Keputusan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) untuk mengakhiri kontrak dengan Patrick Kluivert sebagai pelatih kepala Timnas Indonesia tak hanya menggemparkan Jakarta, tetapi juga merembet ke Eropa.
Segera setelah PSSI membuat pengumuman resmi pada 16 Oktober, sejumlah surat kabar Eropa secara serentak melaporkan berita tersebut. Voetbal Primeur (Belanda) memuat judul yang singkat namun bermakna: “Berita terkini: Kluivert dan Indonesia resmi berpisah setelah gagal lolos ke Piala Dunia”.
Penulis olahraga situs tersebut menambahkan bahwa perjalanan singkat Kluivert di Asia Tenggara berakhir “dalam keheningan dan kekecewaan”, meskipun ahli strategi Belanda itu pernah disambut sebagai simbol era baru sepak bola menyerang di Indonesia.
De Telegraaf, salah satu surat kabar olahraga terbesar di Belanda, membahas lebih lanjut: “Tingginya ekspektasi publik Indonesia membuat Kluivert menjadi korban tekanan yang luar biasa. Ketika ia tidak bisa membawa Garuda ke Piala Dunia, ia harus membayar dengan tiketnya sendiri.”
Surat kabar itu juga mengomentari bahwa Kluivert – yang pernah menjadi simbol “Generasi Emas” Belanda tahun 1990-an – memilih jalan yang sulit ketika datang ke Asia Tenggara untuk melatih tim sepak bola yang berhasrat meraih prestasi baru tetapi kurang memiliki stabilitas yang diperlukan.
Surat kabar The Sun (Inggris) memuat judul berita: “Kluivert dipecat oleh tim Indonesia setelah hanya 9 bulan”. Goal menekankan detail bahwa tim Indonesia tidak lolos ke Piala Dunia 2026 sebagai alasan mantan pemain Belanda itu kehilangan pekerjaannya.
Dengan keputusan ini, PSSI memasuki masa transisi baru dengan waktu kurang dari sebulan tersisa sebelum rangkaian FIFA Days di bulan November. Selain itu, timnas Indonesia harus mempersiapkan diri untuk Piala AFF 2026 dan Piala Asia 2027—turnamen krusial bagi ambisi mereka untuk mencapai benua tersebut.
Sementara itu, pers Belanda berkomentar bahwa PSSI akan “kesulitan menemukan penerus dengan reputasi internasional seperti Kluivert”, sementara di Eropa, para ahli menganggap ini sebagai pelajaran umum bagi pelatih-pelatih ternama Eropa yang memasuki lingkungan sepak bola Asia – di mana ekspektasi terkadang melebihi kenyataan.
Kepergian Patrick Kluivert menutup babak singkat namun penuh gejolak dalam perjalanan sepak bola Indonesia. Dan dari Amsterdam hingga Jakarta, orang-orang memiliki pertanyaan yang sama: Siapakah yang cukup kuat untuk membangkitkan Garuda setelah guncangan ini?
Catatan Menyedihkan Patrick Kluivert Bersama Timnas Indonesia
Pelatih asal Belanda, Patrick Kluivert mengakhiri masa singkatnya memimpin Timnas Indonesia pada, Kamis 16 Oktober 2025.
Kluivert ditunjuk oleh Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) pada awal 2025 dengan tujuan membawa tim nasional ke Piala Dunia 2026. Namun, karena performa yang kurang memuaskan dan kegagalan di babak kualifikasi, kontrak kedua belah pihak diputus lebih awal.
Dengan keputusan ini, Kluivert menjadi pelatih dengan masa jabatan terpendek di timnas Indonesia, sejak FIFA mencabut larangan sepak bola Indonesia pada tahun 2016. Meskipun menandatangani kontrak berdurasi dua tahun (dari 2025 hingga 2027), Kluivert hanya memiliki waktu 9 bulan untuk menangani Timnas Indonesia.
Sebelum Kluivert, pelatih Shin Tae-yong memimpin tim Indonesia dari Januari 2020 hingga Januari 2025. Pak Shin juga merupakan pelatih dengan masa jabatan terlama dalam 10 tahun terakhir.
Sebelumnya, pelatih Luis Milla sempat 22 bulan menangani timnas Indonesia, yakni sejak Januari 2017 hingga Oktober 2018. Simon McMenemy, sosok yang tak asing lagi di dunia sepak bola Indonesia, juga sempat menangani timnas Indonesia dari Januari hingga November 2019.
Meskipun keputusan pemecatan Kluivert mendapat dukungan luas dari para penggemar, banyak pihak masih mempertanyakan siapa yang akan menggantikan mantan pemain Belanda tersebut untuk memimpin tim di periode mendatang. Dalam pengumuman tersebut, PSSI tidak mengumumkan identitas pelatih sementara, sehingga membuat publik semakin penasaran.
Scr/Mashable









