Reaksi Liverpool Setelah Mohamed Salah Tidak Masuk Nominasi Ballon d’Or 2025

24.09.2025
Reaksi Liverpool Setelah Mohamed Salah Tidak Masuk Nominasi Ballon d'Or 2025
Reaksi Liverpool Setelah Mohamed Salah Tidak Masuk Nominasi Ballon d'Or 2025

Ousmane Dembele memenangkan Ballon d’Or 2025, sementara Mohamed Salah finis di posisi keempat. Tak lama setelah itu, Liverpool segera memberikan penghormatan kepada bintang Mesir tersebut setelah musim yang gemilang.

Pada Selasa 23 September 2025 dini hari WIB, di Teater Chetelet (Paris), para elit sepak bola berkumpul untuk upacara penganugerahan Bola Emas 2025. Di kategori putri, Aitana Bonmate terus mendominasi dengan gelar ketiganya secara berturut-turut. Di kategori putra, gelar tertinggi dianugerahkan kepada Ousmane Dembele setelah musim yang bersejarah.

Dalam persaingan sengit, Dembele mengungguli talenta muda Lamine Yamal (Barcelona) dan rekan setimnya Vitinha untuk meraih gelar individu bergengsi untuk pertama kalinya. Mohamed Salah , yang mencetak 57 gol di musim 2024/25, sayangnya berada di peringkat ke-4, meskipun dianggap sebagai salah satu kandidat cemerlang.

Menariknya, Salah tidak hadir di acara gala tersebut. Liverpool mengirimkan kapten Virgil van Dijk, kiper Alisson Becker, dan pelatih Arne Slot untuk hadir, sementara striker berusia 33 tahun itu memilih untuk menonton dari jauh. Segera setelah peringkat Salah diumumkan, laman Liverpool langsung mengunggah pesan singkat namun membanggakan: “Musim yang tak terlupakan bersama Salah”, beserta serangkaian foto luar biasa dirinya dalam balutan seragam merah.

Hal ini dipandang sebagai cara klub untuk menunjukkan rasa terima kasih dan menegaskan kembali status ikonik Salah meskipun ia gagal naik podium. Dengan 57 gol yang dicetaknya, bintang Mesir ini masih menjadi kekuatan pendorong di balik kembalinya Liverpool ke persaingan gelar juara di bawah asuhan Arne Slot.

Kontroversi Meletus di Acara Ballon d’Or 2025

Hasil peringkat Ballon d’Or 2025 dengan cepat memicu kontroversi di Prancis.

Ketika daftar peringkat 30 hingga 11 diungkapkan oleh France Football, banyak penggemar Paris Saint-Germain (PSG) terkejut melihat Jude Bellingham berada di peringkat 23, di atas Fabian Ruiz – pahlawan mereka di musim bersejarah musim lalu.

Di forum dan media sosial, gelombang reaksi pun bermunculan. Salah satu akun dengan blak-blakan berkata: “Bellingham soal Fabian Ruiz, sungguh lelucon.” Bagi sebagian besar penggemar PSG, keputusan ini tak hanya tak masuk akal, tetapi juga merupakan penyangkalan atas performa gemilang sang gelandang Spanyol sepanjang tahun.

Alasan kemarahan para penggemar Paris mudah dipahami. Di semifinal Piala Dunia Antarklub FIFA 2025, di mana PSG berhadapan dengan Real Madrid, Fabian Ruiz tampil gemilang dengan dua golnya, berkontribusi besar pada kemenangan telak 4-0. Di sisi lain, Bellingham baru masuk lapangan pada menit ke-65 ketika Real Madrid tertinggal 0-3 dan hampir tidak meninggalkan kesan. Sebuah konfrontasi langsung, dengan hasil yang sangat jelas.

Namun pada akhirnya, peringkat menunjukkan bahwa gelandang Inggris itu berada satu peringkat di atas rekan-rekannya, membuatnya kalah telak di lapangan. Bagi banyak penggemar, ini merupakan ketidakadilan yang sulit diterima.

Musim 2024/25 merupakan periode tersukses dalam karier Fabian Ruiz. Di bawah arahan Luis Enrique, ia menjadi bagian penting dalam membantu PSG menjuarai Liga Champions untuk pertama kalinya, sekaligus melengkapi treble bersejarah. Meskipun gagal menjuarai Nations League bersama tim nasional Spanyol, Fabian Ruiz tetap meninggalkan jejak yang kuat dengan permainannya yang seimbang dan gol-gol pentingnya.

Sementara itu, Jude Bellingham mengalami tahun yang sulit bersama Real Madrid. Cedera bahu dan tulang selangka memaksanya menjalani operasi di musim panas, dan performanya tidak konsisten. Lebih penting lagi, Real Madrid tidak meraih hasil positif di semua kompetisi – sangat kontras dengan kebangkitan PSG.

Di media sosial, banyak orang berkomentar sinis tentang peringkat tersebut: “Fabian Ruiz peringkat ke-24, Joao Neves peringkat ke-19… (tertawa terbahak-bahak)”. Perbandingan tersebut semakin menunjukkan perbedaan antara penilaian juri dan persepsi di lapangan.

Bellingham masih merupakan talenta hebat, tetapi menempatkannya di atas Fabian Ruiz, yang baru saja menjalani musim yang “tak terulang”, membuat banyak orang bertanya: apakah kriteria pemungutan suara Ballon d’Or benar-benar mencerminkan nilai dan kontribusi di lapangan?

Di Paris, jawabannya jelas: mereka melihat ini sebagai ketidakadilan, bahkan kurangnya rasa hormat terhadap bintang yang telah membawa PSG ke puncak Eropa.

Scr/Mashable