Ivan Rakitic Minta Maaf karea Tak Sengaja Pakai Lagu untuk Hina Juventus

12.08.2025
Ivan Rakitic Minta Maaf karea Tak Sengaja Pakai Lagu untuk Hina Juventus
Ivan Rakitic Minta Maaf karea Tak Sengaja Pakai Lagu untuk Hina Juventus

Mantan gelandang Barcelona, Ivan Rakitic, secara tidak sengaja mengunggah lagu yang mengejek Juventus saat memberi selamat kepada Luka Modric karena bergabung dengan AC Milan.

Pesepak bola legendaris Kroasia, Ivan Rakitic, telah meminta maaf kepada para penggemar Juventus setelah ia mengunggah unggahan Instagram berisi ucapan selamat atas kepindahan Luka Modric ke Milan, disertai lagu yang mengejek Juve. Meskipun telah pensiun, Rakitic tetap berteman dekat dengan Modric dan mengucapkan selamat atas kepindahannya ke Milan secara gratis.

Masalahnya muncul ketika Rakitic memilih lagu yang menampilkan mereka berdua, tetapi ia tidak menyadari bahwa itu adalah nyanyian yang sering digunakan oleh penggemar Milan untuk mengejek Juventus: frasa “Chi non salta è un gobbo Juventino” – yang berarti ” siapa pun yang tidak menari adalah penggemar Juve “, sedangkan “gobbo” merupakan kata yang menghina bagi penggemar Juventus.

Setelah menerima tanggapan, Rakitic menghapus video tersebut dan meminta maaf secara terbuka di Instagram: ” Saya ingin meminta maaf dengan tulus kepada para penggemar Juventus. Saya hanya bermaksud memberi selamat kepada Luka Modric dengan lagu yang berkaitan dengan AC Milan tanpa mengetahui konteks sejarah atau liriknya. Saya tidak bermaksud menyinggung siapa pun, terutama klub yang sangat saya hormati.”

Insiden ini menarik perhatian karena Rakitic adalah teman dekat Modric dan telah berteman dekat dengan banyak pemain Juventus sebelumnya. Penyalahgunaan lagu ini menyebabkan kesalahpahaman yang tidak perlu di antara para penggemar, terutama dalam konteks Modric yang memulai perjalanan baru di Milan – tim rival abadi Juventus.

Para penggemar Juventus segera bereaksi, dengan beberapa kali membagikan dan mengomentari di media sosial, menyoroti sensitivitas sapaan yang digunakan dalam konteks persaingan historis antara Milan dan Juve.

Adapun Rakitic, meskipun telah pensiun, ia tetap mempertahankan gaya profesional dan semangat penerimaan ketika mengakui kesalahannya dan menyampaikan permintaan maaf kepada publik. Tindakan Rakitic sedikit meredakan reaksi yang tidak diinginkan, sekaligus menegaskan kembali bahwa ia tidak memiliki niat buruk terhadap Juventus.

Lakoni Debut Bersama AC Milan Meski Dibantai Chelsea, Luka Modric Tetap Catatkan Statistik Mengesankan

Luka Modric melakukan debutnya untuk AC Milan, tetapi itu adalah kenangan yang menyedihkan karena timnya menderita kekalahan telak 1-4 dari Chelsea di Stamford Bridge.

Meski diturunkan di lapangan dalam pertandingan yang sangat sulit, statistik pribadi gelandang Kroasia ini tetap menunjukkan kelasnya sebagai bintang top.

Latar Mimpi Buruk untuk Debut

Pertandingan persahabatan pramusim terakhir menjadi bencana bagi AC Milan sejak menit pertama. Baru delapan menit, Rossoneri tertinggal 0-2 dan harus bermain dengan 10 pemain sejak menit ke-18 setelah bek muda Andrei Coubis mencetak gol bunuh diri dan menerima kartu merah langsung.

Dalam situasi buruk itulah pelatih Milan memutuskan untuk mengirim Luka Modric ke lapangan pada awal babak kedua, menggantikan Samuele Ricci, dengan harapan pengalaman dan kendalinya dapat membantu timnya mendapatkan kembali kendali permainan.

45 Menit Modric dan Angka-angka Berbicara Sendiri

Meski tak mampu membantu Milan membalikkan keadaan melawan tim Chelsea yang bermain sangat baik, penampilan individu Modric selama 45 menit di lapangan tetap membawa tanda-tanda positif.

Mari kita lihat angka-angka rinci dari Sofascore:

Kontrol dan kemampuan mengumpan: Bermain sepanjang babak kedua, Modric melakukan 35 sentuhan bola dan menunjukkan akurasi yang sangat baik dengan tingkat keberhasilan umpan hingga 93% (27/29 umpan). Hal ini menunjukkan bahwa ia langsung menjadi tumpuan sirkulasi bola yang andal di tengah lapangan. Khususnya, ia hanya kehilangan bola 3 kali, angka yang impresif dalam pertandingan di mana ia terus ditekan.

Tanda menyerang: Meskipun tidak memiliki umpan untuk menciptakan peluang, Modric masih berhasil meninggalkan jejaknya dengan tembakan tepat sasaran, menunjukkan inisiatif saat diberi kesempatan.

Dukungan bertahan: Meskipun harus bermain dengan satu pemain lebih sedikit, Modric juga aktif berpartisipasi dalam pertahanan dengan 1 tekel sukses dan 1 intersepsi sukses. Ia juga memenangkan satu-satunya duel daratnya.

Seberkas Cahaya di Tengah Kegelapan

Chelsea menggagalkan debut Modric dengan kemenangan telak. Faktanya, hasil 4-1 melawan tim Inggris itu merupakan kekalahan telak yang tak termaafkan bagi AC Milan.

Namun, bagi Luka Modric secara pribadi, 45 menit pertama berseragam merah-hitam membuktikan bahwa ia masih menjadi “bos” di lini tengah. Kemampuannya menjaga ritme, mengoper bola dengan akurat, dan menjaga ketenangan adalah sesuatu yang sangat dibutuhkan Milan. Dalam permainan yang lebih adil, tanpa harus bermain dengan satu pemain lebih sedikit dan tertinggal, pengaruh Modric tentu akan jauh lebih besar.

Debutnya mungkin tidak sesuai harapan dalam hal skor, tetapi statistik tidak berbohong: Luka Modric siap menunjukkan kelasnya di San Siro.

Scr/Mashable