Sampel batu Mars yang dikumpulkan musim panas lalu menunjukkan jejak kimia yang diduga berasal dari aktivitas mikroba purba, meski kemungkinan non-biologis masih terbuka, menurut NASA.
Rover Perseverance menemukan batu tersebut pada Juli 2024. Sampel hasil pengeboran yang dijuluki Sapphire Canyon kini dianggap sebagai petunjuk terkuat bahwa kehidupan pernah ada di Mars kuno, ungkap badan antariksa Amerika Serikat itu.
NASA menggelar konferensi pers pada Rabu untuk mengumumkan bahwa temuan rover tersebut telah lolos tinjauan sejawat di jurnal Nature, sebuah langkah penting dalam proses ilmiah untuk memastikan bukti yang ada dapat dipertanggungjawabkan.
Administrator asosiasi NASA, Nicky Fox, menegaskan bahwa sampel tersebut bukan mengandung kehidupan, melainkan sisa yang membatu dan berpotensi menjadi tanda pernah adanya kehidupan.
“Ibaratnya seperti melihat sisa makanan, dan mungkin makanan itu telah dicerna oleh mikroba,” katanya.
Namun, apakah tanda kehidupan ini bisa dipastikan, masih menjadi pertanyaan. Saat ini, sampel tersebut masih berada di Mars, dan belum jelas apakah misi NASA akan bisa membawanya kembali ke Bumi untuk dianalisis lebih lanjut, langkah krusial untuk mencapai kepastian ilmiah.
Pada Januari lalu, sebelum Presiden Donald Trump menjabat, pejabat NASA menyebut sedang mengembangkan dua pendekatan baru untuk misi Mars Sample Return demi memangkas biaya.
Keputusan akhir akan berada di tangan pemerintahan Trump, yang dalam rancangan anggarannya justru mengusulkan pembatalan misi tersebut.
Pelaksana tugas Administrator NASA, Sean Duffy, yang ditunjuk Trump dua bulan lalu, tampak kurang nyaman dengan serangkaian pertanyaan dari jurnalis yang lebih menyoroti pendanaan misi ketimbang riset ilmiah yang diumumkan tahun lalu.
“Kami punya beberapa orang paling jenius di NASA bersama kami,” kata Duffy dalam acara tersebut. “Saya berharap pertanyaan kalian lebih fokus pada kabar menggembirakan yang kami umumkan hari ini.”

Sampel yang diambil dari batu bernama Cheyava Falls ini merupakan salah satu dari 27 inti batuan yang sudah dikumpulkan rover dalam tabung sejak mendarat di Planet Merah pada Februari 2021.
Lokasi penemuannya berada di Neretva Vallis, bekas aliran sungai yang dahulu bermuara ke Kawah Jezero, wilayah yang kini dijelajahi Perseverance.
Batuan tersebut berupa batulempung merah kaya mineral dengan bintik-bintik yang menunjukkan reaksi kimia serupa dengan yang digunakan mikroba di Bumi untuk memperoleh energi.
Di dalamnya terdapat karbon organik, sulfur, fosfor, dan mineral kaya besi yang diyakini bisa menopang kehidupan mikroba miliaran tahun lalu. Meski mineral-mineral itu juga bisa terbentuk tanpa adanya makhluk hidup, kondisi lingkungan di sekitar lokasi membuat penjelasan non-biologis terasa kurang meyakinkan.
“Ketika kita melihat ciri seperti ini pada sedimen di Bumi, mineral sering kali merupakan hasil sampingan dari metabolisme mikroba yang mengonsumsi materi organik dan menghasilkan mineral tersebut melalui reaksinya,” kata Joel Hurowitz, penulis utama makalah di Nature. “Namun tetap ada kemungkinan proses non-biologis yang belum bisa sepenuhnya kami singkirkan.”
Sebagai contoh, mineral besi-sulfida bernama greigite yang terdeteksi dalam sampel bisa juga terbentuk akibat pemanasan batuan, jelas Hurowitz, ilmuwan planet di Universitas Stony Brook. “Seperti memasak bahan-bahan itu hingga menghasilkan fase mineral baru.”
Para ilmuwan Perseverance menyebut mereka sudah mencapai batas maksimal informasi yang bisa diperoleh lewat instrumen rover seukuran mobil tersebut. Jika sampel bisa dibawa ke Bumi, penelitian lanjutan dengan teknologi lebih canggih memungkinkan pencarian molekul organik kompleks, DNA, struktur sel, dan lebih banyak lagi.
Tanpa sampel di tangan, para peneliti masih akan menelaah data rover dengan menguji bahan pengganti di laboratorium, terutama untuk melihat apakah hasil serupa dapat dihasilkan melalui proses non-biologis.
Misi Mars Sample Return masih berada dalam ketidakpastian sejak kajian memperkirakan biayanya bisa melampaui 11 miliar dolar AS dan memakan waktu hampir dua dekade.
Tahun lalu, NASA melibatkan industri dirgantara untuk mencari masukan dalam menekan biaya dan pengembangan. Sejumlah perusahaan bahkan mengusulkan berbagai ide, termasuk memanfaatkan pendarat bulan Artemis dan merombak tahap akhir perjalanan, menurut laporan Mashable.
Misi ini belum sepenuhnya ditutup, kata Duffy yang juga menjabat Menteri Perhubungan AS. NASA disebut akan terus mencari opsi penghematan agar proyek tetap bisa dijalankan.
“Jika kami tidak punya sumber daya yang cukup, atau orang yang tepat, saya akan menghadap presiden, saya akan ke Kongres, saya akan minta tambahan dana,” ujarnya. “Saya cukup yakin dengan anggaran yang sudah diberikan dalam rencana presiden, kami bisa menyelesaikan misi ini.”
Scr/Mashable