face id smartphone parasite, woman and Internet addiction By studiostoks (Adobe Stock)
face id smartphone parasite, woman and Internet addiction By studiostoks (Adobe Stock)

Antara Kagum dan Kalap: Menakar Fanatisme Terhadap Budaya Luar

Mengidolakan budaya luar itu boleh, asal jangan kebablasan!
27.12.2024

Dunia ini panggung sandiwara, kata pepatah. Dan di era digital ini, panggungnya makin luas, lintas batas negara. Budaya luar dengan mudahnya menyapa kita lewat layar ponsel, mulai dari K-Pop yang mendunia, anime Jepang yang memikat, hingga tren fashion Barat yang selalu up-to-date. Tak heran, banyak di antara kita yang terpesona, bahkan sampai mengidolakan budaya-budaya tersebut. Tapi, di tengah euforia ini, penting bagi kita untuk tetap bijak. Jangan sampai kehilangan jati diri bangsa.

Demam Korea, Histeria Jepang, dan Kita yang (Kadang) Lupa Diri

Fenomena Korean Wave atau Hallyu telah melanda dunia, termasuk Indonesia. Musik K-Pop, drama Korea, variety show, hingga lifestyle ala Korea Selatan digandrungi banyak orang. Hal serupa juga terjadi dengan budaya Jepang, mulai dari anime, manga, hingga fashion Harajuku. Tak bisa dipungkiri, budaya-budaya ini menawarkan daya tarik tersendiri. Namun, jika kita terlalu hanyut, bukan tidak mungkin kita akan kehilangan identitas diri. Kita harus ingat bahwa identitas kita sebagai bangsa Indonesia adalah hal yang berharga dan kita tidak boleh kehilangannya hanya karena kita terpesona oleh budaya luar.  

Globalisasi

Globalisasi memang membawa banyak manfaat, seperti pertukaran informasi dan budaya yang lebih mudah. Namun, di sisi lain, globalisasi juga membawa tantangan, yaitu masuknya pengaruh budaya asing yang bisa menggerus nilai-nilai lokal. Tidak salah untuk menyukai atau mengagumi budaya asing, namun sudah seharusnya bersikap bijak dan memperhatikan, seperti apa budaya tersebut dan menyaringnya dengan baik. Ini menunjukkan pentingnya sikap bijak dalam menghadapi arus globalisasi.  

Konsumerisme dan Industri Hiburan

Industri hiburan dan konsumerisme berjalan beriringan. Produk-produk merchandise, album, fashion, dan lain sebagainya gencar dipasarkan untuk memuaskan hasrat para penggemar. Di sinilah pentingnya pengendalian diri. Jangan sampai kita terjebak dalam konsumerisme berlebihan hanya demi mengikuti tren.

Filter Budaya

Salah satu cara bijak mengidolakan budaya luar adalah dengan menerapkan filter budaya. Artinya, kita harus selektif dalam menerima pengaruh budaya asing. Ambil yang positif, buang yang negatif. Misalnya, kita bisa mencontoh etos kerja keras dan disiplin dari budaya Jepang, atau kreativitas dan inovasi dari budaya Korea Selatan. Namun, kita juga harus waspada terhadap nilai-nilai yang bertentangan dengan norma dan budaya kita. Penting bagi kita sebagai masyarakat Indonesia untuk bisa menyaring pengaruh-pengaruh asing seperti fenomena K-pop agar tidak merusak nilai-nilai budaya kita sendiri secara berlebihan namun tetap mengambil manfaat positifnya sebatas inspirasi dalam berkarya maupun dalam hidup sehari-hari.  

Adaptasi atau Asimilasi
Batasan Tipis yang Perlu Dipahami

Adaptasi budaya merupakan proses penyesuaian diri terhadap budaya baru tanpa menghilangkan identitas asli. Sedangkan asimilasi adalah proses peleburan budaya, di mana seseorang atau kelompok kehilangan identitas aslinya dan sepenuhnya mengadopsi budaya baru. Dalam mengidolakan budaya luar, kita sebaiknya melakukan adaptasi, bukan asimilasi. Kita boleh mempelajari dan mengagumi budaya lain, tetapi tetap berpegang pada identitas dan nilai-nilai luhur bangsa.

Dengan bersikap bijak, kita bisa menikmati keindahan dan manfaat dari budaya luar tanpa kehilangan jati diri. Karena pada akhirnya, kita tetaplah Indonesia, dengan segala keunikan dan kekayaan budayanya.

(Alm)

.