Marc Marquez Kirim Peringatan Keras ke Lamine Yamal soal Tekanan di Usia Muda

13.11.2025
Marc Marquez Kirim Peringatan Keras ke Lamine Yamal soal Tekanan di Usia Muda
Marc Marquez Kirim Peringatan Keras ke Lamine Yamal soal Tekanan di Usia Muda

Juara Motogp, Marc Marquez muncul dalam wawancara dengan Manu Carreno, berbicara tentang talenta muda Barcelona, Lamine Yamal.

Di awal program, pembalap Spanyol itu mengenang musim di mana ia memenangkan gelar dunia kesembilannya dan mengungkapkan kerusakan fisik di balik kesuksesannya: “Saya memiliki 20 sekrup di lengan kanan saya sendiri.”

Namun, ia bersikeras bahwa kinerja tetap menjadi satu-satunya prioritas: “Pekerjaan saya, dan pekerjaan para dokter, adalah memastikan bahwa apa pun yang terjadi di dalam tubuh saya, orang-orang tetap membicarakan hasilnya, bukan lengan saya.”

Dalam perbincangan itu, Marquez juga mengenang tahun-tahun awal kariernya, saat ia harus menghadapi tekanan karena dilabeli sebagai “anak ajaib” karena ia belum dewasa.

Dari pengalamannya sendiri, ia memberikan nasihat kepada talenta muda Barcelona yang sedang naik daun, Lamine Yamal: “Pada usia 18 tahun, semuanya rumit – terutama dalam sepak bola, olahraga terbesar di Spanyol dan di dunia.”

“Lamine berubah dari pemain muda menjadi bintang global hanya dalam dua tahun , dan mengendalikannya sangatlah sulit. Orang-orang di sekitarnya perlu membimbingnya, berbicara dengannya, dan mengendalikan situasi untuknya. Di usia 18 tahun, hanya ada dua jalan di depan Anda,” ungkapnya.

Tak hanya di Barcelona, Lamine Yamal juga dengan cepat menjadi andalan tim nasional Spanyol, memenangkan Piala Eropa bersama La Roja saat usianya baru 17 tahun. Ia mencatatkan 23 penampilan dan 6 gol untuk timnya.

Pada sesi latihan November, bintang muda ini menjadi pusat perhatian karena menciptakan konflik antara Barca dan tim nasional.

Barcelona ‘Nyatakan Perang’ Terhadap Pelatih Timnas Spanyol

Antara Barcelona dan tim nasional Spanyol, “perang dingin” tengah berkobar seputar nama Lamine Yamal.

Di balik cedera pangkal paha pemain ajaib berusia 18 tahun itu terdapat pertarungan kecerdasan antara klub dan Federasi Sepak Bola Spanyol (RFEF), di mana Hansi Flick dan Luis de la Fuente berada di kubu yang berseberangan.

Sejak Flick secara terbuka menuduh De la Fuente “mengabaikan kesehatan para pemain”, hubungan antara Barca dan tim nasional telah retak. Bahkan, konflik antar klub dan federasi bukanlah hal baru. Jadwal pertandingan saat ini padat dengan La Liga , Liga Champions, Nations League, dan kualifikasi Piala Dunia, yang membuat setiap bintang berisiko kelebihan beban.

Sepak bola kini semakin mirip bola basket: para bintang hanya bermain di turnamen-turnamen besar, dan babak kualifikasi menjadi ajang bagi pemain cadangan dan pemain muda untuk mencoba peruntungan. Masalahnya bukan lagi siapa yang pantas dipanggil, melainkan siapa yang “diizinkan” bermain.

Barca bersikeras mereka perlu merawat Yamal karena cedera pangkal paha, masalah yang terus-menerus dan berulang. Namun, berdasarkan dokumen medis, mereka tidak memiliki alasan yang jelas untuk mempertahankan pemain tersebut.

Yamal telah memainkan 6 pertandingan berturut-turut, dengan 4 pertandingan terakhirnya dimainkan penuh selama 90 menit. Sang pemain sendiri mengakui setelah pertandingan melawan Club Brugge di Fase Grup Liga Champions pekan lalu bahwa ia masih merasa baik-baik saja.

Namun, De la Fuente justru dihujani kritik. Ia memanggil Yamal, yang memang sudah seharusnya dilakukan, tetapi Barcelona bereaksi keras. Dua jam setelah kamp pelatihan dimulai, klub tiba-tiba mengumumkan bahwa sang pemain membutuhkan perawatan radiofrekuensi, sebuah prosedur yang bisa ditunda jika Barca bertanding pekan itu.

Waktu pengumumannya sulit dipercaya. Mereka bisa saja mengumumkannya lebih awal, tetapi mereka memilih untuk “meledak” tepat di depan RFEF.

Saga Lamine Yamal bukan sekadar cedera. Saga ini mencerminkan runtuhnya kepercayaan antara klub dan negara. De la Fuente terpaksa membela kepentingan Spanyol, sementara Barcelona menegaskan kendali atas aset-asetnya, dalam arti ekonomi.

Dalam konteks tersebut, kasus-kasus seperti Nico Williams, Valverde, atau Courtois yang bertahan di klub karena “cedera otot” membuat publik semakin curiga. Klub-klub besar semuanya mengutamakan kepentingan mereka sendiri di atas kepentingan pribadi.

Lamine Yamal baru berusia 18 tahun, tetapi ia telah menjadi simbol krisis tata kelola sepak bola Eropa. Klub-klub ingin mempertahankan pemain mereka untuk musim yang sengit, dan federasi tidak ingin mengubah kualifikasi menjadi “pertandingan latihan”.

Persaingan antara Barcelona dan De la Fuente adalah konsekuensi tak terelakkan dari sistem yang terbebani, di mana para bintang ditempatkan di antara dua kewajiban, dan kebanggaan nasional secara bertahap menjadi korban sepak bola komersial.

Scr/Mashable