Kurangnya kreativitas Manchester City dalam permainan mereka secara langsung memengaruhi performa Haaland, masa depannya di Etihad mungkin tidak seperti yang diharapkan.
Manchester City, tim tersukses di Liga Inggris, menghadapi musim yang penuh tantangan. Akhir pekan lalu, mereka menderita kekalahan kesembilan mereka musim ini, jumlah yang mengejutkan dibandingkan dengan apa yang dialami tim di musim-musim sebelumnya.
Tetapi meski masalah Man City jelas, satu pertanyaan besar tetap ada: Mengapa Erling Haaland, striker utama tim, menandatangani kontrak sembilan tahun pada bulan Januari 2025? Apakah itu keputusan yang tepat atau dia menjadi “kambing hitam” dalam sistem permainan tim?
Haaland dan Angka-angka yang Mengecewakan
Tidak seorang pun dapat menyangkal bakat Erling Haaland. Penyerang Norwegia ini telah membuktikan kemampuannya sejak bergabung dengan Man City dengan penampilan yang mengesankan, termasuk memenangkan Sepatu Emas Liga Inggris di musim pertamanya dan mencetak rekor gol baru dengan 36 gol.
Namun, pada musim ini kontribusi Haaland tak lagi sama seperti sebelumnya. Dengan hanya 21 gol sejauh ini, jumlah ini jauh lebih rendah dari ekspektasi yang ditetapkan penggemar.
Salah satu masalah besar yang dihadapi Haaland adalah kurangnya kecocokan dengan gaya permainan Man City saat ini. Di bawah asuhan Pep Guardiola, Man City terkenal dengan gaya permainan tiki-taka berbasis penguasaan bola, dengan umpan-umpan pendek halus dan umpan silang tajam.
Namun, musim ini, gaya bermain tim telah menunjukkan tanda-tanda kemunduran, dan menurunnya performa bintang-bintang besar seperti Kevin De Bruyne hanya memperburuk masalah tersebut.
Kekalahan dari Nottingham Forest semakin mempertegas kesenjangan antara Haaland dan penyerang lainnya. Chris Wood, yang pernah dianggap sebagai rekrutan sederhana bagi Forest, telah menjalani musim yang relatif sukses, dengan hanya dua gol lebih sedikit daripada Haaland.
Perlu dicatat bahwa Forest memainkan sistem yang cocok untuk Wood — sistem yang langsung dan menggunakan pemain sayap seperti Morgan Gibbs-White untuk menciptakan peluang. Sebaliknya, Haaland terikat pada sistem yang tidak memaksimalkan kemampuannya.
Pemain sayap City, alih-alih mengirim bola ke kotak penalti, lebih suka mengoper bola ke tengah kepada para gelandang. Hal inilah yang membuat Haaland nyaris “menghilang” dalam beberapa pertandingan terakhir, dengan sentuhan yang lebih sedikit dari sebelumnya.
Salah satu faktor kunci yang membantu Haaland bersinar di musim pertamanya adalah kombinasi hebatnya dengan Kevin De Bruyne. Hubungan baik antara keduanya membantu Man City menciptakan banyak peluang mencetak gol, dan Haaland dengan mudah mencetak gol memanfaatkan umpan silang tepat dari De Bruyne.
Musim ini, De Bruyne dan pemain lainnya belum mampu mempertahankan performa terbaiknya, dan hal ini secara langsung memengaruhi kemampuan Haaland dalam mencetak gol.
Kurangnya kreativitas De Bruyne membuat Haaland “tersesat” dalam gaya permainan City. Umpan silang ke kotak penalti tak lagi teratur seperti sebelumnya, dan ketika itu terjadi, Haaland menjadi pemain yang tak berguna. Ia gagal memainkan kemampuannya – berlari cepat ke posisi bagus di kotak penalti dan menyelesaikannya dengan rapi.
Bisakah Haaland Bangkit Lagi di Masa Mendatang?
Kontrak sembilan tahun yang ditandatangani Haaland dengan Man City pada bulan Januari menimbulkan banyak kontroversi. Ini bisa menjadi langkah strategis baginya dan klub.
Dengan Man City, mereka dapat mempertahankan salah satu penyerang terbaik dunia dan meminta biaya transfer tinggi jika mereka ingin menjualnya. Bagi Haaland, kesepakatan itu menawarkan stabilitas keuangan, bersama dengan kesempatan bermain untuk klub besar.
Namun, jika situasi saat ini terus berlanjut, apakah Haaland akan menyesali keputusannya? Ia cukup mampu mencetak 5 hingga 10 gol lebih banyak daripada striker lainnya di Liga Premier. Namun jika ia terus “hidup dari” kesempatan yang terbatas, dapatkah Haaland mempertahankan performa terbaiknya selama sisa kontraknya?
Manchester City jelas menyadari kekurangan dalam skuad mereka setelah menghabiskan lebih dari 180 juta poundsterling di jendela transfer Januari untuk memperkuat skuad mereka. Namun, bisakah perekrutan ini menyelesaikan masalah Haaland? Jika tidak, menambahkan pemain kreatif seperti De Bruyne – atau seseorang yang serupa – bisa menjadi kunci untuk membantu Haaland menemukan performanya lagi.
Bagaimana pun, Haaland masih merupakan salah satu penyerang terbaik di dunia. Meski Man City punya masalah, ia tetap mencetak gol secara teratur, dengan 21 gol di Liga Inggris musim ini. Namun jelas, Haaland tidak bisa terus merasa puas dengan “hidup dari” peluang-peluang kecil.
Jika Man City tidak dapat meningkatkan gaya bermain mereka dan mengembalikan performa pemain seperti De Bruyne, Foden atau Grealish, masa depan Haaland di Etihad akan menjadi semakin tidak pasti. Ia layak mendapatkan sistem yang sesuai dengan gaya permainannya – sistem di mana umpan-umpan akurat dan umpan silang berbahaya selalu tersedia sehingga ia dapat sepenuhnya memanfaatkan kemampuan mencetak golnya.
Dengan kontrak jangka panjang dan kelas yang tak terbantahkan, Haaland tentu akan memiliki lebih banyak kesempatan untuk bersinar. Namun, jika Man City tidak segera menemukan cara untuk meningkatkan gaya bermainnya, jalan Haaland untuk menjadi legenda di Etihad mungkin tidak semudah yang dipikirkannya.
Scr/Mashable