhi kebijakan basket global. Selain itu, sebagai Ketua Umum PSSI, Erick mengelola federasi dengan anggaran tahunan ratusan miliar rupiah, termasuk hak siar Liga 1. Portofolio ini menjadikan Erick sebagai jembatan antara olahraga Indonesia dan dunia, dengan nilai investasi keseluruhan mencapai miliaran dolar.
Gebrakan Erick Thohir di Dunia Olahraga: Reformasi yang Mengubah Wajah Sepak Bola dan Basket
Gebrakan Erick Thohir di olahraga tak terhitung, tapi yang paling ikonik adalah transformasinya di Inter Milan dan PSSI. Saat mengambil alih Inter pada 2013, klub raksasa Italia itu sedang terpuruk: finis peringkat kesembilan Serie A musim sebelumnya, utang menumpuk, dan absen dari Liga Champions. Erick bergerak cepat dengan merekrut talenta mewah seperti Mauro Icardi (transfer 13 juta euro), Geoffrey Kondogbia (36 juta euro), dan Daley Blind (transfer termahal era-nya). Ia juga membenahi manajemen dengan mendatangkan CEO dari Manchester United dan pakar UEFA, plus fokus pada pemasaran global—termasuk tur Asia yang mendongkrak pendapatan 20%. Hasilnya? Inter bangkit ke peringkat empat Serie A pada 2016 dan 2018, meski sempat kontroversial karena penjualan saham ke Suning pada 2016. “Erick adalah juru selamat,” tulis Tuttosport kala itu.
Di PSSI, gebrakan Erick sejak 2023 bahkan lebih revolusioner. Ia memulai dengan audit keuangan menyeluruh oleh Ernst & Young, mengungkap penyimpangan dan membersihkan tata kelola. Erick mendatangkan Shin Tae-yong sebagai pelatih Timnas dengan kontrak jangka panjang, plus kerja sama dengan Japan Football Association (JFA) untuk pelatihan wasit dan pelatih. Puncaknya, ia menggandeng Argentina—juara Piala Dunia 2022—untuk uji coba pada 2023, meski kalah 0-2, tapi itu langkah besar untuk eksposur Timnas. Di basket, sebagai Presiden SEABA, Erick menggelar turnamen tahunan yang melibatkan 10 negara, meningkatkan partisipasi atlet Asia Tenggara hingga 30%. Ia juga Chef de Mission Indonesia di Olimpiade London 2012, memastikan kontingen berprestasi meski minim medali.
Gebrakan ini tak lepas dari visi Erick: olahraga sebagai alat diplomasi dan pembangunan. Di IOC, ia mendorong reformasi gender equality, sementara di FIBA, ia advokasi pengembangan basket di negara berkembang. Kritikus bilang Erick terlalu ambisius, tapi prestasinya tak terbantahkan—dari menyelamatkan Inter hingga membawa Timnas Indonesia ke Piala Asia 2023.
Erick Thohir, calon Menpora baru, adalah simbol harapan olahraga Indonesia. Apapun keputusannya soal PSSI, jejaknya telah mengukir sejarah. Dengan agenda SEA Games dan Olimpiade di depan mata, Erick siap menggebrak lagi. Apakah ia akan mundur dari PSSI? Jawabannya mungkin segera terungkap hari ini. Pantau terus perkembangannya!
Scr/Mashable