Bulan terbesar Saturnus, Titan, tampaknya memiliki bahan-bahan dan kondisi yang tepat untuk terbentuknya gelembung kecil tertentu yang berpotensi mengarah pada kehidupan asing.
Gelembung mikroskopis ini, yang disebut vesikel, diyakini dapat terbentuk secara alami di danau-danau metana Titan, menurut sebuah studi baru dari NASA. Di Bumi, struktur ini dianggap sebagai langkah awal yang sangat penting dalam perkembangan sel hidup.
Di Titan, yang terletak 1,4 miliar kilometer jauhnya dari Bumi, keberadaan vesikel ini bisa menjadi petunjuk adanya proses kimia yang meniru jalur pembentukan kehidupan sederhana seperti di Bumi.
Titan bukan bulan biasa. Ia adalah satu-satunya tempat selain Bumi di tata surya yang diketahui memiliki atmosfer tebal, cuaca aktif, dan cairan di permukaannya. Namun, berbeda dengan Bumi, danau dan laut di Titan dipenuhi oleh metana dan etana cair.
Unsur-unsur ini mengalami siklus melalui atmosfer, membentuk awan dan hujan berminyak yang membentuk lanskap di bawahnya, mirip dengan siklus air di Bumi, tetapi pada suhu ratusan derajat di bawah titik beku.
Para ilmuwan sejak lama bertanya-tanya apakah cairan-cairan di Titan juga bisa menyediakan lingkungan yang mendukung terbentuknya bahan kimia dasar kehidupan — atau lebih tepatnya, kehidupan seperti yang kita kenal.
“Keberadaan vesikel di Titan akan menunjukkan peningkatan keteraturan dan kompleksitas, yang merupakan kondisi penting untuk asal-usul kehidupan,” kata ilmuwan NASA, Conor Nixon, dalam sebuah pernyataan.
Para ilmuwan meyakini bahwa salah satu langkah paling penting dalam asal mula kehidupan di Bumi adalah pembentukan vesikel. Protosel ini terbentuk ketika molekul tertentu mengatur diri mereka sendiri menjadi kantung bulat yang terbungkus membran fleksibel.
Air dan zat lain bisa terperangkap di dalamnya, sehingga berfungsi sebagai wadah alami untuk reaksi kimia kompleks. Karena itulah para peneliti NASA mulai bertanya-tanya apakah proses serupa juga dapat terjadi di danau-danau membeku Titan, salah satu dari 274 bulan Saturnus yang telah diketahui.
Menurut studi terbaru yang diterbitkan di International Journal of Astrobiology, hal itu sangat mungkin terjadi. Jika setetes hujan metana jatuh ke salah satu danau di Titan, ia bisa memercikkan kembali kabut tetesan kecil.
Tetesan-tetesan ini, bersama dengan permukaan danau, dapat terlapisi molekul tertentu yang disebut amfifil. Jika tetesan itu kembali mendarat di danau, permukaannya dapat menyatu dan membentuk membran berlapis ganda pada tetesan tersebut.
Hasil akhirnya bisa berupa vesikel yang mengapung di metana cair, mirip dengan bagaimana struktur mirip sel pertama terbentuk di Bumi. Seiring waktu, vesikel-vesikel ini mungkin bisa mengambang, berinteraksi, dan berkembang menjadi dasar bagi sel-sel primitif.
Meskipun belum ada bukti langsung bahwa vesikel benar-benar ada di Titan, penelitian ini menunjukkan bahwa pembentukannya memungkinkan di kondisi Titan saat ini.
Misi Dragonfly NASA senilai USD 3,35 miliar yang akan datang memang tidak akan langsung mengunjungi danau-danau di Titan, tetapi temuan baru ini memberi alasan kuat untuk terus mencari.
“Kami sangat antusias dengan ide-ide baru ini,” ujar Nixon. “Gagasan ini bisa membuka arah baru dalam penelitian Titan dan mungkin mengubah cara kita mencari kehidupan di sana di masa depan.”
Scr/Mashable