Di Sistem Bintang Lain, Dunia Mirip Pluto Bertahan Hingga Akhir Tragis

21.09.2025
Di Sistem Bintang Lain, Dunia Mirip Pluto Bertahan Hingga Akhir Tragis
Di Sistem Bintang Lain, Dunia Mirip Pluto Bertahan Hingga Akhir Tragis

Untuk pertama kalinya, para astronom berhasil mengamati sesuatu yang mirip Pluto bertabrakan dengan bintang katai putih, sisa mati dari bintang berukuran sedang.

Bintang katai putih tersebut, yang diberi nama WD 1647+375, berjarak sekitar 260 tahun cahaya dari Bumi. Meski jauh, wilayah di sekitar bintang mati ini kemungkinan memiliki kemiripan mencolok dengan tata surya kita, termasuk sesuatu yang menyerupai Sabuk Kuiper, yaitu piringan di luar orbit Neptunus yang penuh dengan komet dan planet kerdil es, menurut penelitian terbaru.

Teleskop Antariksa Hubble NASA membuat penemuan ini dengan berperan layaknya detektif di tempat kejadian perkara. Dengan mempelajari material yang jatuh ke bintang katai putih, para ilmuwan bisa merekonstruksi jenis planet dan objek kosmik lain, bahan penyusunnya, ukurannya, serta komposisinya, yang kemungkinan pernah mengorbit bintang tersebut.

Dengan kata lain, “sampah” di sekitar katai putih dapat memberi banyak informasi bagi peneliti tentang eksoplanet yang dulu dimiliki bintang itu.

“Saya benar-benar senang karena sekarang kita berhasil mengidentifikasi sebuah sistem yang mirip dengan objek-objek di tepi terluar tata surya kita yang dingin,” kata Boris Gänsicke, peneliti utama program Hubble sekaligus ilmuwan dari University of Warwick, dalam pernyataannya.

“Mengukur komposisi exo-Pluto adalah kontribusi penting untuk pemahaman kita mengenai pembentukan dan evolusi benda-benda ini.”

Penemuan baru ini menunjukkan bahwa benda-benda es di pinggiran sistem keplanetan mungkin mampu bertahan sangat lama, bahkan setelah bintangnya kehabisan bahan bakar.

Hal ini dapat memberikan wawasan tentang apa yang mungkin terjadi pada tata surya kita setelah Matahari mati. Hasil riset ini dipublikasikan dalam Monthly Notices of the Royal Astronomical Society.

Biasanya, ketika bintang berukuran sedang mati, ia melepaskan sebagian besar material dalam sistemnya. Itulah mengapa temuan Hubble ini mengejutkan astronom.

Sebagian besar dari mereka sebelumnya memperkirakan dunia es yang jauh akan hancur atau terlempar keluar jauh sebelum bintang mencapai tahap katai putih.

Namun, kali ini Hubble berhasil mendeteksi puing-puing di sekitar katai putih dalam cahaya ultraviolet, dan menemukan ‘sidik jari kimiawi’ berupa karbon, nitrogen, sulfur, serta es air, campuran unsur yang mirip dengan komposisi di Pluto.

Karena atmosfer katai putih sederhana, hanya terdiri dari hidrogen dan helium, para peneliti tahu bahwa elemen berat yang terdeteksi pasti berasal dari sesuatu yang bertabrakan dengan bintang mati tersebut.

“Kita tahu bahwa permukaan Pluto tertutup es nitrogen,” ujar Snehalata Sahu, astronom dari University of Warwick sekaligus penulis utama riset ini, dalam pernyataannya. “Kami pikir katai putih itu [mengumpulkan] pecahan dari kerak dan mantel planet kerdil.”

Meski begitu, para peneliti tidak bisa menyingkirkan kemungkinan asal-usul lain. Berdasarkan komposisi kimia semata, mereka tidak dapat memastikan apakah objek mirip Pluto itu asli dari sistem bintang tersebut atau merupakan pendatang antarbintang, mirip dengan komet 3I/ATLAS yang kini sedang melintas di tata surya kita.

Jika memang objek itu adalah planet kerdil jauh dari pinggiran sistemnya, lalu bagaimana ia bisa berakhir begitu dekat dengan bintang?

Saat bintang mirip Matahari menua, ia membengkak menjadi raksasa merah sebelum menyusut menjadi katai putih.

Pada tahap itu, bintang membesar sedemikian rupa sehingga membakar atau menelan planet-planet dalam. Di tata surya kita, korban pertama diperkirakan adalah Merkurius dan Venus, kemudian Bumi.

Ketika bintang menyusut menjadi katai putih, planet raksasa gas dan es di bagian luar bisa bertahan, tetapi situasi menjadi kacau. Karena massa dan gravitasi bintang berkurang, orbit stabil planet dan benda antariksa lain bisa melemah.

Planet raksasa yang tersisa dapat mendorong dunia es kecil ke orbit ekstrem berbentuk oval, yang pada akhirnya membawa mereka mendekati katai putih.

Dunia mirip Pluto ini kemungkinan besar menghabiskan miliaran tahun jauh dari bintang, tetap membeku utuh. Itulah yang mungkin membuatnya bertahan. Namun ketika akhirnya mendekati katai putih, ia hancur lebur dalam satu peristiwa singkat namun penuh kekerasan.

Penemuan ini bukan hanya memberi gambaran tentang nasib sistem keplanetan ketika bintang mereka mati, tetapi juga membantu ilmuwan memahami bagaimana air dan bahan penting lain berpindah antar-dunia.

Banyak astronom percaya lautan di Bumi terbentuk dari komet dan asteroid yang menabrak planet kita. Sebagian ilmuwan berpendapat bahwa Bumi purba mengeluarkan gas 4,5 miliar tahun lalu, menciptakan atmosfer yang memungkinkan hujan turun dan terkumpul.

Namun ada pula yang yakin bahwa air berasal dari batuan luar tata surya yang membawa atau menambah persediaannya.

Karena tim peneliti menemukan banyak es air, sekitar 64 persen dari pecahan mirip Pluto, penelitian ini terkait dengan misteri besar tentang bagaimana objek es dapat bertahan dan mungkin menjadi pembawa air di ruang angkasa.

“Jika ada pengamat alien yang melihat ke tata surya kita di masa depan,” kata Sahu, “mereka mungkin akan melihat sisa-sisa yang sama seperti yang kita lihat hari ini di sekitar katai putih itu.”

Scr/Mashable