Rover Mars NASA Tangkap Kilat yang berderak: Dengarkan Sendiri ‘Getarannya’

06.12.2025
Rover Mars NASA Tangkap Kilat yang berderak: Dengarkan Sendiri ‘Getarannya’
Rover Mars NASA Tangkap Kilat yang berderak: Dengarkan Sendiri ‘Getarannya’

nasa mars rover captures crackling lightning hear the thunde w7pn

Para ilmuwan kini memiliki bukti bahwa badai debu di Mars dapat menghasilkan kilat mini, mengakhiri spekulasi yang telah berlangsung selama puluhan tahun.

Penemuan ini berasal dari mikrofon di atas rover Perseverance milik NASA, sebuah laboratorium berkaki enam roda yang menjelajahi Kawah Jezero.

Saat perangkat tersebut merekam angin Mars yang berputar dan menghembuskan debu, mikrofon itu juga menangkap sesuatu yang belum pernah terdengar sebelumnya di sana: suara berderak dan letupan kecil yang ternyata merupakan kejutan listrik mini di dalam pusaran debu dan garis depan badai.

Tentu saja, segala sesuatu di Mars berbeda dengan di Bumi, bahkan guntur pun tidak terdengar seperti guntur. Kilatan kecil ini menghasilkan suara yang lebih mirip listrik statis, seperti ketika kaki bersarung kaki menyeret lantai lalu menyentuh gagang pintu.

Selama dua tahun Mars, para peneliti mengidentifikasi 55 pelepasan listrik singkat, biasanya terjadi ketika dust devil melintas dekat rover atau ketika tepi depan badai debu menyapu rover.

Kini publik dapat mendengarkan sendiri kilat Mars tersebut. NASA minggu ini merilis rekamannya, yang ditampilkan di video YouTube di bawah ini.

“Kami mendapat beberapa rekaman bagus di mana Anda bisa mendengar jelas suara ‘cetusan’ percikan,” kata Ralph Lorenz, ilmuwan Perseverance dari Johns Hopkins Applied Physics Lab, dalam sebuah pernyataan.

Para ilmuwan telah lama mempelajari dust devil yang mengaduk tanah Mars. Sekitar 13 tahun lalu, Mars Reconnaissance Orbiter milik NASA menangkap salah satu yang luar biasa, dengan kolom yang membentang 12 mil ke langit.

Dust devil di Mars terbentuk dengan cara yang mirip dengan di Bumi, meskipun atmosfer Mars jauh lebih tipis. Fenomena ini cenderung terjadi pada hari-hari kering ketika permukaan tanah menjadi lebih panas daripada area sekitarnya.

Biasanya berukuran lebih kecil dari tornado, dust devil adalah pusaran angin yang membentuk corong seperti cerobong, menyalurkan udara panas ke atas dan berputar. Rotasi angin tersebut meningkat kecepatannya seperti halnya gerakan pemain seluncur es yang berputar lebih cepat ketika mereka merapatkan lengan.

Ketika butiran debu saling bertabrakan akibat angin, muatan listrik kecil bertukar di antaranya. Seiring waktu, muatan tersebut menumpuk dan menghasilkan medan listrik kuat yang dapat memicu percikan atau kilat, terutama di dalam awan abu vulkanik.

Planet Merah dipenuhi debu halus dan sering mengalami dust devil dan badai besar, sehingga para ilmuwan telah lama menduga fenomena pengisian listrik serupa terjadi di sana.

“Di Mars, atmosfer yang tipis membuat fenomena ini jauh lebih mungkin terjadi,” kata Baptiste Chide, ilmuwan Perseverance di L’Institut de Recherche en Astrophysique et Planétologie, Prancis, “karena jumlah muatan yang dibutuhkan untuk menghasilkan percikan jauh lebih rendah dibandingkan dengan atmosfer dekat permukaan Bumi.”

Eksperimen laboratorium dan model komputer telah memprediksi hal ini, yang menimbulkan kemungkinan bahwa bahkan muatan sedang pun dapat menghasilkan kilatan.

Para ilmuwan telah mendokumentasikan kilat di Jupiter dan Saturnus, dan selama puluhan tahun mereka menduga Mars pun memilikinya. Namun tak ada yang pernah mengamatinya secara langsung, sampai sekarang.

Meskipun Perseverance belum merekam fenomena kilat mini tersebut dengan kamera, mikrofon sensitifnya menangkap suara letupan kecil itu tepat saat awan debu melintas. Selain audio, instrumen tersebut juga merekam data elektromagnetik.

Para ilmuwan melihat bahwa percikan listrik terjadi ketika debu terangkat dan bertabrakan, bukan ketika debu hanya mengambang di udara. Gerakan dan gesekan antardebu, bukan hanya langit berdebu, menjadi pemicu listrik, kata mereka. Temuan ini kini dipublikasikan dalam jurnal Nature.

Meskipun rover hanya menghadapi dua dust devil kuat selama periode penelitian, keduanya menghasilkan percikan yang terdeteksi. Artinya, tak terhitung banyaknya pusaran angin di seluruh planet kemungkinan melakukan hal yang sama.

Lebih signifikan lagi, ribuan badai debu yang terbentuk setiap tahun kemungkinan menghasilkan jauh lebih banyak listrik dibandingkan dust devil tunggal.

Pelepasan listrik dari kilat Mars mungkin mengubah kimiawi permukaan planet. Fenomena ini dapat menciptakan senyawa seperti hidrogen peroksida, gas klorin, dan perklorat yang dapat menghancurkan materi organik.

Reaksi ini mungkin menjelaskan mengapa ilmuwan kesulitan menemukan jejak kehidupan kuno yang terawetkan dengan baik di permukaan.

Memahami fenomena ini penting untuk menjaga keselamatan wahana dan astronot masa depan di Planet Merah, menurut NASA. Untungnya, puluhan tahun misi rover belum pernah mengalami kerusakan listrik serius.

Meski begitu, tim peneliti mencatat bahwa pendarat Mars 3 milik Soviet, yang berhenti mengirimkan sinyal hanya beberapa detik setelah mendarat saat badai debu pada 1971, mungkin menjadi korban kerusakan terkait percikan listrik.

Secara umum, Planet Merah merupakan tempat yang sunyi, terutama karena tekanan atmosfer Mars yang rendah. Bahkan, pada satu titik tim Perseverance sempat mengira mikrofon rover rusak karena suasananya begitu hening.

Scr/Mashable