Cesc Fabregas Sukses Sulap Como 1907 Menjadi Kekuatan Baru di Serie A Liga Italia

30.07.2025
Cesc Fabregas Sukses Sulap Como 1907 Menjadi Kekuatan Baru di Serie A Liga Italia
Cesc Fabregas Sukses Sulap Como 1907 Menjadi Kekuatan Baru di Serie A Liga Italia

Cesc Fabregas membuktikan bahwa ia bukan hanya gelandang berkelas di masa lalu, tetapi juga calon pelatih masa depan.

Setelah membantu Como kembali ke Serie A untuk pertama kalinya dalam 21 tahun dan menyelesaikan musim 2024/25 di posisi ke-10, 18 poin di atas zona degradasi, Fabregas tidak berhenti di situ saja. Ia ingin mengubah Como menjadi tim yang penuh ambisi.

Reputasi Fabregas telah membuatnya dilirik oleh Inter, Roma, Bayer Leverkusen, dan RB Leipzig. Dua penghargaan Pelatih Terbaik Serie A Bulan Ini (April dan Mei) menjadi bukti kemampuan manajerialnya. Namun, Fabregas memilih untuk bertahan di Como.

“Saya mendengarkan ajakan itu, tapi bukan karena ingin pergi. Saya mencintai sepak bola, saya suka belajar dan mengamati bagaimana tim lain beroperasi, tapi saya tidak pernah meragukan di mana saya seharusnya berada,” ujarnya kepada Movistar+.

Keputusan ini mencerminkan keinginan untuk membangun proyek jangka panjang. Fabregas memahami bahwa Como tidak bisa puas hanya dengan bertahan di liga selamanya: “Kami perlu mengonsolidasikan kekuatan kami, lalu memikirkan langkah selanjutnya. Siapa tahu, kesempatan itu mungkin datang musim ini.”

Khususnya, ia juga mengisyaratkan kemungkinan merekrut Lionel Messi: “Jangan pernah berkata tidak.” Meskipun terdengar samar, pernyataan tersebut menunjukkan bahwa Fabregas ingin Como menjadi destinasi yang menarik.

Pada musim panas 2025, Como menghabiskan 101,5 juta euro untuk mendatangkan 9 pemain baru berkualitas: Jesus Rodríguez (22,5 juta euro dari Betis), Nicolas Kuhn (19 juta euro dari Celtic), Martin Baturina (18 juta euro dari Dinamo Zagreb), Jayden Addai (14 juta euro dari AZ Alkmaar), Maximo Perrone (13 juta euro dari Man City), Álex Valle (6 juta euro dari Barcelona), Ignace van der Brempt (5 juta euro dari Salzburg), serta Luca Mazzitelli dan Fellipe Jack. Selain itu, Jacobo Ramon dari Real Madrid juga bergabung dengan status pinjaman.

Investasi besar ini menunjukkan bahwa Como bukan lagi tim yang hanya mengandalkan modal. Fabregas ingin menciptakan tim yang muda, haus gol, dan berkualitas yang mampu memainkan sepak bola modern dan energik.

Performa pramusim yang impresif menegaskan arah tim. Mantan striker Zaragoza, Ivan Azon, mencetak dua gol beruntun saat Como mengalahkan Lille 3-2, kemudian mencetak gol lagi saat mengalahkan Al Ahli 3-1 di semifinal Piala Como. Di final, Como menghancurkan Ajax 3-0 berkat gol-gol dari Nico Paz, Douvikas, dan Baturina.

Jayden Addai, pemain sayap Belanda berusia 19 tahun, begitu luar biasa sehingga La Gazzetta dello Sport menyebutnya “tak terhentikan” di sayap kanan. Jesús Rodriguez juga mencatatkan debut yang impresif, memberikan umpan kepada Baturina untuk mengubah skor menjadi 2-0 melawan Ajax dengan sentuhan pertamanya.

Pertandingan persahabatan mendatang melawan Betis dan Barcelona di Stadion Gamper akan menjadi ujian nyata bagi Como, tetapi dengan performa dan semangat mereka saat ini, Fabregas dan para pemainnya punya alasan untuk percaya diri.

“Saya ingin meninggalkan warisan yang kuat. Agar penerus saya dapat melihat Como yang dewasa dengan identitas yang kaya,” tegas Fabregas.

Melihat cara Fabregas membangun tim, kita bisa melihat bayangan seorang ahli strategi yang berani, berani bereksperimen, dan tahu cara memaksimalkan potensi pemain. Dari seorang pemain muda yang pernah diremehkan, Como bukan lagi “mangsa empuk”. Mereka menjadi fenomena, bahkan ancaman bagi tim-tim besar di Serie A.

Bagi Fabregas, Como tidak hanya ingin bertahan hidup—mereka ingin bersaing. Jika momentum ini dapat dipertahankan, Serie A bisa melihat kekuatan baru dalam beberapa tahun mendatang.

Scr/Mashable