Inter – AC Milan dan Perebutan San Siro

22.07.2025
Inter - AC Milan dan Perebutan San Siro
Inter - AC Milan dan Perebutan San Siro

Stadion San Siro, sebuah simbol bukan hanya Milan tetapi juga sepak bola dunia, berada di tengah-tengah babak paling dramatis dalam sejarahnya.

Bukan di lapangan dengan derby-derbynya yang panas, melainkan di papan catur politik dan hukum yang kompleks. Kabar penundaan persetujuan penjualan stadion kepada Inter dan AC Milan hingga September bukan sekadar penundaan prosedural, melainkan langkah berisiko dalam pertandingan yang mempertaruhkan masa depan “Katedral” sepak bola ini.

Badai di Balai Kota

Inti dari drama ini adalah Wali Kota Beppe Sala. Investigasi terhadap dirinya dan pejabat senior lainnya telah memberikan pukulan telak bagi stabilitas pemerintahan kota. Namun, alih-alih mengundurkan diri, Sala justru tampak bermain habis-habisan. Dengan mengaitkan nasib politiknya dengan kesepakatan San Siro, ia menjadikan penjualan stadion tersebut sebagai bentuk kepercayaan terhadap dirinya sendiri (San Siro dimiliki oleh kota Milan).

Hal ini memaksa Inter dan Milan untuk mendukungnya, dan menekan para anggota dewan yang belum menentukan pilihan. Namun, posisinya di Dewan Kota rapuh. Beberapa suara “pemberontak” dari fraksinya sendiri dapat membuat seluruh rencana runtuh seperti istana pasir, merenggut karier politiknya dan impian kedua klub.

Berpacu dengan Waktu

Di tengah perdebatan para politisi, Inter dan Milan menghadapi musuh yang lebih kejam: waktu. 10 November bukanlah kebetulan. Tanggal tersebut merupakan “hari kiamat” bagi proyek pembongkaran dan pembangunan kembali. Ketika stadion yang ada saat ini menginjak usia 70 tahun, stadion tersebut akan resmi menyandang status “warisan budaya” yang tak tergoyahkan.

Penundaan hingga September mungkin terasa cukup, tetapi kenyataannya persaingannya sangat ketat. Setelah Dewan (kemungkinan) menyetujui, kedua klub hanya punya waktu dua bulan untuk menyelesaikan salah satu langkah paling rumit: menggalang dana dari bank dan menyelesaikan prosedur notaris. Penundaan dari bank atau masalah hukum kecil dapat menyebabkan mereka melewatkan tenggat waktu.

Kendala-kendala

Sekalipun pemungutan suara bulan September berhasil dan klub-klub berhasil mengumpulkan cukup uang sebelum batas waktu, perjuangan belum berakhir. Sebagaimana ditegaskan Gazzetta, serangkaian gugatan hukum akan diajukan ke pengadilan. Pihak yang menentang, pegiat konservasi, dan penggemar San Siro akan melakukan segala cara agar penjualan tersebut dinyatakan tidak sah.

Ini akan menjerumuskan masa depan stadion ke dalam labirin hukum yang panjang, dengan persidangan dan banding. San Siro bisa saja menjadi tuan rumah upacara pembukaan Olimpiade Musim Dingin 2026 sambil menunggu keputusan hakim.

Masa depan stadion legendaris ini tak lagi berada di tangan para arsitek atau pemilik klub, melainkan bergantung pada rapuhnya suara politik, kerasnya waktu, dan pertempuran hukum yang tak berkesudahan. Para penggemar hanya bisa menahan napas menantikan apakah “Katedral” mereka akan menemukan jalan keluar atau akan selamanya terbelenggu oleh masa lalunya yang gemilang.

Scr/Mashable