Bek yang pernah membawa Jerman Juara Piala Dunia 2014, Jerome Boateng, mengakhiri kontraknya setelah hanya tiga pertandingan musim baru, mengakhiri masa 15 bulan yang penuh gejolak di klub Austria tersebut.
Pada 31 Mei 2024, Jerome Boateng, bek tengah yang juga pernah memperkuat Manchester City dan Bayern Munchen, menandatangani kontrak dua tahun dengan LASK Linz, klub papan atas Austria.
LASK Linz diyakini akan menjadi tempat peristirahatan yang tenang bagi Boateng setelah satu dekade mengabdi di Bayern München. Namun, pada usia 36 tahun, kontrak Boateng diputus setahun lebih awal berdasarkan kesepakatan bersama.
Beberapa bulan setelah tiba di Austria, Boateng terhindar dari hukuman penjara, tetapi ia dihukum oleh pengadilan Jerman karena sengaja melukai mantan pacarnya dan dijatuhi hukuman percobaan. Kasus ini bermula pada liburan tahun 2018, ketika ibu dari putri kembarnya menuduh Boateng melempar lampu (yang meleset), lalu melempar pendingin yang melukai tangannya, lalu memukul dan menjambak rambutnya.
Pada Juli 2024, pengadilan menyatakan Boateng diperintahkan untuk membayar lebih dari £84.000 kepada badan amal, sementara denda yang ditangguhkan sebesar lebih dari £168.000 akan diberlakukan jika ia mengulangi pelanggarannya. Berdasarkan asas praduga tak bersalah, ia tidak didakwa dengan penyerangan, pemerkosaan, atau pencemaran nama baik.
Meskipun Boateng terhindar dari hukuman penjara, kasus ini telah membuatnya menghadapi gelombang protes dari para penggemar LASK. Pada bulan Maret, ia berulang kali dicemooh dan dicap sebagai “orang kasar” di tribun penonton.
Mungkin itulah salah satu alasan Boateng frustrasi dengan kehidupan di Austria dan setuju untuk mengakhiri kontraknya. Selain itu, fakta bahwa Boateng hanya bermain 13 pertandingan karena cedera yang terus-menerus sejak bergabung dengan tim juga membuat LASK ingin berpisah dengannya.
Karier Jerome Boateng
Jerome Agyenim Boateng, lahir di Berlin pada 3 September 1988, adalah salah satu bek tengah terbaik yang pernah dimiliki Jerman. Kariernya di lapangan hijau dimulai dari akademi Hertha BSC, klub kota kelahirannya. Bakatnya yang menonjol sejak muda membawanya menembus tim utama Hertha pada 2007, sebelum kemudian memperkuat Hamburger SV. Di HSV, Boateng menunjukkan kualitasnya sebagai bek serbabisa, membantu klub mencapai semifinal Liga Europa dua kali berturut-turut pada 2009 dan 2010.
Puncak karier Boateng terjadi saat bergabung dengan Bayern München pada 2011. Selama satu dekade bersama Die Roten, ia menjadi pilar pertahanan yang kokoh, berkontribusi pada dominasi klub di Bundesliga dengan delapan gelar liga, serta dua trofi Liga Champions pada 2012-13 dan 2019-20, yang keduanya diraih dalam treble bersejarah.
Gaya bermainnya yang tenang, visi passing akurat, dan kemampuan membaca permainan menjadikannya salah satu bek modern terbaik. Pada 2016, ia dinobatkan sebagai Pemain Terbaik Jerman, sebuah penghargaan langka untuk seorang bek, mengakhiri dominasi penyerang dan gelandang selama 19 tahun.
Di level internasional, Boateng adalah bagian dari skuat Jerman yang menjuarai Piala Dunia 2014 di Brasil. Dengan 76 caps dan satu gol untuk Die Mannschaft, ia dikenal karena penampilan heroiknya, seperti sapuan krusial melawan Ukraina di Euro 2016.
Meski sempat kecewa karena tidak lagi dipanggil timnas pasca-Piala Dunia 2018, Boateng tetap menunjukkan profesionalisme. Setelah meninggalkan Bayern pada 2021, ia melanjutkan karier di Lyon, Salernitana, dan kini LASK, menunjukkan dedikasi pada sepak bola meski usianya tak lagi muda.
Boateng bukan hanya bek tangguh, tetapi juga simbol multikulturalisme di sepak bola Jerman, dengan darah Ghana dari ayahnya. Kariernya adalah bukti bahwa kerja keras dan talenta dapat menciptakan warisan abadi di lapangan hijau.
Scr/Mashable