Mantan bintang AS Roma, Radja Nainggolan, akhirnya angkat bicara terkait tuduhan perdagangan narkoba.
Radja Nainggolan sekali lagi menjadi berita utama, tetapi kali ini bukan karena penampilannya yang gemilang di lapangan. Mantan gelandang AS Roma dan Inter Milan tersebut telah ditangkap atas dugaan keterlibatan dalam jaringan peredaran narkoba.
Setelah dibebaskan bersyarat, Nainggolan memberikan wawancara eksklusif kepada surat kabar Belgia Het Laatste Nieuws, di mana ia berbicara untuk pertama kalinya tentang insiden yang mengejutkan itu.
“Mereka memperlakukan saya seperti bandar narkoba,” ucap Radja Nainggolan, mengenang momen penangkapannya dan interogasi selama empat jam.
“Mereka menginterogasi saya selama empat jam terus-menerus. Pada pukul enam sore, ketika mereka hendak membawa saya ke hadapan hakim, mereka mengumumkan bahwa saya harus menghabiskan malam di sel,” sambungnya.
Pengalaman Nainggolan membuatnya merasa diperlakukan tidak adil sehingga ia membandingkan dirinya dengan gembong narkoba terkenal Pablo Escobar.
“Saya diperlakukan seperti pengedar narkoba sungguhan. Namun, pada kenyataannya, saya hanya terlibat karena hubungan saya dengan seorang teman yang terlibat dalam kasus tersebut,” kata mantan gelandang timnas Belgia itu.
Seperti diketahui, Radja Nainggolan ditangkap karena dicurigai ikut serta dalam penyelundupan kokain dalam operasi besar-besaran yang dilakukan polisi Belgia.
Nainggolan yang sudah 30 kali membela timnas Belgia, baru bergabung dengan klub Lokeren-Temse divisi dua Belgia pada pekan lalu. Hanya tiga hari kemudian, ia memberikan kesan yang kuat dengan gol spektakuler langsung dari tendangan sudut, membantu tim bermain imbang 1-1. Namun, hanya beberapa saat debut gemilangnya itu, pemain berdarah Indonesia itu dengan cepat dibayangi oleh tuduhan yang mengejutkan.
Pada Senin 27 Januari 2025, menurut VRT dan media lainnya, polisi Belgia melakukan penggerebekan serentak di sekitar 30 rumah di Antwerpen dan Brussel, sebagai bagian dari penyelidikan jaringan penyelundupan narkoba skala besar dari Amerika Selatan melalui pelabuhan Antwerpen. Nainggolan disebut-sebut menjadi salah satu tokoh yang terlibat langsung.
“Mereka tidak bertanya apa pun tentang perdagangan narkoba. Mereka hanya ingin tahu hubungan saya dengan orang itu,” ujar Nainggolan.
Nainggolan juga bercerita tentang momen tak terlupakan di sel penjara, di mana ia diperlakukan seperti penjahat berbahaya.
“Berada di penjara adalah pengalaman aneh yang tidak ingin saya ulangi lagi,” lanjutnya.
Namun, hanya 24 jam setelah diperiksa, Nainggolan segera kembali ke tempat latihan bersama tim barunya, menunjukkan ketenangan dalam menghadapi opini publik.
“Pada tanggal 29 Januari, saya berada di Lokeren dan berlatih dengan rekan satu tim saya,” pungkasnya.
Pemain berusia 36 tahun ini tetap menjadi ikon sepak bola di Antwerp, khususnya di daerah Linkeroever tempat ia dibesarkan. Mural yang menghormati bintang Belgia tersebut telah muncul di ruang ganti banyak tim lokal, seperti City Pirates, sebagai bukti pengaruh besarnya di tanah kelahirannya.
Sepanjang kariernya, Nainggolan telah dikelilingi oleh kontroversi, baik di dalam maupun di luar lapangan. Pada tahun 2021, ia ditangkap karena mengemudi dalam keadaan mabuk, melaju dengan kecepatan 100 km/jam di zona 60 km/jam. Saat bermain untuk AS Roma, Nainggolan didenda dan diskors karena memposting video mabuk di media sosial.
Karier Nainggolan bisa saja lebih gemilang, tetapi masalahnya di luar lapangan telah membuatnya menjadi salah satu pemain paling kontroversial di generasinya.
Pernah Berkarier di Liga 1
Nama Radja Nainggolan sempat menghiasi sepak bola Indonesia. Ia pernah memperkuat Bhayangkara FC pada paruh musim kedia Liga 1 2023/2024.
Kala itu, Nainggolan didatangkan Bhayangkara FC dengan harapan bisa membantu tim lepas dari zona degradasi.
Bhayangkara mengeluarkan biaya fantastis untuk mendatangkan Radja Nainggolan. Chief Operating Officer (COO) Bhayangkara FC, Sumardji, menjelaskan bahwa nilai kontrak setengah musim mantan pemain timnas Belgia, Inter Milan, dan AS Roma itu bernilai lebih dari Rp5 miliar.
Namun sayang, Radja Nainggolan gagal membawa Bhayangkara FC lolos dari jurang degradasi liga 1 2023/2024. The Guardian berada finish di peringkat 17 dari 18 tim dengan 26 poin dari 34 pertandingan.
Dengan kontribusi 10 penampilan plus satu gol dan tiga assistnya, Radja Nainggolan gagal menyelamatkan Bhayangkara FC dari degradasi Liga 1.
“Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada keluarga ini (Bhayangkara FC) yang telah memberikan saya kesempatan untuk menjalani sisi diri saya yang masih terus saya temukan,” ujar Radja Nainggolan lewat akun Instagramnya, @radja_nainggolan_l4.
“Saya berharap bisa melanjutkan semua ini dengan tim ini atau tim lain. Orang-orang yang saya temui di sini sungguh luar biasa dan mereka akan selalu mendapatkan penghormatan saya,” tuturnya.
Scr/(mashable)