Rover Curiosity milik NASA mulai mengebor area unik di permukaan Mars, sebuah lanskap aneh yang bisa saja mengguncang asumsi tentang kapan sebenarnya Planet Merah mulai mengering.
Setelah menempuh perjalanan panjang, robot seukuran Mini Cooper itu akhirnya mencapai wilayah yang dijuluki boxwork, yaitu daerah dengan pola tonjolan menyerupai kisi-kisi yang membentang sejauh 10 hingga 20 kilometer.
Selama bertahun-tahun, para ilmuwan hanya bisa mengamati area ini dari luar angkasa melalui satelit pengorbit, tanpa pernah melihatnya dari dekat.
Para ilmuwan sebelumnya memperkirakan bahwa tonjolan-tonjolan aneh ini terbentuk oleh sisa-sisa aliran air terakhir sebelum wilayah tersebut benar-benar kering. Namun, penemuan urat mineral di area boxwork justru mengindikasikan bahwa air tanah mungkin bertahan jauh lebih lama dari yang diduga.
Batuan dasar di antara tonjolan tersebut mengandung urat putih kecil dari kalsium sulfat, yaitu mineral asin yang biasanya terbentuk saat air tanah merembes ke dalam celah batu.
Endapan seperti ini memang ditemukan melimpah di lapisan batuan lebih rendah dari periode awal Mars. Tapi, tak ada yang menyangka mineral ini akan muncul di lapisan yang sedang dieksplorasi Curiosity sekarang, lapisan yang terbentuk jauh lebih belakangan.
“Itu benar-benar mengejutkan,” kata Abigail Fraeman, wakil ilmuwan proyek Curiosity, dalam pernyataan resminya. “Urat kalsium sulfat ini dulunya ada di mana-mana, tapi kemudian hampir hilang seiring kami naik ke bagian yang lebih tinggi di Gunung Sharp. Tim sangat antusias mencari tahu kenapa mereka muncul kembali sekarang.”
Mars kuno dulu jauh lebih basah, dipenuhi sungai, danau, bahkan mungkin lautan. Namun, dalam kurun waktu miliaran tahun, planet itu berubah menjadi gurun dingin dan berdebu.
Yang masih menjadi misteri adalah kapan tepatnya perubahan itu terjadi dan seberapa lama kondisi yang mendukung kehidupan bertahan. Temuan terbaru Curiosity membuat garis waktu ini menjadi lebih kompleks dari yang diperkirakan.
Selama lebih dari satu dekade, Curiosity telah menjelajahi Kawah Gale dan mendaki Gunung Sharp, mempelajari lapisan-lapisan batuan layaknya halaman dalam kronik planet.
Lapisan tempat rover berada saat ini dipenuhi magnesium sulfat, mineral asin yang biasanya terbentuk ketika air menguap. Hal ini sesuai dengan narasi yang diyakini para peneliti sebelumnya: bahwa ini adalah masa ketika Mars sedang menuju kondisi sangat kering.
Itulah mengapa sampel baru yang dibor Curiosity bulan ini, bernama Altadena, bisa sangat penting. Saat rover menganalisis komposisi boxwork, para ilmuwan berharap bisa memahami bagaimana pola ini terbentuk, mineral apa saja yang ada di dalamnya, dan apakah ada petunjuk tentang keberadaan mikroorganisme purba bersel tunggal yang mungkin tersembunyi di sana.
Rover ini juga akan mengebor tonjolan lainnya dalam beberapa bulan mendatang untuk dibandingkan, serta mengevaluasi bagaimana air tanah di Mars berubah dari waktu ke waktu.
Target misi selanjutnya berada lebih jauh ke dalam wilayah boxwork, di mana pola-pola tonjolan menjadi semakin besar dan lebih jelas. Curiosity akan terus mencari molekul organik dan bukti lain yang berpotensi menunjukkan bahwa lingkungan purba Mars pernah mendukung kehidupan.
Tim misi kini mulai memberi nama julukan pada fitur-fitur lanskap yang mereka temui dengan nama-nama tempat di sekitar Salar de Uyuni di Bolivia, salah satu tempat paling kering dan paling asin di Bumi. Wilayah ini mengingatkan pada lanskap Mars yang sedang dijelajahi Curiosity saat ini.
“Mikroba di Bumi purba kemungkinan bisa bertahan hidup di lingkungan serupa,” kata Kirsten Siebach, ilmuwan rover yang berbasis di Houston, dalam pernyataan sebelumnya. “Itulah yang membuat tempat ini sangat menarik untuk dijelajahi.”
Scr/Mashable