Di tengah dinginnya udara pegunungan Norwegia yang menyapa Førde, sebuah kota kecil di barat laut Eropa, sebuah cerita heroik baru lahir dari tangan besi seorang pemuda asal Banten. Rizki Juniansyah, lifter berusia 22 tahun yang telah menjadi ikon angkat besi Indonesia, kembali menorehkan sejarah pada Selasa, 7 Oktober 2025 dini hari WIB.
Di Kejuaraan Dunia IWF 2025, ia menyabet dua medali emas di kelas 79 kg putra: satu di nomor clean & jerk dengan angkatan 204 kg yang memecahkan rekor dunia, dan satu lagi di total angkatan 361 kg. Prestasi ini bukan hanya kemenangan pribadi, tapi juga bukti bahwa Indonesia terus mengukir jejak emas di panggung global.
Bayangkan arena Fordehuset yang bergemuruh saat Rizki, dengan fokus tajam di matanya, mengangkat beban itu. Clean & jerk 204 kg bukan angka sembarangan—itu melampaui rekor sebelumnya sebesar 202 kg yang dipegang sesama lifter Indonesia, Rahmat Erwin Abdullah.
Di nomor snatch, Rizki meraih perunggu dengan 157 kg, meski gagal dua kali di percobaan 162 kg. Totalnya tetap unggul satu kg atas pesaing terberatnya dari Korea Utara, Ri Chong-song (360 kg), sementara perak clean & jerk jatuh ke tangan Rahmat (203 kg). Ini adalah momen di mana kekuatan fisik bertemu ketangguhan mental, dan Rizki membuktikan dirinya sebagai pewaris sah dari tradisi angkat besi Merah Putih.
Lahir di Kota Serang, Banten, pada 17 Juni 2003, Rizki tumbuh di lingkungan yang sudah berbau besi dan keringat sejak hari pertama. Ayahnya, Mohammad Yasin, adalah mantan atlet nasional yang pernah berlaga di tiga edisi SEA Games (1983-1993), sementara ibunya, Yeni Rohaeni Durachim, juga seorang lifter andalan Banten.
Dua kakaknya, Randy Maulida Yasin dan Riska Anjani Yasin, serta kakak iparnya, Triyatno—peraih perak Olimpiade London 2012—semua terlibat dalam olahraga ini.
“Saya mulai latihan di sasana ayah saat SD kelas 4. Melihat mereka berjuang, saya tahu ini jalan saya,” kenang Rizki dalam wawancara pasca-kualifikasi Olimpiade 2024.
Di usia 13 tahun, ia resmi bergabung dengan klub lokal, dan sejak itu, karirnya seperti roket yang tak pernah kehabisan bahan bakar. Kiprah Rizki di level nasional sudah mencuri perhatian sejak remaja. Pada 2017-2018, ia menyapu emas di Kejuaraan Nasional Antar-PPLP, diikuti kemenangan di Pekan Olahraga Regional Pemuda (Popda) dan Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Banten.
Puncaknya di PON 2021 Papua, di mana ia meraih emas kelas 73 kg mewakili Banten. Tapi, panggung internasionallah yang benar-benar mengukir namanya. Tahun 2021 menjadi titik balik: di Kejuaraan Dunia Junior IWF di Tashkent, Uzbekistan, Rizki borong emas dengan total 349 kg (snatch 155 kg, clean & jerk 194 kg), memecahkan tiga rekor dunia junior.
Ia ulangi keajaiban itu di Islamic Solidarity Games Turki, sapu bersih tiga emas, meski di SEA Games Vietnam hanya perak karena naik kelas ke 81 kg.Tahun 2022 membawa lebih banyak gemilang. Di Kejuaraan Dunia Junior Yunani, Rizki pertahankan gelar juara sambil pecahkan rekor snatch junior menjadi 156 kg.
SEA Games 2023 di Kamboja? Emas lagi, kali ini dengan tiga rekor games baru (total 347 kg). Namun, perjalanan tak selalu mulus. Agustus 2023, operasi usus buntu memaksanya absen 5-6 bulan, mengancam tiket Olimpiade Paris. “Saya pikir itu akhir, tapi keluarga dan pelatih bilang, ‘Bangkit, Kijun!'” ceritanya.
Dengan tekad baja, ia kembali dan di IWF World Cup 2024, catat total 365 kg—rekor dunia saat itu—untuk amankan slot Olimpiade.Paris 2024 adalah puncak awal kariernya. Di kelas 73 kg, Rizki raih emas dengan total 354 kg (snatch 155 kg, clean & jerk 199 kg yang pecahkan rekor Olimpiade). Ia kalahkan juara bertahan China, Shi Zhiyong, yang gagal total di clean & jerk. Di usia 21 tahun, Rizki jadi atlet Indonesia termuda peraih emas Olimpiade, sekaligus emas pertama angkat besi Tanah Air sejak 1952.
“Saya bahagia, bangga, dan emosional. Ini untuk seluruh rakyat Indonesia yang mendukung,” katanya usai podium, diiringi lagu “Indonesia Raya” yang menggema.
Kemenangan di Førde 2025 bukan kebetulan, tapi kelanjutan evolusi. Naik ke kelas 79 kg sesuai regulasi IWF baru, Rizki adaptasi cepat meski demam ringan sebelum tanding. Prestasinya ini lanjutkan dominasi Indonesia: Rahmat perak clean & jerk, Eko Yuli Irawan perunggu snatch kelas 65 kg (137 kg setelah dua gagal).
Total, tiga medali untuk Garuda di ajang ini. Apresiasi pun mengalir deras. Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Erick Thohir, dalam pernyataan resminya, tak henti memuji: “Prestasi membanggakan Rizki Juniansyah ini kita sambut dengan gembira dan apresiasi setinggi-tingginya, karena berhasil mempersembahkan dua medali emas dari ajang bergengsi kejuaraan dunia angkat besi IWF 2025. Bahkan Rizki juga berhasil memecahkan rekor dunia.”
Erick menambahkan, “Prestasi atlet angkat besi Indonesia di kejuaraan dunia ini salah satunya juga adanya peran besar Ketua Umum PB PABSI Rosan Roeslani yang sekaligus sesuai harapan besar Presiden Prabowo agar atlet Indonesia terus berjaya di tingkat dunia. Saya juga mengucapkan selamat kepada para lifter kebanggaan kita Rahmat Erwin dan Eko Yuli yang juga berhasil meraih medali pada ajang ini. Keberhasilan ini tak lepas dari dukungan Bapak Rosan Roeslani sebagai ketua umum PB PABSI.”
Ia menegaskan komitmen Kemenpora: “Kemenpora akan terus fokus mendukung para atlet angkat besi untuk memberikan yang terbaik bagi bangsa, karena cabang ini juga merupakan cabang olahraga prioritas. Sesuai dengan pesan Presiden Prabowo Subianto yang berharap para atlet mengharumkan nama Indonesia dan menunjukkan semangat patriotiknya di berbagai ajang kelas dunia.”
Rizki sendiri, pasca-kemenangan, tampak rendah hati. “Saya belum puas. Rekor total tinggal satu kg lagi, saya incar di kesempatan berikutnya,” ujarnya, mata berbinar.
Sebagai bagian dari Tim Visa 2024, ia juga jadi inspirasi bagi pemuda Banten dan Indonesia. Dari sasana kecil di Serang hingga podium dunia, perjalanan Rizki ajarkan satu pelajaran: kekuatan lahir dari darah, keringat, dan doa.
Dengan Olimpiade Los Angeles 2028 di depan mata, dunia angkat besi patut waspadai lifter Banten ini. Indonesia bangga, dan cerita Rizki Juniansyah baru dimulai.
Scr/Mashable