Menurut sumber-sumber Eropa, Zinedine Zidane dianggap sebagai satu-satunya pilihan Real Madrid jika Los Blancos terpaksa mengganti pelatih di sisa musim ini.
Pandangan ini mencerminkan kepercayaan penuh pimpinan Real Madrid terhadap kemampuan, reputasi, dan pengaruh ahli strategi Prancis tersebut, terutama dalam konteks bahwa tim sedang menghadapi tekanan besar baik secara profesional maupun di ruang ganti.
Zidane memimpin Real Madrid selama dua periode dan meninggalkan kesan yang mendalam. Ia membantu tim Kerajaan Spanyol memenangkan tiga gelar Liga Champions berturut-turut, La Liga , dan banyak gelar utama lainnya. Kemampuan Zidane dalam mengatur personel, mengelola bintang, dan menjaga stabilitas internal selalu sangat dihargai. Itulah sebabnya Real Madrid yakin bahwa jika mereka mengganti pelatih di pertengahan musim, ia adalah orang yang paling tepat untuk segera menstabilkan tim.
Kabar bahwa Real Madrid telah “menetapkan” Zidane sebagai satu-satunya solusi juga menunjukkan bahwa dewan direksi tidak ingin bernegosiasi dengan kandidat lain. Banyak pakar yakin bahwa Zidane masih menjadi incaran Real Madrid meskipun ia telah meninggalkan tim pada tahun 2021. Di mata dewan direksi, ia adalah simbol kemenangan dan selalu siap untuk membangun kembali jika diundang kembali.
Namun, masa depan posisi pelatih kepala masih bergantung pada hasil di periode mendatang. Jika Real Madrid mempertahankan performa positif, segalanya mungkin tidak berubah. Namun, jika terjadi penurunan kinerja dan ketidakstabilan internal, kemungkinan kembalinya Zidane akan menjadi topik terhangat di Bernabeu.
Sumber tersebut belum mengungkap detail lebih lanjut, tetapi fakta bahwa nama Zidane langsung menjadi pusat perhatian sudah cukup untuk menunjukkan bahwa ia masih merupakan “pilihan aman” dan satu-satunya yang benar-benar dipercaya Real Madrid ketika mereka perlu membalikkan keadaan sekali lagi.
Real Madrid Sudah Jengah dengan Xabi Alonso
Real Madrid terus terpuruk dalam periode sulit, dan informasi yang bocor dari internal menunjukkan masalahnya jauh lebih dalam daripada sekadar kinerja di lapangan.
Menurut sumber di ruang ganti, pesan-pesan taktis yang disampaikan pelatih Xabi Alonso “tidak lagi tersampaikan” kepada para pemain seperti di awal musim. Namun, para sumber internal sendiri mengakui bahwa situasi saat ini tidak dapat sepenuhnya disalahkan pada mantan juru taktik Bayer Leverkusen itu, demikian laporan dari The Athletic.
Alonso direkrut untuk melatih Real Madrid dengan harapan dapat memperkenalkan gaya bermain modern, berbasis penguasaan bola, dan proaktif. Awal kariernya cukup menjanjikan, tetapi hasil akhir-akhir ini menunjukkan sejumlah masalah: tim kurang memiliki ide di sepertiga akhir lapangan, lini tengah kurang solid, dan pertahanan selalu pasif. Pertemuan-pertemuan taktis yang sering dilakukan tampaknya tidak menghasilkan banyak perubahan nyata di lapangan.
Namun, para pemain juga memahami bahwa akar krisis bukan hanya terletak pada staf pelatih. Real Madrid telah menjalani musim dengan frekuensi pertandingan yang tinggi, cedera di banyak posisi penting, dan persaingan internal yang meningkatkan tekanan pada setiap pemain. Beberapa pilar belum dalam performa terbaiknya, sementara para pemain muda masih membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan ekspektasi di Bernabéu.
Dalam konteks tersebut, kurangnya pesan taktis semakin terekspos oleh kurangnya kohesi. Real Madrid masih memiliki skuad yang berkualitas, tetapi untuk kembali ke performa terbaiknya, tim membutuhkan lebih dari sekadar rencana taktis: dibutuhkan konsensus, disiplin, dan suara yang cukup kuat untuk menarik perhatian ruang ganti.
Tekanan semakin besar pada Alonso, tetapi orang dalam tahu bahwa pergantian manajemen tidak dapat menyelesaikan segalanya. Real Madrid berada di titik krusial musim ini di mana mereka harus kembali fokus dan bersatu jika tidak ingin terjerumus dalam krisis berkepanjangan.
Scr/Mashable










