Bertentangan dengan Kepolisian, Fakta Baru Terungkap di Balik Kematian Diogo Jota

11.07.2025
Bertentangan dengan Kepolisian, Fakta Baru Terungkap di Balik Kematian Diogo Jota
Bertentangan dengan Kepolisian, Fakta Baru Terungkap di Balik Kematian Diogo Jota

Dua pengemudi truk yang menyaksikan kecelakaan yang menewaskan Diogo Jota dan saudaranya mengklaim bahwa Lamborghini tidak melaju kencang, bertentangan dengan kesimpulan awal polisi Spanyol.

Kecelakaan lalu lintas tragis di jalan raya A-52 (Spanyol) yang menewaskan Diogo Jota (Liverpool) dan saudaranya Andre Silva (FC Penafiel) memperlihatkan detail baru, karena dua saksi langsung telah berbicara untuk membantah kesimpulan Polisi Sipil Spanyol bahwa penyebabnya adalah ngebut.

Menurut laporan awal, Lamborghini Huracan biru yang membawa kedua pemain kehilangan kendali dan terbakar di jalur median dekat kota Cernadilla (Zamora), saat dalam perjalanan menuju Santander. Laporan teknis dari Kepolisian Sipil Spanyol mengonfirmasi bahwa “kemungkinan besar kendaraan tersebut melampaui batas kecepatan”.

Namun, dua pengemudi truk asal Portugal—José Aleixo Duarte dan José Azevedo—menyaksikan kecelakaan tersebut dan memberikan keterangan yang sama sekali berbeda. Duarte mengatakan ia disalip oleh Lamborghini sekitar lima menit sebelum kecelakaan dan menegaskan: “Mobil itu melaju dengan kecepatan normal. Saya tidak melihat tanda-tanda ngebut atau ugal-ugalan.”

Duarte juga mengatakan bahwa ia mencoba mendekati lokasi kejadian untuk memadamkan api, tetapi tidak dapat menyelamatkan kedua korban. Sementara itu, Azevedo—yang merekam gambar pertama mobil yang terbakar—juga berbagi dalam sebuah video yang diunggah di media sosial: “Saya berbalik, menghentikan mobil, dan mencoba membantu. Sayangnya, saya tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Saat itu, saya tidak tahu siapa yang ada di dalam mobil, tetapi saya tahu apa yang saya saksikan. Keluarga Diogo Jota dapat mempercayai saya—mereka tidak ngebut. Mereka melewati saya dengan tenang, tidak gegabah.”

Azevedo mengatakan ia melewati rute itu setiap hari dan telah melihat banyak mobil melaju dengan kecepatan di luar batas, tetapi bersikeras bahwa mobil Jota bukan salah satunya.

“Meskipun gelap, saya bisa melihat dengan jelas merek dan model mobilnya. Cara mereka mengemudi sangat tenang, tidak terburu-buru,” tegasnya.

Pernyataan ini menciptakan kontradiksi yang nyata dengan kesimpulan pihak berwenang, dan dapat menyebabkan penyelidikan yang lebih luas terhadap penyebab kecelakaan.

Kepergian mendadak Diogo Jota—bintang Liverpool berusia 28 tahun dan pemain andalan tim nasional Portugal—dan adiknya, Andrés Silva, telah meninggalkan duka mendalam bagi sepak bola Portugal. Kini, di tengah duka yang mendalam, keluarga dan para penggemar hanya bisa berharap kebenaran akhirnya terungkap.

Pecah Ban di Kecepatan Tinggi Renggut Nyawa Diogo Jota, Bahaya Mematikan yang Sering Diremehkan

Satu detik bisa jadi penentu antara hidup dan mati di jalan raya. Hal itu terbukti dari insiden tragis yang menimpa striker Liverpool, Diogo Jota (28 tahun), dan saudaranya Andre Silva, yang meninggal dunia akibat pecah ban saat melaju di jalan tol A-52, Zamora, Spanyol.

Kecelakaan yang terjadi dini hari itu menyita perhatian dunia, bukan hanya karena nama besar yang terlibat, tapi juga karena mengungkap bahaya tersembunyi yang sering dianggap remeh yaitu pecah ban saat berkendara.

Pecah ban bukan hal langka. Tapi banyak yang tak menyadari, insiden ini bisa berujung maut, terlebih bila terjadi saat kendaraan melaju kencang. Ban yang meledak tiba-tiba menyebabkan kendaraan kehilangan keseimbangan.

Dalam sepersekian detik, mobil bisa oleng, menabrak pembatas jalan, terguling, bahkan terbakar, seperti yang terjadi pada mobil Lamborghini Huracan milik Jota.

Menurut laporan saksi mata, melansir dari SportBible, mobil yang ditumpangi Jota sempat menyalip dengan kecepatan tinggi sebelum keluar jalur dan langsung terbakar. Tim penyelamat tak sempat menarik korban keluar dari kendaraan yang sudah dilalap api.

Tragedi ini memperbarui sorotan terhadap kondisi jalan A-52, yang disebut warga lokal sebagai “jalur maut.” Statistik menunjukkan, sepanjang tahun 2023 saja terjadi 19 kecelakaan di jalan tersebut, dengan rata-rata 1,5 kematian per insiden.

Pemerintah daerah Zamora bahkan telah menyebut jalan itu sebagai salah satu yang paling berbahaya di Spanyol, penuh tikungan tajam, penerangan minim, dan sering dilewati satwa liar seperti rusa atau serigala.

Namun, peringatan demi peringatan dari warga belum ditanggapi dengan perbaikan nyata. Tragedi Jota menjadi klimaks dari kealpaan sistemik dalam menjaga keselamatan jalan raya.

Scr/Mashable