Sinyal Radio Misterius dari Luar Angkasa Akhirnya Berhasil Dilacak ke Sumbernya

31.08.2025
Sinyal Radio Misterius dari Luar Angkasa Akhirnya Berhasil Dilacak ke Sumbernya
Sinyal Radio Misterius dari Luar Angkasa Akhirnya Berhasil Dilacak ke Sumbernya

Para ilmuwan berhasil menelusuri ledakan radio cepat (fast radio burst/FRB) paling terang yang pernah tercatat hingga ke asalnya di luar angkasa, sebuah pencapaian penting yang diharapkan bisa memberikan petunjuk tentang apa yang memicu kilatan kosmik misterius ini.

Sinyal kuat tersebut, diberi kode FRB 20250316A, pertama kali terdeteksi pada bulan Maret oleh Canadian Hydrogen Intensity Mapping Experiment (CHIME), teleskop radio di British Columbia, Kanada.

Ledakan itu hanya berlangsung kurang dari seperseribu detik, tetapi membawa energi lebih besar dibanding yang dihasilkan matahari selama empat hari.

Yang membuat peristiwa ini berbeda adalah apa yang terjadi setelahnya. Dengan memanfaatkan jaringan baru stasiun CHIME ‘Outrigger’, tiga versi mini dari antena radio di California, West Virginia, dan British Columbia, para peneliti berhasil menentukan lokasi asal sinyal.

Hasilnya menunjuk ke satu titik spesifik di galaksi spiral NGC 4141, sekitar 130 juta tahun cahaya dari Bumi di rasi bintang Big Dipper.

Menurut para ilmuwan, ketepatan semacam ini belum pernah terjadi sebelumnya untuk satu ledakan dengan tingkat energi sebesar itu. Amanda Cook, peneliti dari McGill University yang memimpin salah satu studi, menyamakan presisi ini dengan “mampu melihat koin seperempat dolar dari jarak lebih dari 100 kilometer.”

“Hasil ini menandai titik balik: Alih-alih hanya mendeteksi kilatan misterius, kini kita bisa melihat persis dari mana mereka berasal,” kata Cook dalam pernyataannya.

“Ini membuka jalan untuk menemukan apakah penyebabnya adalah bintang yang sekarat, objek magnetik eksotis, atau sesuatu yang sama sekali belum kita pikirkan,” lanjutnya.

Ledakan radio cepat atau FRB pertama kali ditemukan pada 2007, dan sejak itu ribuan sinyal serupa telah terdeteksi. FRB merupakan kilatan super singkat berupa energi radio dari galaksi jauh. Selama ini, FRB terlalu cepat hilang, lebih cepat dari kedipan mata, sehingga sulit dipelajari asal-usulnya.

Namun, ledakan radio kali ini, yang dijuluki RBFLOAT (Radio Brightest Flash of All Time), begitu kuat hingga memberi kesempatan unik bagi para ilmuwan.

Beberapa tim peneliti segera bergerak menyelidikinya dan menghasilkan dua makalah yang diterbitkan di The Astrophysical Journal Letters.

“Ledakan itu begitu terang sampai sistem awal kami menandainya sebagai gangguan frekuensi radio, sinyal yang biasanya berasal dari ponsel atau pesawat di sekitar Bumi,” kata Wen-fai Fong, rekan penulis dari Northwestern University. “Butuh kerja keras tim kami untuk memastikan bahwa ini benar-benar sinyal astrofisika.”

Tim CHIME memberikan deteksi awal sekaligus melacak asal sinyal tersebut. Astronom di W. M. Keck Observatory di Hawaii dan MMT Observatory di Arizona kemudian mempelajari galaksi induknya dan menemukan bahwa ledakan itu muncul tepat di luar wilayah pembentukan bintang. Karena area tersebut relatif bersih dari gas dan debu, teleskop mendapat pandangan yang jelas dan jarang terjadi.

Di sisi lain, ilmuwan yang menggunakan James Webb Space Telescope (JWST), kolaborasi NASA dengan mitra Eropa dan Kanada, mengamati titik yang sama dalam cahaya inframerah tak kasatmata dan menemukan cahaya redup.

Mereka menduga itu bisa saja bintang raksasa merah yang menua atau sisa panas dari ledakan radio itu sendiri. Ini menjadi pertama kalinya ada kemungkinan objek bintang yang secara langsung dikaitkan dengan FRB.

“Ini kesempatan unik untuk segera mengarahkan mata inframerah JWST ke lokasi FRB untuk pertama kalinya,” kata Peter Blanchard, peneliti Harvard yang memimpin studi Webb.

“Dan hasilnya menggembirakan, kami melihat sumber cahaya inframerah redup sangat dekat dengan lokasi ledakan radio. Bisa jadi ini objek pertama yang terkait langsung dengan FRB di galaksi lain.”

Berdasarkan seluruh pengamatan, para peneliti menunjuk magnetar — sisa bintang mati dengan medan magnet superkuat, sebagai kandidat utama penghasil RBFLOAT.

Tim CHIME melihat posisi ledakan, yang dekat dengan area lahirnya bintang muda, cocok dengan skenario magnetar yang terbentuk di dalam gugusan bintang lalu terdorong keluar.

Meski begitu, tim Webb mengingatkan bahwa penjelasan lain, seperti aktivitas di sistem bintang ganda, juga masih mungkin.

Lebih menarik lagi, para ilmuwan CHIME meninjau enam tahun data dan tidak menemukan sinyal lain sebelumnya dari lokasi itu.

Hal ini menunjukkan RBFLOAT bisa jadi merupakan ledakan satu kali, memperkuat dugaan bahwa FRB bisa dipicu oleh berbagai mekanisme. Ada FRB yang sering berulang, sementara yang lain, seperti ini, tampak hanya sekali terjadi.

Pencapaian ini juga menunjukkan kemampuan berkembang dari jaringan teleskop modern. Dengan menghubungkan antena, sistem CHIME/Outrigger berfungsi layaknya teleskop raksasa lintas benua.

Teknologi ini memungkinkan astronom memperkecil ketidakpastian posisi RBFLOAT hingga hanya 45 tahun cahaya, lebih kecil dari satu gugus bintang.

Para ilmuwan menegaskan, ini baru permulaan. CHIME diperkirakan dapat melacak ratusan ledakan setiap tahun. Dengan dukungan JWST dan observatorium darat lainnya, para astronom berharap akhirnya bisa mengungkap apa yang menjadi sumber energi ledakan kosmik singkat namun luar biasa ini.

“Ini pertanda sangat baik untuk masa depan,” kata Fong. “Semakin banyak peristiwa yang kita temukan, semakin besar pula peluang kita untuk mengungkap kejadian langka lainnya.”

Scr/Mashable