Reaksi Pemain Timnas Malaysia usai Mendapat Hukuman Berat dari FIFA

07.10.2025
Reaksi Pemain Timnas Malaysia usai Mendapat Hukuman Berat dari FIFA
Reaksi Pemain Timnas Malaysia usai Mendapat Hukuman Berat dari FIFA

Gabriel Palmero, salah satu dari tujuh pemain timnas Malaysia yang terjerat skandal naturalisasi, bertekad berjuang sampai akhir di tengah larangan FIFA.

Pemain berusia 23 tahun ini, yang bermain untuk Unionistas de Salamanca di divisi tiga Spanyol, telah diskors dari semua aktivitas sepak bola profesional menyusul sanksi FIFA. Keputusan ini juga berarti kontrak Palmero dengan klubnya telah ditangguhkan hingga kasus ini selesai.

Meskipun menghadapi masa depan yang tidak menentu, Palmero tetap optimis. Di laman pribadinya, ia mengunggah status singkat: “Lucharla hasta el final” (artinya: Berjuang sampai akhir). Ini dianggap sebagai penegasan kuat dari bek kiri muda ini, yang pernah dianggap sebagai salah satu talenta paling menjanjikan di sepak bola Malaysia.

Pada dini hari tanggal 7 Oktober, FIFA mengumumkan bukti yang menuduh Persatuan Sepak Bola Malaysia (FAM) menyerahkan dokumen palsu selama proses pendaftaran pemain untuk kualifikasi Piala Asia 2027 melawan Vietnam pada 10 Juni. Selain Palmero, enam nama lain juga disebut secara khusus, termasuk Facundo Garces, Rodrigo Holgado, Imanol Machuca, Joao Figueiredo, Jon Irazabal, dan Hector Hevel.

Selain larangan bertanding selama 12 bulan, Komite Disiplin FIFA juga memaksa para pemain yang terlibat untuk membayar denda masing-masing lebih dari $2.500 . Kasus ini memicu gelombang kontroversi besar di dunia sepak bola Amerika Selatan dan Asia, terutama terkait pemalsuan dokumen di tingkat tim nasional.

Bongkar Bukti Dokumen Palsu 7 Pemain Naturalisasi, FIFA Denda Berat Malaysia

FIFA telah menjatuhkan denda besar kepada Federasi Sepak Bola Malaysia dan tujuh pemain naturalisasi karena memalsukan dokumen asal, dan menyebutnya sebagai tindakan yang “sangat melanggar integritas sepak bola”.

Persatuan Sepak Bola Malaysia (FAM) menghadapi salah satu tindakan disiplin paling serius dalam sejarahnya karena FIFA secara resmi menyimpulkan bahwa agensi dan tujuh pemain naturalisasi tersebut melanggar Pasal 22 Kode Disiplin FIFA 2025 tentang “Pemalsuan dan pemalsuan dokumen”.

Berdasarkan hasil investigasi yang diumumkan pada 7 Oktober dini hari, FAM telah menyerahkan akta kelahiran palsu kepada FIFA, dengan klaim bahwa kakek-nenek dari tujuh pemain tersebut berasal dari Malaysia untuk melegitimasi kelayakan mereka bermain di tim nasional. Namun, badan sepak bola dunia tersebut memverifikasi bahwa ketujuh pemain tersebut lahir di luar negeri dan tidak memiliki hubungan darah dengan Malaysia.

Daftar pemain yang disebutkan antara lain: Gabriel Felipe Arrocha (Spanyol), Facundo Tomás Garcés, Rodrigo Julián Holgado, Imanol Javier Machuca (Argentina), João Vítor Brandão Figueiredo (Brasil), Jon Irazabal Iraurgui (Spanyol) dan Héctor Alejandro Hevel Serrano (Belanda).

FIFA menyatakan bahwa dokumen-dokumen yang diajukan FAM telah dipalsukan secara sistematis, dengan detail yang begitu spesifik sehingga dipalsukan secara “profesional”. Misalnya, dalam permohonan Gabriel Arrocha, FAM mengklaim bahwa neneknya – María Belen Concepción Martin – lahir di Malaka, Malaysia, padahal dokumen aslinya menyatakan ia lahir di Santa Cruz de la Palma, Spanyol. Demikian pula, dalam kasus-kasus lain ditemukan kesalahan dalam mencantumkan tempat lahir kakek-nenek – dari George Town, Penang hingga Kuching, Sarawak – padahal sebenarnya mereka berada di Argentina, Brasil, Spanyol, atau Belanda.

Menghadapi bukti yang jelas, FIFA memutuskan untuk memberikan hukuman berat:

FAM didenda 350.000 CHF (setara dengan sekitar Rp5,8 miliar), atau 50.000 CHF untuk setiap pemain yang terlibat.

Setiap pemain didenda CHF 2.000 dan dilarang dari semua aktivitas sepak bola selama 12 bulan sejak tanggal pengumuman.

Seluruh denda harus dibayar dalam waktu 30 hari.

FAM masih memiliki hak untuk mengajukan banding ke Komite Banding FIFA, tetapi prosesnya sangat ketat: dalam waktu 3 hari harus menyampaikan niatnya untuk mengajukan banding dan dalam 5 hari berikutnya harus mengirimkan dokumen terperinci, disertai biaya sebesar 1.000 CHF.

Dalam kesimpulannya, FIFA menekankan bahwa tindakan FAM bukan sekadar kesalahan prosedural, melainkan “pelanggaran serius yang bersifat curang dan berdampak langsung pada integritas dan keadilan sepak bola global.” Komite Disiplin menegaskan akan terus memantau dan menerapkan prinsip “tanggung jawab absolut”, dan menganggapnya sebagai peringatan keras bagi federasi yang cenderung “menghindari hukum” untuk memperkuat tim nasional mereka melalui naturalisasi ilegal.

Skandal ini tidak hanya merusak citra FAM tetapi juga mengancam reputasi sepak bola Malaysia — industri sepak bola yang sedang berupaya membangun citra profesional dan terintegrasi secara internasional. Setelah keputusan FIFA, para ahli mengatakan FAM kemungkinan harus mereformasi sepenuhnya sistem manajemen profil pemainnya dan menghadapi risiko diawasi secara khusus pada periode pendaftaran mendatang.

“Integritas adalah fondasi sepak bola. Setiap tindakan tidak jujur, betapa pun cerdiknya disamarkan, akan terdeteksi dan dihukum,” tegas seorang pejabat FIFA dalam sebuah pernyataan.

Dengan hukuman ini, sepak bola Malaysia memasuki periode kekacauan baru — tidak hanya di lapangan, tetapi juga di dalam badan pengurus, di mana kepercayaan perlu dipulihkan dari nol.

Scr/Mashable