Sumber internal Manchester United mengungkapkan bahwa Ruben Amorim memutuskan untuk menguji Kobbie Mainoo untuk dipasangkan dengan Bruno Fernandes di lini tengah.
Di musim 2025/26, Mainoo baru tampil empat kali, tiga kali sebagai pemain pengganti di Liga Inggris dan satu kali sebagai starter dalam kekalahan mengejutkan di Piala Carabao dari Grimsby Town. Gelandang berusia 20 tahun ini belum pernah menjadi starter di liga, tetapi Amorim punya rencana yang jelas.
Menurut sumber tersebut, Amorim menghabiskan banyak waktu berdiskusi dan melatih Mainoo tentang kemampuan bertahan, memintanya untuk meningkatkan konsentrasi dan komitmennya dalam melakukan intersepsi. Tujuannya adalah untuk menguji duet Mainoo dan Bruno Fernandes di lini tengah.
Pertimbangan pelatih asal Portugal tersebut tentang peran “nomor 6” untuk Mainoo muncul dari konteks penurunan performa Casemiro, skorsing kartu yang terus-menerus, dan kurangnya kepercayaan diri pemain baru Manuel Ugarte. “Mainoo bisa bermain sebagai gelandang bertahan. Dia memiliki kekuatan fisik, hasrat, dan semangat juang yang luar biasa, faktor-faktor yang dianggap sangat penting oleh Amorim,” tegas sumber tersebut.
Amorim ingin Mainoo menjadi opsi rotasi, menambah mobilitas di lini tengah sekaligus menciptakan fleksibilitas dalam cara kerja sistem. Dengan Casemiro menerima kartu merah dalam kemenangan 2-1 atas Chelsea pada 20 September, kemungkinan Mainoo diberi kesempatan untuk menjadi starter dalam pertandingan tandang di Brentford akhir pekan ini sangat tinggi.
Berapa Lama Manchester United Akan menyia-nyiakan Kobbie Mainoo?
Kemenangan 2-1 atas Chelsea akhir pekan lalu membantu Manchester United meraih tiga poin penting, tetapi juga meninggalkan banyak pertanyaan tentang cara pelatih Ruben Amorim mengatur susunan pemain utama.
Pertandingan di Old Trafford tidak hanya menguji nyali Setan Merah di tengah hujan dan angin, tetapi juga mengungkap masalah taktis, terutama yang berkaitan dengan Kobbie Mainoo – bakat muda yang dihargai 70 juta poundsterling tetapi masih belum benar-benar dipercaya.
Menang Lebih dari Sekadar Keberuntungan
Manchester United mengawali pertandingan dengan gemilang ketika kiper Chelsea , Robert Sanchez, diusir keluar lapangan di awal pertandingan. Hal ini membantu mereka unggul lebih dulu melalui gol-gol Bruno Fernandes dan Casemiro. Perkiraan gol (xG) mencerminkan pertandingan dengan jelas: 1,45 berbanding 0,08 untuk keunggulan tim tuan rumah di babak pertama.
Namun, kegembiraan itu sirna ketika Casemiro menerima kartu merah di masa injury time babak pertama. Sejak saat itu, Manchester United kehilangan kendali, bahkan membiarkan lawan mereka mendominasi di Old Trafford. Meskipun Chelsea tidak mampu memanfaatkan peluang mereka sepenuhnya, menit-menit akhir yang menegangkan membuat kemenangan Setan Merah semakin rapuh.
Dalam situasi di mana mereka perlu menguasai bola untuk meredakan tekanan, pilihan paling logis adalah memasukkan Kobbie Mainoo. Gelandang muda Inggris ini memiliki kemampuan untuk melepaskan diri dari tekanan, bermain rapat di ruang sempit, dan mengendalikan permainan – kualitas yang dibutuhkan Manchester United saat Casemiro absen.
Namun, Amorim memutuskan untuk menarik Benjamin Sesko dan menggantinya dengan Manuel Ugarte di awal babak kedua, menunda masuknya Mainoo hingga menit ke-87, ketika Chelsea sedang mencari gol penyeimbang. Keputusan ini membuat banyak orang bertanya-tanya: mengapa seorang pemain yang dianggap “permata” akademi hanya dimainkan sesekali, padahal pertandingan menuntut performa terbaiknya?
Mainoo hanya bermain selama 76 menit sejak awal musim. Minimnya kesempatan bermain dapat memengaruhi perkembangan dan motivasi pemain muda ini, terutama mengingat ia dianggap sebagai salah satu gelandang paling menjanjikan di Liga Inggris.
Jika ini terus berlanjut, Manchester United tidak hanya akan menyia-nyiakan aset senilai 70 juta poudsterling, tetapi juga berisiko kehilangan pemain muda berbakat ke rival lain. Sementara itu, rekor Amorim di Premier League kurang meyakinkan: hanya 18 kemenangan dalam 48 pertandingan, dan kedua kemenangan tersebut musim ini sangat dipengaruhi oleh keberuntungan.
Masalah Bagi Manchester United
Amorim memang membutuhkan lebih banyak waktu untuk mengembangkan filosofinya, tetapi kegagalannya dalam mengoptimalkan sumber daya muda seperti Mainoo merupakan masalah besar. Di level klub, mengembangkan dan mempertahankan talenta lokal selalu strategis, baik secara profesional maupun ekonomis.
Pertanyaan bagi dewan Manchester United adalah apakah mereka cukup sabar menunggu Amorim menemukan formula yang tepat, atau perlu bertindak cepat untuk memastikan perkembangan pemain muda ini? Bagaimanapun, Mainoo bisa menjadi simbol jangka panjang masa depan klub, sementara peran manajerial selalu dibatasi waktu.
Kemenangan atas Chelsea membawa kegembiraan sesaat, tetapi juga mengungkap sebuah paradoks: di satu sisi, ada talenta muda dengan potensi yang belum tergali, di sisi lain, seorang manajer masih kesulitan mengambil keputusan penting. Oleh karena itu, masa depan Amorim di Old Trafford bergantung pada bagaimana ia memanfaatkan Kobbie Mainoo – bukan sekadar kisah taktis, tetapi juga tolok ukur visi dan keyakinan jangka panjang Manchester United.
Scr/Mashable