Penjaga gawang asal Indonesia, Aaron Ang resmi bergabung dengan tim muda Sevilla, membuka peluang pengembangan di salah satu pusat pelatihan paling bergengsi di Eropa.
Salah satu klub terbesar Eropa, Sevilla, resmi mengonfirmasi perekrutan kiper muda berbakat Indonesia, Aaron Ang.
“Si ajaib” kelahiran 2007 ini akan memulai perjalanannya di tim muda Sevilla D, sebuah langkah penting dalam kariernya setelah tampil menjanjikan di Jerman.
Kesepakatan ini merupakan hadiah yang pantas untuk usaha Aaron Ang di Eropa. Sebelum tiba di Spanyol, kiper kelahiran Jakarta ini menjalani musim yang mengesankan bersama FC Nottingen U-17 di Jerman, berkontribusi besar terhadap kejuaraan Kreiss Pokal Junior tim tersebut.
Penampilan gemilang itu pun mengantarkannya mendapat panggilan ke Timnas Indonesia U-17 untuk persiapan Piala Dunia U-17 2023, membuktikan bakatnya sudah diakui di level internasional.
Bergabung dengan pusat pelatihan “Raja Liga Europa ” dianggap sebagai titik balik besar, memberi Aaron kesempatan emas untuk mengasah keterampilannya di lingkungan sepak bola papan atas.
Ia akan berlatih di Ciudad Deportiva Jose Ramon Cisneros Palacios, salah satu pusat pelatihan pemain muda terbaik di Spanyol, menghadapi tantangan yang dibutuhkan untuk mencapai tingkat profesional.
Perlu diketahui, Aaron bukanlah orang pertama dalam keluarganya yang menjalin hubungan dengan Sevilla. Saudaranya, Darrell Nathan Ang, juga merupakan anggota tim D Sevilla musim lalu, sebelum pindah untuk bermain secara profesional di Brasil.
Kini, sang adik, Aaron, akan mengikuti jejak sang kakak, meneruskan kisah keluarga Ang di tanah adat Andalusia .
Tentang Sevilla FC
Sevilla FC, atau Los Nervionenses, adalah salah satu klub paling ikonik di Spanyol, didirikan pada 25 Januari 1890 di Sevilla, Andalusia. Klub berusia 135 tahun ini berbagi gelar klub sepak bola tertua di Spanyol dengan Recreativo de Huelva, dan bahkan mencatat sejarah dengan memainkan pertandingan resmi pertama di Spanyol pada 8 Maret 1890—kemenangan 2-0 atas Recreativo.
Bermarkas di Estadio Ramón Sánchez-Pizjuán yang megah (kapasitas 43.883 penonton), Sevilla adalah raksasa regional Andalusia, dengan 73 musim di La Liga dan rekor tak terkalahkan dalam dominasi Eropa. Prestasi mereka luar biasa: satu gelar La Liga (1945/46), lima Copa del Rey (1935, 1939, 1948, 2007, 2010), satu Supercopa de España (2007), dan yang paling membanggakan, tujuh gelar UEFA Europa League (2006, 2007, 2014, 2015, 2016, 2020, 2023)—rekor mutlak yang membuat mereka dijuluki “Raja Eropa”.
Ditambah satu UEFA Super Cup (2006), total 13 trofi utama menempatkan Sevilla di peringkat kelima klub Spanyol dengan gelar internasional terbanyak, di belakang Real Madrid, Barcelona, Valencia, dan Atlético Madrid. Pada 2006 dan 2007, Federasi Sejarah dan Statistik Sepak Bola Internasional (IFFHS) bahkan menyematkan gelar “Klub Terbaik Dunia” untuk dua tahun berturut-turut.
Di balik gemerlap trofi, Sevilla pernah menghadapi krisis finansial berulang, tapi selalu bangkit melalui model bisnis cerdas: jual bintang, beli potensi, dan kembangkan talenta sendiri. Era emas dimulai di bawah pelatih Juande Ramos (2005-2008), yang membawa dua Europa League berturut-turut, diikuti Unai Emery (2013-2016) dengan hat-trick gelar Eropa.
Musim 2024/2025 yang baru berakhir memang menantang—dengan pemecatan pelatih Francisco Garcia Pimienta setelah empat kekalahan beruntun di La Liga—tapi Sevilla tetap finis di papan tengah, menunjukkan ketangguhan. Saat ini, di musim 2025/2026, klub kembali mengenakan kit Adidas (kontrak 10 tahun mulai Juni 2025), meninggalkan Castore, sambil fokus pada pembangunan skuad muda. Legenda seperti Jesús Navas, yang pensiun emosional di Sánchez-Pizjuán pada Mei 2025, menjadi simbol loyalitas klub yang selalu menghargai akarnya.
Kini, mari kita sorot “jantung” Sevilla: Akademi Ciudad Deportiva José Ramón Cisneros Palacios, atau sering disebut Ciudad Deportiva. Dibuka pada 1974 dan dinamai sesuai presiden klub era 1960-an, fasilitas seluas 250.000 m² ini adalah salah satu kompleks latihan tercanggih di Spanyol. Terletak di pinggiran Sevilla, Ciudad Deportiva telah direnovasi berkali-kali, kini mencakup enam lapangan rumput (termasuk Estadio Jesús Navas untuk tim cadangan Sevilla Atlético), gym modern, pusat medis, dan sistem keberlanjutan seperti daur ulang air hujan untuk irigasi—membuatnya ramah lingkungan.
Di sini, lebih dari 1.000 pemain muda dilatih setiap hari, dengan filosofi “formasi karakter sebelum formasi taktik”. Akademi ini bukan sekadar pabrik talenta; ia adalah inkubator mimpi, di mana anak-anak dari berbagai belahan dunia—termasuk kini Aaron Ang—belajar disiplin, kreativitas, dan semangat Nervionense.Apa yang membuat Ciudad Deportiva begitu istimewa? Reputasinya melahirkan bintang-bintang dunia.
Sergio Ramos, mantan kapten Real Madrid yang lahir di Camas dekat Sevilla, memulai karirnya di sini sebelum debut pada 2004 dan menjadi ikon pertahanan global. Jesús Navas, putra asli Sevilla, bergabung pada usia 15 tahun, berkembang menjadi winger eksplosif yang memenangkan Piala Dunia 2010 dan lima Europa League dengan klub asalnya.
José Antonio Reyes, juga adalah produk akademi Sevilla yang bersinar di Arsenal dan Atlético. Lalu ada Álvaro Negredo, penyerang ganas yang mencetak 32 gol di La Liga 2010/11; Ivan Rakitić, gelandang jenius Kroasia yang pindah ke Barcelona seharga €18 juta; dan Jesús Gámez, bek tangguh. Lebih baru, Juan Berrocal dan lebih dari 20 pemain lain telah naik ke tim utama. Bahkan, Sevilla Atlético (tim cadangan) yang bermain di Primera Federación Group 2, sering menjadi jembatan menuju profesionalisme.
Filosofi akademi ini—dibawah direktur seperti Juan Escámez—menekankan pengembangan holistik: 70% waktu untuk latihan, 30% untuk pendidikan dan nilai-nilai sosial. Hasilnya? Sevilla adalah salah satu klub paling efisien dalam menjual talenta muda, menghasilkan ratusan juta euro sambil mempertahankan identitas.
Bagi Aaron Ang, Ciudad Deportiva adalah arena ujian sekaligus peluang emas. Di usia 18 tahun, ia sudah punya pengalaman Timnas U-17 Indonesia menjelang Piala Dunia 2023, plus adaptasi di Jerman. Tantangan? Kompetisi sengit dengan kiper seperti Alejandro “Bob” Almenas dari Puerto Rico, dan tekanan LaLiga yang tak kenal ampun. Tapi, seperti Ramos atau Navas, Aaron bisa menjadi cerita sukses berikutnya—mungkin suatu hari menjaga gawang Sánchez-Pizjuán.
Sevilla bukan hanya klub; ia adalah sekolah kehidupan bagi pemuda seperti Aaron. Di tengah hiruk-pikuk transfer miliaran euro, kisah ini mengingatkan: sepak bola sejati lahir dari rumput hijau akademi, bukan headline sensasional.
Scr/Mashable