Jersey No. 10 dan Kesalahan Strategi Manchester United dengan Marcus Rashford

21.07.2025
Jersey No. 10 dan Kesalahan Strategi Manchester United dengan Marcus Rashford
Jersey No. 10 dan Kesalahan Strategi Manchester United dengan Marcus Rashford

Meskipun Marcus Rashford belum resmi pergi, Manchester United dengan cepat menyerahkan nomor punggung 10 miliknya kepada pemain baru Matheus Cunha, yang memicu kontroversi mengenai cara memperlakukan seorang veteran.

Keputusan untuk memberikan nomor punggung 10 kepada pemain baru Matheus Cunha, sementara pemilik sebelumnya, Marcus Rashford, merupakan langkah yang terburu-buru, tidak peka, dan berisiko bagi Manchester United. Keputusan ini bukan hanya tentang mencopot sebuah nomor, tetapi juga merupakan pesan ketidakhormatan terhadap seorang ikon dan kesalahan strategis yang dapat merugikan klub.

Kisah Rashford di Old Trafford tampaknya akan segera berakhir. Setelah keluar dari rencana manajer Ruben Amorim dan dipinjamkan ke Aston Villa, kepergiannya hanya tinggal menunggu waktu. Namun, cara klub menangani masa-masa akhir ini telah meninggalkan banyak luka. Terburu-buru menyerahkan seragam ikoniknya kepada orang baru terasa sangat kejam, terutama bagi pemain dengan warisan seperti Rashford.

Tak dapat dipungkiri apa yang telah dilakukan Rashford . Lulus dari akademi klub pada usia sembilan tahun, ia telah menjadi salah satu pemain terpenting klub, mencetak lebih dari 200 gol dan memenangkan penghargaan Pemain Terbaik Tahun 2022/23. Ia telah menjadi titik terang yang langka di tahun-tahun tergelap klub pasca-Sir Alex Ferguson. Lebih dari itu, Rashford telah menjadi panutan di luar lapangan, inspirasi bagi pemain muda seperti Kobbie Mainoo, dan aktivis yang tak kenal lelah dalam perjuangan melawan rasisme dan ketimpangan pangan.

Memperlakukan “veteran” seperti itu dengan mengusirnya dengan kasar adalah tindakan yang tercela. Ini menunjukkan kurangnya rasa hormat terhadap warisan yang telah dibangun klub. Lebih penting lagi, langkah ini menempatkan Man United dalam posisi yang sulit. Jika Rashford tidak dapat menemukan rumah baru musim panas ini dan terpaksa bertahan, Setan Merah akan menghadapi masalah yang mereka ciptakan sendiri.

Apa yang akan mereka lakukan dengan pemain yang telah mereka “bakar jembatan” di depan umum? Akankah United terus membekukannya di bangku cadangan, menyia-nyiakan aset dan uang, atau akankah mereka dengan malu-malu berusaha memperbaiki hubungan yang rusak? Kedua pilihan ini menempatkan klub dalam posisi yang lemah dan kacau.

Beberapa orang mungkin berpendapat bahwa kekejaman ini diperlukan untuk mengawali era baru. Ketegasan memang suatu kebajikan, tetapi harus dibarengi dengan kebijaksanaan. Ada batas tipis antara reformasi agresif dan perilaku tidak sopan. Kemeja hanyalah angka, tetapi prinsip di baliknya penting.

Dengan bertindak terlalu cepat, Manchester United tidak hanya melukai sang ikon, tetapi juga melemahkan posisi mereka sendiri. Ini adalah kesalahan emosi dan akal sehat, sebuah pelajaran berharga dalam manajemen sumber daya manusia di sepak bola modern.

Akankah Marcus Rashford Bergabung dengan Liverpool?

Transfer paling sensasional musim panas 2025 secara bertahap mulai terbentuk ketika Liverpool tiba-tiba mempertimbangkan untuk merekrut Marcus Rashford, bintang Manchester United.

Menurut Daily Mail, Liverpool sedang memantau situasi Rashford dengan saksama, yang saat ini bernilai sekitar £40 juta setelah kembali dari masa peminjamannya di Aston Villa. Perselisihan antara pemain Inggris tersebut dan manajer Ruben Amorim di Man Utd diyakini menjadi alasan utama ia dimasukkan dalam daftar jual.

Meskipun manajer Arne Slot memprioritaskan perekrutan Alexander Isak dari Newcastle, banderol harga £150 juta yang ditetapkan The Magpies telah memaksa Liverpool untuk beralih ke target yang lebih layak, termasuk Rashford. Selain itu, nama-nama seperti Ollie Watkins (Aston Villa), Yoane Wissa (Brentford), Victor Osimhen (Napoli), Hugo Ekitike (Frankfurt), dan Rodrygo (Real Madrid) juga menjadi incaran tim Anfield.

Sangat jarang pemain Manchester United pindah langsung ke Liverpool. Terakhir kali hal itu terjadi adalah pada tahun 1964, ketika Phil Chisnall meninggalkan Old Trafford untuk Liverpool. Sejak itu, setiap upaya untuk meniru kepindahan tersebut selalu gagal, terutama Gabriel Heinze pada tahun 2007, ketika Sir Alex Ferguson menolak untuk membiarkan bek Argentina tersebut bergabung dengan rival berat mereka.

Meskipun nama Rashford baru “diajukan sebagai ide” di Anfield dan belum ada langkah konkret yang diambil, pertimbangan ini saja telah menimbulkan kehebohan di opini publik Inggris. Rashford, yang dulunya diharapkan menjadi simbol baru United, kini berada di titik balik kariernya yang penting, dan jika ia memilih Liverpool, ia akan menulis ulang sejarah derbi Inggris dengan cara yang tak terduga.

Scr/Mashable