Hanya satu dekade lalu, penyerang klasik itu tampaknya telah menghilang dari peta sepak bola papan atas.
Di Piala Eropa 2012, Spanyol menjuarai turnamen dengan Cesc Fabregas bermain sebagai “false 9”. Di Piala Dunia 2014, Jerman – juga mengikuti model yang sama – memainkan Thomas Müller sebagai “flexible 9” hingga Joachim Loew terpaksa memainkan Miroslav Klose, yang saat itu berusia 36 tahun, di babak perempat final.
Kisah itu dulu dianggap sebagai perpisahan bagi penyerang tengah tradisional. Namun, hanya beberapa tahun kemudian, Liga Inggris menyaksikan kebangkitan para penyerang sejati, dengan Alexander Isak, Viktor Gyökeres, dan Hugo Ekitiké menjadi simbol era baru.
Kembalinya Penyerang Tengah yang “Sejati”
Meskipun sering diabaikan, sang striker tidak pernah sepenuhnya menghilang. Pada musim 2014/15, Sergio Aguero mencetak 26 gol dan menjadi pencetak gol terbanyak Liga Inggris. Harry Kane (21), Diego Costa (20), dan Charlie Austin (18) berada di belakangnya.
Di Serie A Liga Italia, Mauro Icardi dan Luca Toni sama-sama mencetak 22 gol, sementara di La Liga , Cristiano Ronaldo mencetak 48 gol, jauh di atas Messi (43 gol) dan Griezmann (22 gol). Memang, striker masih ada, tetapi sepak bola saat itu lebih diunggulkan oleh pemain sayap seperti Messi, Robben, dan Hazard – pemain yang mampu menciptakan peluang gol dan bermain efektif.
Hal itu baru berubah ketika Erling Haaland tiba. Pep Guardiola, pelatih yang tidak terlalu menyukai nomor punggung 9 tradisional, merekrut Haaland dan bersedia menyesuaikan sistem yang telah berjalan “tanpa striker” selama bertahun-tahun. Hasilnya? 52 gol dalam 53 pertandingan, sebuah treble bersejarah bagi Man City di musim 2022/23. Kekuatan seorang striker murni, dengan kemampuan mengubah peluang-peluang kecil menjadi gol, telah membuat seluruh Premier League mengenangnya.
Pada musim 2023/24, Arsenal finis dengan 89 poin, tetapi tetap finis di posisi kedua, terutama karena kurangnya “pembunuh” sejati. Kai Havertz mencetak 13 gol, sementara Gabriel Jesus hanya mencetak 8 gol – terlalu sedikit untuk tim yang bersaing memperebutkan gelar juara.
Itulah sebabnya Arsenal menghabiskan £64 juta untuk memboyong Viktor Gyökeres ke Emirates pada musim panas 2025. Striker Swedia itu mencetak 43 gol dalam 50 pertandingan untuk Sporting CP musim lalu, angka yang impresif meskipun banyak orang masih meragukan kemampuannya beradaptasi di Liga Primer.
Sementara itu, Liverpool mengejutkan semua orang dengan merekrut Hugo Ekitike – seorang striker muda (23 tahun) dengan potensi untuk berkembang menjadi striker yang lengkap. Kesepakatan ini menunjukkan bahwa “Brigade Merah” mungkin sedang mempersiapkan diri untuk era pasca-Mohamed Salah, ketika bintang Mesir tersebut telah berusia 33 tahun dan tidak lagi dalam performa terbaiknya seperti beberapa musim lalu.
Alexander Isak adalah nama yang telah menggemparkan bursa transfer. Dengan 31 gol dan 12 assist dalam 67 pertandingan Liga Inggris untuk Newcastle, Isak tak hanya seorang penyerang tajam tetapi juga memiliki kemampuan bergerak cerdas, menciptakan ruang bagi rekan satu timnya.
Dengan tinggi 1,9 meter, kecepatan yang baik, kemampuan mengolah bola yang mengagumkan di ruang sempit, Isak adalah model penyerang modern: baik sebagai tembok, pencetak gol, maupun pemain pendukung.
Newcastle jelas tidak ingin kehilangannya, terutama karena Isak hanya menerima £120.000 per minggu (sekitar £6,2 juta per tahun), jauh lebih rendah dari nilainya. Mereka bersedia meminta £140 juta—cukup untuk merekrut striker baru seperti Benjamin Sesko dari RB Leipzig.
Namun, Isak tampaknya tidak lagi puas dengan peran yang dimilikinya saat ini, yang membuka peluang bagi Liverpool atau Chelsea – tim yang sangat membutuhkan peningkatan serangan mereka.
Era Baru “Angka 9 Modern”
Kesamaan antara Isak, Gyokeres, dan Ekitike adalah mereka tidak lagi terpaku pada citra striker klasik. Mereka menggabungkan keterampilan dari berbagai generasi striker: kemampuan menembus pertahanan seperti Alan Shearer, berlari mencari ruang seperti Thierry Henry, dan mencetak gol seperti Ruud van Nistelrooy.
Pemain-pemain ini bahkan ikut serta dalam melakukan tekanan, bergerak melebar, dan meregangkan pertahanan – kualitas-kualitas yang sangat diperlukan dalam sepak bola modern.
Musim 2024/25 bisa menandai kembalinya sang penyerang tengah sejati ke Liga Premier. Arsenal punya Gyokeres. Liverpool telah bereksperimen dengan Ekitike. Chelsea punya Joao Pedro dan Liam Delap.
Dan jika “pemain hebat” bernama Isak muncul, turnamen paling menarik di dunia ini akan menjadi saksi kembalinya para “pemain nomor 9” yang tangguh – tidak hanya untuk mencetak gol, tetapi juga untuk membentuk kembali cara bermain seluruh tim.
Scr/Mashable