garam_dan_madu
garam_dan_madu

Ketika Garam dan Madu Menginvasi Kuping

Kenapa Musik yang Katanya Jelek Justru Meledak?!
06.01.2025

Scroll TikTok, tiba-tiba kuping lo diserang sama lagu yang liriknya kayak curhatan galau abis, musiknya campur-campur gak jelas, tapi kok ya… nempel banget di otak?

Nah, fenomena ini lagi happening banget nih, salah satu contohnya ya lagu Garam dan Madu yang sempat viral beberapa waktu lalu. Lagu ini, dengan genre yang disebut-sebut sebagai “hipdut” (hip hop dangdut), berhasil mencuri perhatian banyak orang, bahkan sampai jadi trending di berbagai platform media sosial.

Enak Itu Relatif, Viral Itu Absolut?

Pertanyaan yang muncul kemudian, kenapa sih lagu yang secara selera musik sebagian orang dianggap jelek justru bisa viral?

Jawabannya kompleks. Pertama, kita harus sepakat dulu bahwa selera musik itu sangat subjektif. Apa yang menurut lo “gak enak,” bisa jadi “enak banget” buat orang lain. Ini didukung oleh penelitian tentang preferensi musik yang menunjukkan bahwa faktor budaya, lingkungan, dan pengalaman pribadi sangat memengaruhi bagaimana seseorang menilai sebuah karya musik.

Namun, viralitas di era digital punya mekanismenya sendiri. Ada faktor algoritma yang berperan penting di sini.

TikTok, sebagai salah satu platform media sosial yang paling populer saat ini, punya algoritma yang sangat canggih dalam mendistribusikan konten. Algoritma ini akan memprioritaskan konten yang dianggap menarik dan engaging bagi pengguna, tanpa memandang kualitas artistik konten tersebut. Jadi, meskipun sebuah lagu dianggap jelek secara musikalitas, jika lagu tersebut berhasil menciptakan engagement yang tinggi di TikTok (misalnya banyak yang pakai sebagai sound video, banyak yang komentar, dan lain-lain), maka algoritma akan terus mendorong lagu tersebut ke lebih banyak pengguna.

Hipdut: Genre Baru atau Sekadar Sensasi?

Kemunculan Garam dan Madu juga memunculkan istilah baru, yaitu “hipdut.” Istilah ini merujuk pada perpaduan antara musik hip hop dan dangdut. Pertanyaannya, apakah ini benar-benar genre baru yang akan bertahan lama, atau hanya sekadar sensasi sesaat? Sulit untuk diprediksi. Namun, yang pasti, kemunculan hipdut menunjukkan bahwa musik Indonesia terus berinovasi dan mencari bentuk-bentuk baru.

Mungkin, salah satu faktor yang membuat Garam dan Madu dan lagu-lagu sejenisnya mudah viral adalah kekuatan liriknya yang membekas. Lirik-lirik yang sederhana, relatable dengan kehidupan sehari-hari, dan mudah diingat, cenderung lebih mudah diterima oleh pendengar, terutama generasi Z. Hal ini sejalan dengan teori tentang catchiness dalam musik, yang menyatakan bahwa melodi dan lirik yang sederhana dan repetitif lebih mudah diingat dan diulang-ulang atau earworms.

Fenomena viralitas musik seperti Garam dan Madu adalah cerminan dari dinamika musik di era digital. Algoritma media sosial, selera musik yang subjektif, dan kekuatan lirik yang membekas mungkin adalah beberapa faktor yang berperan penting dalam fenomena ini.

Jadi, bro, jangan heran kalau tiba-tiba lo nemu lagu yang menurut lo jelek tapi kok ya…

Itulah keajaiban dunia permusikan di era digital!