Jika Arsenal Gagal Juara Liga Inggris 2025/2026, Mau Kapan Lagi Gunners?

04.11.2025
Jika Arsenal Gagal Juara Liga Inggris 2025/2026, Mau Kapan Lagi Gunners?
Jika Arsenal Gagal Juara Liga Inggris 2025/2026, Mau Kapan Lagi Gunners?

22 tahun penantian. Tiga musim runner-up berturut-turut Liga Inggris. Namun kali ini, Arsenal menghadirkan nuansa yang berbeda.

Tak lagi rapuh, tak lagi “cantik tapi hilang”. Tim Mikel Arteta kini dingin, pragmatis, dan cukup dewasa untuk membuat seluruh Liga Inggris waspada.

Kemenangan 2-0 atas Burnley bukan hanya tiga poin, melainkan sebuah pernyataan kewibawaan. Itu adalah kemenangan kelima Arsenal secara berturut-turut di Liga Inggris, membuat mereka unggul tujuh poin dari tim-tim yang mengejar. Dan yang lebih penting, kemenangan ini menegaskan: tim ini kini tahu cara memenangkan segala jenis pertandingan.

Dulu, perjalanan ke Turf Moor seringkali menjadi mimpi buruk. Burnley tangguh, menekan tanpa henti, dan Arsenal sering diganggu oleh lawan-lawan mereka yang fisik. Namun Arteta telah membangun tim yang mampu bertahan, bangkit, dan menang bahkan ketika mereka tidak bermain bagus.

Bola Mati – Senjata Sang Juara

Gol pembuka datang dari tendangan sudut. Lagi-lagi bola mati. Lagi-lagi aksi khas Arsenal. Itu adalah gol kedelapan mereka yang dicetak dengan cara itu musim ini, terbanyak dalam sejarah Liga Primer setelah 10 pertandingan. Secara total, 12 dari 18 gol Arsenal berasal dari bola mati, rasio tertinggi mereka sepanjang masa.

Ini bukan soal keberuntungan. Di baliknya ada kerja ilmiah tim analisis taktis, dengan setiap langkah diperhitungkan secara detail. Gabriel, Saliba, Rice, Gyökeres, semuanya tahu persis di mana mereka harus muncul, di waktu yang tepat.

Alan Shearer, yang biasanya ketat dalam penilaiannya, harus mengakui: “Saya tidak melihat kelemahan Arsenal. Mereka mencetak gol dari bola mati, tetapi gaya bermain mereka jauh lebih mengesankan. Saya suka cara Arteta memanfaatkan Calafiori dan Timber untuk menciptakan ruang dan peluang.”

Arsenal dulunya tim impian yang gemar “bermain adil”. Kini mereka pragmatis, penuh perhitungan, dan kejam – kualitas juara sejati.

Arsenal telah menjalani tujuh pertandingan tanpa kebobolan. David Raya hampir tidak perlu menunjukkan bakatnya – hanya satu tembakan tepat sasaran dalam empat pertandingan terakhir. Statistik itu sudah cukup menjelaskan semuanya.

Burnley, yang mencetak 16 gol saat promosi, tak mampu menembus pertahanan ini. Arsenal kini menjadi tim yang kokoh: solid, tangguh, dan tenang. Gabriel dan Saliba tak hanya piawai bertahan, tetapi juga piawai mengoper bola untuk membuka serangan. Rice menguasai lini tengah bak tembok.

Mantan bek Man City, Nedum Onuoha, berkomentar: “Beberapa tahun lalu, Arsenal dikritik karena dianggap lembek. Sekarang mereka siap bermain satu lawan satu, siap bertarung. Jika mereka perlu bermain indah, mereka bermain indah. Jika mereka perlu bermain keras, mereka bermain keras. Itulah kedewasaan.”

Tim yang ingin memenangkan gelar harus mampu bertahan dari pertandingan-pertandingan buruk. Arsenal tidak hanya cantik sekarang – mereka tahu kapan harus bermain kotor.

Kedalaman Skuad dan Suksesi yang Cerdas

Pada musim panas 2025, Arsenal menghabiskan sekitar £250 juta untuk memperkuat skuad mereka. Angka tersebut membuat banyak orang skeptis. Namun, Arteta tidak membeli pemain untuk membuat gebrakan – ia membeli untuk membangun ekosistem.

Jesus dan Havertz cedera, Ødegaard absen panjang, Noni Madueke juga absen. Namun, tim tetap berjalan mulus. Arteta telah menciptakan sesuatu yang langka di Arsenal selama dua dekade: persaingan yang sehat. Semua orang bisa menggantikan satu sama lain, tetapi tak seorang pun berani mengecewakan siapa pun. Itulah fondasi tim yang tahu cara mempertahankan performa dalam jangka panjang.

“Kedalaman skuad ini sungguh luar biasa,” kata Onuoha. “Satu jatuh, yang lain bangkit. Tak ada ruang untuk runtuh.”

Arteta pernah berkata, “Waktu adalah segalanya.” Musim lalu, Arsenal bermain gemilang, tetapi Liverpool dan Man City tetap superior. Sekarang berbeda.

Liverpool memulai dengan gemilang, tetapi sejak itu kalah empat pertandingan berturut-turut. Man City sedang goyah dengan tiga kekalahan dan satu hasil imbang. Sementara itu, Arsenal telah memenangkan lima pertandingan berturut-turut tanpa kebobolan satu gol pun dan kini memimpin klasemen.

Mantan pemain Gary Neville bahkan menegaskan: “Ini musim Arsenal. Saya belum pernah seyakin ini, meskipun masih awal. Tapi semua faktor mendukung mereka, mulai dari performa, gaya bermain, hingga mentalitas. Kalau tidak sekarang, kapan lagi?”

Arsenal pernah menjadi simbol keindahan, permainan teknis, dan kekalahan tragis. Namun, tim Arteta kini berbeda. Mereka dingin, keras kepala, dan praktis. Mereka tidak perlu mendominasi, tidak perlu menyerang dengan berapi-api—cukup menang.

Itu tidak membuat Arsenal kurang menarik. Malah, itu membuat mereka lebih menakutkan dari sebelumnya. Karena dalam sepak bola papan atas, keindahan terbesar adalah kemenangan.

“Kami tidak mengikuti siapa pun,” Arteta pernah berkata. “Kami mengikuti diri kami sendiri.” Dua puluh dua tahun kemudian, kata-kata itu kini terdengar seperti peringatan. Arsenal telah menemukan jati diri mereka, dan Liga Inggris tahu badai merah-putih ini bukan lagi sekadar mimpi.

Arsenal 2025 bukan hanya tim yang memimpin. Meriam London adalah tim yang telah belajar untuk menang.

Scr/Mashable