Wahana Antariksa Swasta yang Mengorbit Bulan Mengambil Foto dengan Ilusi Optik Aneh

04.06.2025
Wahana Antariksa Swasta yang Mengorbit Bulan Mengambil Foto dengan Ilusi Optik Aneh
Wahana Antariksa Swasta yang Mengorbit Bulan Mengambil Foto dengan Ilusi Optik Aneh

Sebuah wahana antariksa komersial asal Jepang baru saja mengirimkan foto jarak dekat terbaru dari bulan, tujuan pendaratannya yang direncanakan dalam hitungan hari. Namun, gambar ini bisa mempermainkan mata.

Perusahaan asal Tokyo, ispace, merilis foto terbaru dari pendarat bulan mereka, Resilience, yang saat ini tengah mengorbit bulan.

Foto tersebut menampilkan lanskap kasar di wilayah kutub selatan bulan, daerah yang sangat diperebutkan oleh NASA dan negara-negara penjelajah luar angkasa lainnya karena mengandung es di dalam kawah-kawah yang selalu tertutup bayangan.

Es tersebut bisa menjadi komoditas berharga untuk perjalanan luar angkasa di masa depan jika berhasil diubah menjadi bahan bakar roket, oksigen, dan air minum.

Namun, beberapa orang mungkin tidak melihat kawah-kawah pada foto ini sebagaimana mestinya.

“Foto ini menciptakan ilusi optik bagi sebagian orang,” tulis perusahaan tersebut di X. “Meski gambar ini dipenuhi kawah cekung, dari sudut pandang tertentu kawah-kawah ini bisa tampak seperti tonjolan.”

Namun jangan salah: kawah-kawah itu adalah cekungan, bukan gundukan. Alasan mengapa bisa terlihat sebaliknya adalah karena fenomena inversi relief—masalah umum saat menafsirkan foto dari wahana antariksa. Para astronom bahkan punya istilah tersendiri untuk fenomena ini, seperti “ilusi kawah” atau crater-dome illusion.

“Sekilas, sulit untuk menentukan apakah permukaan tanah sedang menanjak, menurun, atau kombinasi keduanya,” menurut Badan Antariksa Eropa (ESA).

Penjelasan tentang Crater-Dome Illusion

Ilusi optik ini terjadi karena manusia terbiasa menafsirkan bayangan seolah berasal dari sumber cahaya yang berada di atas. Padahal, orientasi sumber cahaya pada foto wahana antariksa sering kali mendatar terhadap permukaan. Hal ini membuat pola cahaya dan bayangan mudah mengecoh persepsi otak kita.

Misalnya, ketika cahaya matahari menerangi lereng yang menghadap ke selatan dan meninggalkan bayangan di lereng utara, banyak orang akan tertipu—menurut penjelasan NASA Earth Observatory. Oleh karena itu, para astronom biasanya memutar gambar satelit agar arah utara berada di atas.

Empat bulan setelah diluncurkan pada pertengahan Januari, Resilience berhasil mencapai bulan dan mulai mengorbit sebagai persiapan untuk upaya pendaratan kedua oleh ispace. Percobaan pertama mereka dua tahun lalu gagal karena pesawat kehabisan bahan bakar dan jatuh di permukaan bulan.

Misi baru ini, yang dinamakan Hakuto-R, dijadwalkan mendarat di dekat pusat Mare Frigoris pada pukul 15.24 waktu AS bagian timur (ET) tanggal 5 Juni. (Di Jepang akan jatuh pada tanggal 6 Juni). Siaran langsung pendaratan akan dimulai sekitar satu jam lebih awal, pada pukul 14.15 ET, dengan terjemahan dalam bahasa Inggris.

Pendaratan di bulan masih menjadi tantangan besar, dibuktikan oleh banyaknya kegagalan. Meski Firefly Aerospace berhasil mendarat pada bulan Maret, perusahaan AS lainnya, Intuitive Machines, justru terguling di kawah hanya beberapa hari kemudian.

Kesulitannya terletak pada eksosfer bulan yang sangat tipis, sehingga tidak memberikan hambatan udara untuk memperlambat laju wahana saat mendekati permukaan.

Selain itu, tidak ada sistem GPS di bulan yang dapat membantu mengarahkan pesawat ke titik pendaratan. Para insinyur harus mengatasi semua hambatan ini dari jarak 384.000 km.

Apakah ispace lebih siap untuk sukses kali ini masih belum bisa dipastikan. Untuk saat ini, para pengendali misi menikmati pemandangan dari wahana mereka. Dan bagi yang kesulitan melihat bentuk kawah di kutub selatan bulan dalam gambar terbaru ini, ispace punya saran:

“Balikkan gambar,” kata perusahaan itu, “atau miringkan kepala untuk mengubah perspektifmu!”

Scr/Mashable